Forum diskusi grup mengenai KCBN Candi Muarojambi di Mendapa Tanjungbalai, Danaulamo, Kawasan KCBN Muarajambi, Kumpeh, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi, Jumat (14/2/2025). (Foto : Matra/DiskominfoMuarojambi).

(Matra, Muarojambi) – Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN), Candi Muarojambi berpotensi besar menjadi laboratorium pendidikan dan kebudayaan dunia. Peninggalan sejarah agama Buddha Abad VII Masehi tersebut memiliki nilai-nilai religi, sejarah, pendidikan dan budaya yang perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi muda.

Karena itu KCBN Candi Muaraojambi yang memiliki luas kawasan sekitar 3.981 hektare (ha) harus terus diupayakan agar dapat menjadi salah satu ikon kebudayaan Indonesia yang dapat dinikmati masyarakat luas dan dapat mendukung pengembangan ekonomi lokal maupun nasional.

Demikian salah satu pokok pikiran yang mengemuka pada Fokus Diskusi Grup (Focus Group Discussion/(FGD) yang digelar Perkumpulan Alumni Indonesian Field School of Archaeology (IFSA) di Mendapa Tanjungbalai, Danaulamo, Kawasan KCBN Muarajambi, Kumpeh, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi, Jumat (14/2/2025).

Diskusi budaya bertajuk “Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muara Jambi sebagai Laboratorium Pendidikan dan Kebudatan Dunia” tersebut turut dihadiri Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat dan Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Kabupaten Muarojambi, Budhi Hartono, SSos., MT.

FGD tersebut digelar untuk membahas dan mencari solusi mengenai pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya di Indonesia sekaligus mendukung terwujudnya KCBN Muarajambi sebagai Warisan Budaya Dunia Badan Pendidikan dan Kebudayan Dunia (United, Nation, Education, Science anda Culture/UNESCO).

Sekda Pemkab Muarojambi, Budhi Hartono pada kesmepatan tersebut mengharapkan FGD tersebut dapat menjadi sumbangsih bagi masyarakat dalam rangka pengembangan dan pemajuan kebudayaan Indonesia. Dia juga meminta para peserta diskusi agar terus menjaga dan melestarikan kebudayaan Indonesia serta mendukung upaya pemerintah mengembangkan dan mempromosikan KCBN Candi Muarojambi sebagai destinasi pariwisata.

“Kami juga mengharapkan KCBN Candi Muarojambi dapat menjadi salah satu ikon kebudayaan Indonesia yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas serta dapat mendukung pengembangan ekonomi lokal dan nasional,”katanya.

Para rohaniawan Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Distrik VI Riau, Jambi, Sumbagsel, Bengkulu dan Bangka Belitung mengadakan kunjungan wisata ke Candi Muarojambi, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi beberapa waktu lalu. (Foto : Matra/Radesman Saragih).

Model Terbaik

Sementara itu, Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat pada kesempatan tersebut menilai KCBN Candi Muarojambi perlu mendapat perhatian serius. Hal itu penting karena kawasan Candi Muarojambi memiliki sejumlah tantangan. Misalnya cakupan area yang luas dan dekat dengan pemukiman penduduk. Kemudian potensi polusi yang merusak percandian karena dekat dengan pelabuhan batu bara dan pabrik minyak sawit.

“Di tengah sejumlah tantangan yang dihadapi dalam upaya pelestarian KCBN Candi Muarojambi tersebut dibutuhkan terobosan guna mewujudkan pelestarian dan pengelolaan kawasan Candi Muarojambisecara berkelanjutan,”ujarnya.

Menurut anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah ini, kolaborasi yang baik dari para stakeholders (pemangku kepentingan) terkait sangat diperlukan guna membangun KCBN Candi Muarojambi menjadi Laboratorium Pendidikan dan Kebudayaan Dunia dengan langkah yang efektif dan efisien.

“Hal ini penting terutama karena konstitusi kita pada Pasal 32 ayat 1 mengamanatkan bahwa negara harus memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya,”tambahnya.

Lestari Moerdijat mengharapkan, amanah konstitusi tersebut bisa menjadi landasan bagi para pemangku kebijakan di tingkat pusat dan daerah dalam melestarikan dan mengembangkan kawasan-kawasan cagar budaya di seluruh nusantara.

Kemudian, lanjutnjya, keterlibatan aktif masyarakat sangat dibutuhkan menemukan model terbaik dalam perencanaan pengembangan dan pelestarian yang berkelanjutan di kawasan cagar budaya, termasuk KCBN Candi Muarojambi.

“Peran aktif masyarakat sekitar sangat penting dalam upaya menemukan mekanisme terbaik dalam pelestarian dan pemanfaatan kawasan cagar budaya,”ujarnya. (Matra/RS/DMJ).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *