
(Matra, Jambi) – Hujan gerimis menyiram tanah merah di komplek perumahan Kedaton Kalingga, Kenaliasam Bawah, Kelurahan Paal V, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi, Provinsi Jambi, sore itu. Namun di tengah hujan gerimis tersebut, seorang penghuni perumahan, Reza Silitonga (26), tampak giat dan bersemangat membenahi halaman rumahnya yang belum dicor semen dan belum dipagar.
Reza Silitonga merasa gembira dan bersemangat karena telah memiliki rumah baru dan bisa memboyong ibunya menjalani pemulihan kesehatan di rumah barunya tersebut. Selama ini, Reza Silitonga bersama ibu, tiga orang kakak dan seorang adik tinggal di rumah tumpangan.
“Senanglah Bang, saya punya rumah baru ini walau masih kredit. Kendati rumah ini belum punya dapur dan halamannya masih tanah, saya senang. Saya bisa membawa ibu saya langsung dari rumah sakit ke rumah ini, sehingga saya lebih mudah merawatnya,”kata Reza Silitonga di rumahnya, Komplek Kedaton Kalingga, baru-baru ini.
Reza Silitonga yang masih lajang mengaku sangat terbantu memiliki rumah lebih layak huni berkat kemudahan memiliki rumah sendiri melalui fasilitas Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) Bank Tabungan Negara (BTN) bersubsidi. Reza Silitonga akat kredit rumah KPR BTN bersubsidi Tipe 36 di Perumahan Kedaton Kalingga, pertengahan tahun lalu dengan nilai Rp 11 juta. Biaya kredit rumah tersebut hanya Rp 1 juta/bulan untuk jangka waktu 20 tahun.
“Saya sangat terbantu membeli rumah KPR BTN ini. Biaya kredit masih bisa saya jangkau. Jangka waktu cicilannya juga cukup lama, yakni 20 tahun. Yah, bisa ‘bernafaslah’, rasanya bisa tinggal lebih nyaman di rumah sendiri dan bisa menolong orang tua dan keluarga,”katanya.
Hal senada juga diakui, Kusnadi (28). Dia juga membeli rumah KPR BTN bersubsidi Tipe 36 di Kedaton Kalingga awal tahun 2024. Cicilan rumah tersebut Rp 1.000.000/bulan dengan jangka waktu 20 tahun. KPR BTN bersubsidi termasuk ringan bagi Kusnadi.
“Memang rumah yang kami beli ini belum punya dapur dan halaman belum dicor semen. Tapi rumahnya cukup baik karena sudah pakai keramik, listrik dan ada jaringan air minum PDAM. Jadi kami merasa nyaman tinggal di sini,”katanya.

Minat Tinggi
Sam seperti Reza dan Kusnadi, minat kaum muda (milenial) membeli rumah KPR BTN bersubsidi di Kota Jambi tergolong cukup tinggi. Selain harga dan cicilannya relatif terjangkau, bangunan rumah juga cukup bagus karena sudah dikeramik, diplester dan dicat dengan bagus. Kemudiaa atap rumah juga sudah pakai rangka baja ringan dan atap multiroof (multi guna).
Tingginya minat kaum muda membeli rumah KPR BTN bersubsidi di Kota Jambi juga tak terlepas dari kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh pihak pengembang dan BTN. Kemudahan tersebut antara lain, syarat yang tidak terlalu rumit, jangka waktu cicilan (kredit) yang cukup lama dan terjangkau serta fasilitas rumah yang lebih lengkap seperti listrik dan air bersih jaringan PDAM.
Selain itu, jalan as (utama) ke perumahan-perumahan di Kota Jambi juga kini cukup bagus, yakni cor beton seperti jalan ke perumahan Kedaton Kalingga, Kenaliasam Bawah. Hanya jalan di dalam komplek perumahan yang perlu mendapatkan perhatian agar warga mudah melakukan aktivitas ke luar rumah.
Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kota Jambi, Yon Heri, SP, ME kepada medialintassumatera.net (Matra) di Jambi, Senin (3/2/2025) menjelaskan, minat masyarakat membeli rumah murah di Jambi selama ini cukup tinggi.
Hal tersebut tercermin dari realisasi Pengurusan Pembangunan Gedung (PBG) untuk Masyarakat Berpenghasilan rendah (MBR) di Kota Jambi. Total realisasi PBG untuk MBR di Kota Jambi selama tahun 2024 mencapai 2.481 unit. PBG untuk MBR tersebut termasuk PBG KPR BTN bersubsidi.
Sementara itu, berdasarkan catatan Badan Pengelola (BP) Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), jumlah rumah murah yang dibangun di Provinsi Jambi melalui KPR BTN bersubsidi dan KPR besubsidi bank lain selama tahun 2024 mencapai 3.451 unit. Sekitar 1.790 unit atau 51,87 % rumah bersubsidi tersebut dibangun di wilayah Kota Jambi.
Kemudian sekitar 1.413 atau 39,9 % rumah bersubsidi dibangun di Kabupaten Muarojambi yang wilayahnya berbatasan dan mengelilingi Kota Jambi. Selanjutnya sekitar 338 unit atau 9,39 % dibangun di Kabupaten Bungo dan selebihnya, sekitar 387 unit atau 10,93 % rumah bersubsidi tersebut dibangun di enam kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jambi.

Tingkat Nasional
Secara nasional, pembangunan rumah murah untuk MBR di Indonesia hingga 2024 juga cukup tinggi. Hal tersebut tampak dari realisasi program pembangunan sejuta rumah yang dicanangkan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi).
Selama dua periode pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) – Walik Presiden, KH Ma’ruf Amin 2014 – 2019 hingga 2019 – 2024, Pemerintah Pusat mencanangkan pembangunan rumah murah bagi MBR melalui program pembangunan sejuta rumah/tahun. Program tersebut menargetkan pembangunan 10 juta unit rumah murah selama 10 tahun. Target pembangunan rumah murah Presiden Jokwi tersebut pun tercapai.
Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), realisasi pembangunan program 10 juta unit rumah murah sejak 2014 – 2024 bisa dicapai. Selama 2015 – 2023 saja sudah bisa dibangun sekitar sudah 9.206.379 unit rumah. Sedangkan selama 2024 bisa dicapai pembangunan 1.042.738 unit rumah. Jadi realisasi pembangunan rumah murah di Indonesia selama dua periode Jokowi – Ma’Ruf Amin memimpin Indonesia mencapai 10.249.117 unit.
Suksesnya pembangunan sejuta rumah setiap tahun di era Pemerintahan Presiden Jokwi tersebut tak terlepas dari kiprah perbankan menyediakan KPR Subsidi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). BTN tetap menjadi leader (pemimpin) dalam penyediaan KPR bersubsidi untuk MBR tersebut.
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait ketika meninjau penyaluran KPR BTN di Kota Serang, Provinsi Banten, medio Desember 2024 mengatakan, pihaknya menyambut baik dukungan berbagai pihak, termasuk BTN yang terus konsisten membangun perumahan untuk MPR.
Berbagai fasilitas kemudahan yang dilakukan BTN membantu MPR membangun rumah layak huni sangat mendukung program rumah murah untuk rakyat. Sejak Kementerian PKP terbentuk, medio November – Desember 2024, BTN sudah menyalurkan KPR untuk membangun 29.000 unit rumah bersubsidi.
“Kami gembira (senang) atas komitmen BTN membantu rakyat miliki rumah layak melalui kemudahan KPR. Melihat komiten BTN tersebut, kami yakin program pembangunan tiga juta rumah murah di Indonesia tahun 2025 bisa tercapai,”katanya.
Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) BTN, Nixon LP Napitupulu pada kesempatan tersebut menjelaskan, realisasi pembangunan rumah murah menggunakan fasilitas KPR Subsidi FLPP dan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) selama 2024 mencapai 204.025 unit. Sekitar 150.704 unit rumah murah untuk MBR tersebut dibangun menggunakan fasilitas KPR Subsidi Bank BTN.
3 Juta Rumah
Menurut Nixon LP Napitupulu, untuk mendukung Program Pembangunan 3 Juta Rumah tahun 2025 yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto, pihak BTN menargetkan penyaluran KPR bersubsidi untuk membangun 631.987 unit rumah murah. Pembiayaan KPR bersubsidi tersebut difokuskan menyelesaikan pembangunan 142.769 unit rumah dan pembiayaan konstruksi (pembangunan) 489.209 rumah baru.
Ketika menghadiri Rapat Terbatas Presiden Prabowo Subianto dengan sejumlah Menteri Kabinet Merah Putih di Istana Negara, 7 Januari 2025, Dirut BTN, Nixon Napitupulu menyatakan dukungan dan komitmennya menyukseskan Progam Pembangunan 3 Juta Rumah 2025. Dukungan dan komitmen tersebut dibuktikan dengan penyediaan dan penyaluran KPR untuk rumah bersubsidi bagi MBR.
Pada kesempatan tersebut Dirut BTN, Nixon Napitupulu mengusulkan agar pemerintah melaksanakan program pembangunan tiga juta rumah berdasarkan supply (penawaran atau penyediaan) dan demand (permintaan) dalam ekosistem perumahan. Usulan tersebut didasarkan pada upaya BTN mendukung program sejuta rumah pada periode pemerintahan sebelumnya. Selama tahun 2020 – 2024, BTN berhasil menyalurkan KPR BTN subsidi untuk pembangunan sekitar dua juta unit rumah murah.
Guna mencapai target pembangunan 3 juta rumah tahun ini, pihak BTN juga mengusulkan perubahan skema subsidi atau bantuan pembiayaan perumahan kepada pemerintah. Usulan tersebut, yakni perpanjangan jangka waktu pembiayaan hingga 30 tahun. Dengan demikian angsuran nasabah KPR bersubsidi menjadi lebih murah.
“Selani itu kami juga mengajukan permintaan agar mendapatkan sumber pendanaan alternatif KPR selain dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),”ujarnya.
Dikatakan, guna mendukung pembangunan 3 juta rumah tahun ini, penyaluran KPR BTN bersubsidi memperluas jangkauan, yakni kepada pekerja sektor informal. Termasuk di antaranya pedagang, pemilik usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan supir ojek online (ojol). Hingga saat ini sekitar 10 % penyaluran KPR BTN berubsidi BTN sudah menyasar pekerja online tersebut.
Program Tapera
Program Pembangunan 3 Juta Rumah 2025 juga didukung Badan Pengelola (BP) Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). Menurut Komisioner BP Tapera, Heru Pudyo Nugroho, pihaknya siap menyalurkan dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sekitar Rp 28,2 triliun untuk membangun 220.000 unit rumah mulai Januari 2025. Kebijakan itu ditempuh mendukung program pembangunan 3 juta rumah tahun ini.
Heru Pudyo Nugroho menjelaskan, berdasarkan perjanjian kerja sama yang sudah disepakati bersama 39 bank penyalur KPR, 23 Desember 2024, penyaluran KPR Sejahtera FLPP sudah bisa dilakukan Januari 2025. Sebelum rencana kerja disetujui Komite Investasi Pemerintah (KIP) atau Kementerian Keuangan, bank penyalur dapat melakukan perjanjian kredit KPR Sejahtera FLPP.
“Berdasarkan perjanjian kredit, BP Tapera akan melakukan pembayaran dana FLPP kepada bank penyalur setelah izin penyaluran KPR Sejahtera FLPP disetujui KIP,”katanya.
Guna mempercepat penyaluran dana KPR Sejahtera FLPP, BP Tapera meminta 39 bank penyalur dana FLPP yang sudah melakukan penandatanganan perjanjian kerja sama 23 Desember 2024 lalu segera melaksanakan penyaluran KPR Sejahtera FLPP mulai Januari 2025. Bank penyalur tersebut terdiri dari tujuh bank nasional dan 32 bank pembangunan daerah.
Melihat dukungan daerah, lembaga perbankan, termasuk BTN dan BP Tapera tersebut, program pembangunan 3 juta unit rumah di Indonesia tahun 2025 ini bisa terwujud. Pihak perbankan di daerah dan nasional sudah menyiapkan program-program khusus mendukung pembangunan 3 juta rumah tersebut. Kemudian pemerintah juga sudah menyiapkan alokasi dana yang memadai untuk membiayai pembangunan 3 juta rumah tersebut.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani pada rapat terbatas Presiden Prabowo Subianto dengan sejumlah Kabinet Merah Putih di Istana Negara, Jakarta, baru-baru ini menjelaskan, alokasi dana APBN untuk membiayai pembanguann 3 juta rumah tahun 2025 mencapai Rp 35 triliun.
Pembiayaan pembangunan perumahan tersebut disalurkan melalui FLPP sekitar Rp 28,2 triliun untuk membangun 220.000 unit rumah murah. Kemudian Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) pembangunan 240.000 unit rumah sekitar Rp 980 miliar.
Selanjutnya Subsidi Selisih Bunga (SSB) sekitar Rp 4,52 triliun untuk membangun 743.940 unit rumah murah. Selain itu masih ada dana Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) sekitar Rp 1,8 triliun untuk pembangunan 14.200 unit rumah.
Pusat Kesejahteraan
Pembangunan rumah murah untuk MBR di Indonesia memang perlu terus dilanjutkan, khususnya melalui program pembanguan 3 juta rumah. Pembangunan rumah murah kayak huni bagi MBR tersebut penting mendongkrak perekonomian rakyat dan negara, sekaligus mengangkat harkat martabat warga masyarakat Indonesia yang selama ini tinggal di rumah tidak layak huni.
Penyediaan rumah murah dan layak huni di Indonesia ssngat mendesak sebab hingga saat ini masih ada sekitar 32 juta rumah tangga di Indonesia yang tinggal di rumah tidak layak huni. Jumlah rumah tangga yang tinggal di rumah tak layak huni tersebut mencapai 47 % dari total 75 juta rumah tangga di Indonesia. (Perkim.id, 2024).
Melihat kenyataan tersebut, program tiga juta rumah murah yang dicanangkan Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto – Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka tersebut perlu mendapat dukungan semua pihak. Program tersebut diharapkan bisa membantu warga yang selama ini masih tinggal di rumah kumuh, gubuk derita dan rumah kontrakan bisa memiliki rumah sendiri.
Kemudian pembangunan 3 juta rumah juga penting untuk membangkitkan perekonomian ekonomi rakyat di daerah, peningkatan kinerja perbankan, peningkatan gairah dunia usaha, khususnya usaha bahan bangunan dan pengembang. Sekitar 181 sektor usaha ekonomi bisa menggeliat melalui pembangunan 3 juta rumah tahun ini. Pembangunan 3 juta rumah juga berpotensi besar mengatasi kemiskinan melalui penyerapan tenaga kerja di sektor pembangunan perumahan.
Pembangunan rumah layak huni untuk warga masyarakat berpenghasilan rendah juga sangat penting agar mereka bisa meningkatkan kesejahteraan mereka. Warga masyarakat akan merasa lebih nyaman menjalani kehidupan sehari-hari dan lebih leluasa menata kehidupannya, termasuk penataan usaha ekonomi, ketika memiliki rumah sendiri.
Selain itu, MBR yang selama ini tinggal di rumah-rumah kurang layak huni dan terjebak di rumah kontrakan yang setiap tahun sewanya selalu naik perlu dibantu agar memiliki rumah sendiri agar mereka bisa memiliki tempat membangun kesejahteraan keluarganya. Hal itu penting sebab sejatinya rumah bukan sekadar sebagai tempat tinggal bagi sebagian masyarakat. Rumah juga juga memiliki banyak makna atau manfaat bagi warga masyarakat. Seperti motto BTN, “Berawal dari Rumah Semua Jadi Mudah”, rumah merupakan pusat peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pada hakekatnya, rumah memiliki banyak manfaat bagi warga masyarakat. Di antaranya tempat pemenuhan kebutuhan sehari-hari, tempat melanjutkan kehidupan keluarga, tempat berkumpul, berlindung dan beristirahat yang nyaman bagi keluarga dan anggotanya.
Kemudian rumah juga penting sebagai tempat menjaga kerahasiaan keluarga, pusat kegiatan ekonomi (usaha), tempat berkarya dan berprestasi, pusat pendidikan keluarga, pusat peningkatan kualitas kehidupan hingga menjadi investasi jangka panjang.
Selain itu rumah milik sendiri yang layak huni juga penting meningkatkan rasa percaya diri segenap anggota keluarga dan pelestarian nilai-nilai seni budaya masyarakat. Satu hal yang terpenting lagi, rumah juga menjadi pusat pengembangan hubungan sosial, tempat pemenuhan hubungan emosional dan pusat religi atau pembinaan kerohanian bagi anggota keluarga.
Melihat betapa banyaknya manfaat rumah layak huni bagi setiap orang serta menyadari masih banyaknya warga negara Indonesia yang belum memiliki rumah sendiri, upaya pemerintah dan perbankan membangun rumah murah layak huni melalui program pembangunan tiga juta rumah perlu mendapat dukungan semua pihak.
Rumah murah dan layak huni untuk masyarakat berpenghasilan rendah tersebut tentunya jangan pula dibangun asal jadi. Pembangunan rumah murah hendaknya dibangun tetap memenuhi standar kelayakan, kesehatan dan lingkungan.
Untuk itu pembangunan rumah murah layak huni yang dilaksanakan melalui KPR bersubsidi maupun bedah rumah harus memperhatikan lokasi perumahan agar tidak berada di lokasi rawan bencana, baik bencana banjir dan longsor. Kemudian rumah murah yang dibangun untuk MBR juga harus memiliki legalitas pertanahan alias bukan tanah atau lahan sengketa.
Kemudian pembangunan rumah murah layak huni juga harus menggunakan bahan-bahan yang standar seperti dinding batu bata yang baik, atap yang baik, lantai keramik yang baik, kualitas bangunan yang kokoh dan bahan-bahan bangunan yang tidak mengandung bahan zat kimia berbahaya.
Selain itu, rumah murah layak huni juga harus dibangun dengan lingkungan asri dan memeiliki fasilitas umum (fasum) atau sanitasi lingkungan yang standar seperti sarana air bersih, listrik dan sarana infrastruktur jalan yang baik.
Guna mencapai harapan tersebut, pihak perbankan penyalur kredit perumahan rakyat bersubsidi hendaknya terlebih dahulu memastikan seluruh kelayakan pembangunan rumah murah layak huni tersebut, termasik legalitas tanah, sebelum melakukan persetujuan atau akat kredit KPR bersubsidi. Hal itu penting agar warga masyarakat yang membeli rumah murah dengan penuh jerih payah tidak sampai kecewa.
Rumah murah layak huni untuk warga masyarakat bawah harus dibangun dengan nuansa megah karena rumah menjadi tempat bagi mereka mengecap berkah serta mengangkat harkat dan martabat kehidupan. Semoga. (Matra/Radesman Saragih).