
(Matra, Simalungun) – Sumpek, semrawut, kotor dan udara penuh tebaran bau. Itulah kesan pertama ketika kita berkunjung ke desa wisata pesisir Danau Toba, Haranggaol, Kecamatan Haranggaol – Horisan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara (Sumut).
Para perantau asal Haranggaol yang pulang ke kampung halaman mereka selama mudik Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 pun merasakan hal tersebut. Keasrian dan pesona desa wisata Haranggaol yang sejak dahulu kala terkenal ke seantero dunia, kini benar-benar tinggal kenangan.
Pantauan medialintassumatera.net (Matra) di Kelurahan Haranggaol, baru-baru ini, pesisir pantai Haranggaol yang dulunya berpasir putih dan indah dipandang kini nyaris hilang. Sebagian pantai kotor akibat limbah rumah tangga maupun limbah usaha keramba jaring apung (KJA) yang memenuhi kawasan Danau Toba di Teluk Haranggaol.
Kondisi di pekan Haranggaol pun tak berbeda. Suasana kumuh dan sumpek terasa di berbagai sudut kelurahan, baik di pinggir-pinggir jalan maupun di pasar (pajak) atau los. Sepanjang pengamatan, tidak nampak adanya tempat pembuangan sampah akhir (TPA) di Haranggaol. Sebagian sampah, termasuk sampah plasik bertebaran di pantai dan sungai.
Selain itu, sarana dan prasaran umum di Haranggaol juga tampak kurang terawat, termasuk los (tempat berjualan) di tiga (pasar) Haranggaol tersebut. Bangunan los di kawasan Tiga Haranggaol atau berhadapan dengan dermaga (pelabuhan) Haranggaol sudah uzur, tua dan lama tidak diperbaiki. Bangunan los yang sekarang, termasuk atap sengnya masih peninggalan lama yang tampak sudah rusak dan membutuhkan perbaikan atau penggantian.
Seorang warga Haranggaol, Ristawati Purba (58) mengatakan, kekumuhan Haranggaol menunjukkan kurangnya perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Simalungun membenahi desa wisata Haranggaol. Desa wisata Haranggaol yang dulunya menjadi favorit wisatawan lokal, nusantara dan mencanegara, kini tak dilirik lagi. Hal itu disebabkan kondisi desa wisata Haranggaol yang tidak asri lagi, terkesan kumuh dan Danau Toba di Haranggaol dipenuhi KJA.

Kurang Memikat
Kondisi tersebut membuat seolah tak ada lagi tempat menyenangkan untuk berwisata di Haranggaol. Penyediaan lokasi wisata di Sigumba-gumba, pantai sebelah kiri Haranggaol pun tidak mampu memikat wisatawan berkunjung ke Haranggaol seperti masa-masa tahun 1980-1990-an.
Pada masa-masa tersebut, Haranggaol memiliki banyak tempat rekreasi seperti Sabas, Nagamurni dan Tuhulan di sebelah kiri pantai Haranggaol. Kemudian ada juga objek wisata menarik di pantai Haranggaol sebelah kanan, Bandar Saribu dan Tuktuk (Tanjung) Sipalu di wilayah kanan pekan Haranggaol.
“Saya melihat, desa wisata Haranggaol hingga saat ini semakin tidak terawat. Keindahan Haranggaol tidak diperhatikan. Sarana dan prasaran umum, termasuk sarana kebersihan juga kurang. Padahal Haranggaol memberikan kontribusi besar di bidang ekonomi Simalungun dari hasil keramba ikan,”katanya.
Ristawati mengharapkan Bupati dan Wakil Bupati Simalungun terpilih periodesasi 2025 – 2030, Anton Achmad Saragih dan Benny Gusman Sinaga memberikan perhatian khusus terhadap pengembangan Haranggaol menjadi pusat perdagangan dan kawasan wisata. Beberapa hal yang perlu dibenahi di Haranggaol yang selama ini terlupakan, yakni kebersihan seluruh kawasan pantai, pusat perdagangan (pasar) dan permukiman di Haranggaol.
Kemudian penataan KJA yang memenuhi kawasan Danau Toba di Haranggaol. Selanjutnya pembenahan sarana dan prasarana pasar agar tidak semakin kumuh. Los di haranggaol yang selama ini sudah tua dan tampak rusak hendaknya segera diperbaiki. Kemudian jalan ke Haranggaol yang rawan longsor juga perlu mendapat perhatian.
“Sayang desa wisata Haranggaol ini dibiarkan terlantar. Padahal potensi wisata Haranggaol cukup besar. Kemudian Haranggaol juga menjadi sentra ekonomi, produsen ikan air tawar cukup besar di Simalungun. Pemerintah jangan hanya mengeksploitasi kekayaan alam Haranggaol tanpa memperhatikan keberlanjutan pembangunan desa wisata ini,”katanya.

Visi Misi
Smentara itu, Bupati dan Wakil Bupati Simalungun terpilih periode 2025 – 2030 hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 27 November 2024, Anton Achmad Saragi dan Benny Gusman Sinaga memberikan harapan terkait penataan pembangunan seluruh daerah di Simalungun, tentunya dengan wilayah desa wisata Haranggaol.
Sesuai dengan visi dan misi mereka, pasangan Bupati dan Wakil Bupati Simalungun terpilih, Anton Saragih/Benny Sinaga yang akan dilantik 6 Februari 2025 sudah bertekad membangun Simalungun di seluruh wilayah desa, kelurahan dan kecamatan dan seluruh bidang pembangunan.
Anton Achmad Saragih dan Benny Gusman Sinaga memiliki 11 program unggulan untuk membangun Simalungun lima tahun ke depan demi mempercepat kemajuan Simalungun dan kemakmuran masyarakat Simalungun. Program tersebut antara lain, memperbaiki infrastruktur publik seperti jalan, sanitasi (kebersihan) lingkungan dan sarana air minum masyarakat.
Kemudian memajukan objek-objek wisata dengan menyediakan subsidi bagi penyelenggara kegiatan budaya dan pariwisata. Selain itu, digitalisasi pelayanan publik, menyelenggarakan pelatihan keterampilan bagi masyarakat, memberikan bantuan dan jaminan modal sementara bagi petani serta pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Mudah-mudahanlah, program-program Pemkab Simalungun lima tahun ke depan tersebut juga menyentuh atau sampai ke Kelurahan Haranggaol dan Kecamatan Haranggaol – Horisan. Masyarakat Haranggaol sangat membutuhkan perhatian dan bantuan pemerintah guna mengangkat perekonomian dan pemerataan pembangunan warga masyarakat Haranggaol.
Kekayaan atau potensi wisata di Haranggaol perlu mendapat perhatian untuk mengembalikan kejayaan wisata desa pesisir Danau Toba di Kabupaten Simalungun. Sejak era 1970 – 1990-an, Haranggaol merupakan pusat perdagangan terbesar dan destinasi wisata favorit nomor dua di Simalungun setelah Parapat.
Namun saat ini, Haranggaol sudah tertinggal jauh dari destinasi wisata Tigaras, Simalungun yang dulu tidak terkenal. Kemudian desa wisata Haranggaol yang dulunya lebih unggul dibandingkan destinas wisata pesisir Danau Toba, Tongging, Kabupaten Karo, Silalahi, Kabupaten Dairi dan Paropo, Kabupaten Dairi kini seolah tak diperhitungkan lagi.

Kejuaraan Dunia Sepeda Air Super Cepat Danau Toba (Aquabike Jetski World Championship Lake Toba) sudah dua kali digelar di Tongging dan Silalahi, yakni medio November 2023 dan November 2024. Namun Haranggaol sepertinya tak dilirik lagi sebagai lokasi arena kejuaraan dunia olahraga air tersebut.
Padahal kawasan Danau Toba di teluk Haranggaol lebih bagus untuk arena kejuaraan jetski tersebut. Terabaikannya haranggaol dalam berbagai even wisata kelas dunia di Danau Toba disebabkan kurangnya penataan wisata di Haranggaol.
Haranggaol sendiri sebenarnya tetap memiliki daya pesona wisata saat ini, termasuk wisata kuliner membakar ikan dan berenang di pantai Danau Toba Sigumba-gumba. Haranggaol juga mudah dijangkau dari Kota Pematangsiantar dan Kota Medan. Jarak Haranggaol – Kota Pematangsiantar hanya sekitar 50 kilometer (km). Kemudia jarak Haranggaol – Kota Medan sekitar 120 km dan dapat ditempuh dalam waktu tiga jam melalui Kabanjahe, Karo.
Sedangkan jarak Ibokota Simalungun, Pematangraya – Haranggaol hanya sekitar 38 km. Jadi Haranggaol merupakan desa wisata pesosor Danau Toba yang mudah dijangkau. Namun wisatawan kurang melirik Haranggaol karena desa wisata itu kini seperti merana. (Matra/Radesman Saragih).