Pjs Wali Kota Pematangsiantar, Matheos Tan memberikan pencerahan pada Diseminasi Program Pendampingan Teknis Penurunan “Stunting” Kota Pematangsiantar di ruang rapat Bappeda Pemkot Pematangsiantar, Sumut, Rabu (13/11/2024). (Foto : Matra/DiskominfoSiantar).

(Matra, Pematangsiantar) – Kota Pematangsiantar, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) belum bisa bebas dari masalah stunting (anak yang tumbuh kerdil) kendati kasus stunting di kota tersebut terus mengalami penurunan. Hingga kini masih diteukan sebanyak 2151 orang anak penderita stunting di kota tersebut.

Hal itu diungkapkan Pejabat Sementara (Pjs) Wali Kota Pematangsiantar, Drs Matheos Tan, MM pada Diseminasi Program Pendampingan Teknis Penurunan Stunting Kota Pematangsiantar di ruang rapat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pemerintah Kota (Pemkot) Pematangsiantar, Rabu (13/11/2024).

Diseminasi tersebut turut dihadiri District Coordinator (Koordinator Wilayah) Tanoto Foundation, Felly Ardan, perwakilan Yayasan Cipta, Camat Siantar Utara, Marlon Brando Sitorus, SSTP MSi, pimpinan organisasi perangkat dinas (OPD) Pemkot Pematangsiantar, para lurah dan Satuan Tugas (Satgas) Stunting Kota Pematangsiantar.

Menurut Matheos Tan penyelesaian masalah stunting atau sering disebut gangguan pertumbuhan fisik anak akibat kurang gizi di Kota Pematangsiantar sebenarnya tidak sulit. Penanganan stunting tersebut cukup dilakukan dengan melaksanakan secara konsisten program orang tua asuh. Dikatakan demikian karena jumlah anak pederita stunting di Kota Pematangsiantar hingga Oktober 2024 hanya 251 anak orang.

Peserta Diseminasi Program Pendampingan Teknis Penurunan Stunting Kota Pematangsiantar di ruang rapat Bappeda Pemkot Pematangsiantar, Sumut, Rabu (13/11/2024). (Foto : Matra/DiskominfoSiantar).

Matheos Tan mengatakan, angka prevalensi (persentase) stunting di Kota Pematangsiantar terus menurun. Angka prevalensi stunting di Kota Pematangsiantar tahun 2023 sekitar 7,7 %. Sedangkan target prevalensi penurunan stunting di kota tersbeut tahun ini sekitar 6,71 %. Target tersbeut diperkirakan bisa tercapai karena kasus stunting di Kota Pematangsiantar saat ini hanya 251 orang.

Dikatakan, kasus stunting merupakan isu nasional. Penunrunan kasus stunting menjadi salah satu fokus pemerintahan Presiden Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka. Program paling tepat mengatasi stunting, yakni orang tua asuh.

“Orang tua asuh merupakan sebagai opsi yang tepat menangani stunting di Kota Pematangsiantar. Masalah 251 anak stunting di kota ini sebenarnya bisa diselesaikan melalui program orang tua asuh,” katanya.

Matheos Tan mengatakan, untuk mempercepat penurunan kasus stunting di Kota Pematangsiantar, sosialisasi pencegahan dan penanganan stunting perlu diintensifkan di tingkat pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat. Salah satu upaya pencegahan stunting yang perlu disosialisasikan di tingkat pelajar SMA, yakni mencegah pernikahan dini. Karena itu semua pihak terkait di Kota Pematangsiantar harus tetap mengawal proses percepatan penurunan stunting.

“Intervensi spesifik stunting juga harus dilakukan dengan mengidentifikasi hingga mengatasi mengatasi penyebab stunting. Intervensi ini menyasar ibu hamil dan bayi lima tahun (balita) dalam 1.000 hari pertama kehidupannya,”tuturnya.

Matheos menambahkan, Diseminasi Program Pendampingan Teknis Penurunan Stunting Kota Pematangsiantar diharapkan bisa meningkatkan penyebaran informasi mengenai capaian hasil penanganan stunting. Diseminasi juga diharapkan memberikan pembelajaran kepada para peserta program Pendampingan Teknis Penurunan Stunting di Kota Pematangsiantar.

“Diseminasi ini juga kami harapkan bisa menyusun rencana tindak lanjut bersama semua pihak untuk mempercepat penanganan stunting. Semua pihak harus bisa berbagi peran untuk melanjutkan penanganan stunting pasca program Pendampingan Teknis Penurunan Stunting di Kota Pematangsiantar,”katanya. (Matra/RS/DPS).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *