(Matra, Kota Pematangsiantar) – Kelurahan Tanjungpinggir, Kecamatan Siantar Martoba termasuk salah satu kawasan pinggiran yang tidak begitu menarik di Kota Pematangsiantar, Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Wilayah Tanjungpinggir yang dekat dengan Terminal Tanjungpinggir Kota Pematangsiantar tidak begitu banyak dilirik orang karena suasananya terkesan kumuh.
Kawasan Tanjungpinggir seperti kawasan yang memang terpinggirkan karena kawasan tersebut identik dengan tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Pematangsiantar. Kemudian sebagian kawasan permukiman di Tanjungpinggir merupakan tanah garapan. Beberapa lokasi Tanjungpinggir juga merupakan kawasan lembah dan perbukitan yang kurang layak dikembangkan menjadi lokasi permukiman, industri maupun perkantoran.
Pantauan medialintassumatera.net (Matra) baru-baru ini, sebagian kawasan Tanjungpinggir belum memiliki sarana dan prasarana umum, termasuk jalan yang memadai. Beberapa lokasi di Tanjungpinggir bahkan masih berupa jalan tanah, berlumpur dan penuh semak belukar. Beberapa kawasan Tanjungpinggir juga terdiri dari kawasan perbukitan, lembah dan rawa.
Namun kawasan yang tidak banyak dilirik orang maupun investor tersebut mendapatkan perhatian khusus bagi Jan Surya Saragih (57), seorang pengusaha di bidang perhotelan di Kota Pematangsiantar. Surya Saragih cukup berani membangun hotel dan resort di kawasan Tanjungpinggir kendati sarana dan prasarana umum masih miskin.
Surya Saragih berhasil menyulap perbukitan dan lembah menjadi lokasi penginapan dengan nuansa rekreatif di Tanjungpinggir. Di lokasi yang jauh dari keramaian Kota Pematangsiantar tersebut kini berdiri hotel (penginapan) Innara Hills (Bukit Innara).
Nuansa kawasan Innara Hills Tanjungpinggir Kota Pematangsiantar terasa rekreatif karena memiliki udara segar. Kawasan Innara Hills memiliki pepohonan yang rimbun. Kemudian Innara Hills juga memiliki sarana rekreasi dua unit kolam. Di antara kedua kolam tersebut tersedia kantin yang cocok untuk tempat menikmati kuliner khas Kota Pematangsiantar.
Jan Surya Saragih mengatakan, membangun hotel Innara Hills setelah purna tugas (pensiun) dari perusahaan perkebunan PT London Sumatera (Lonsum). Dirinya tertarik karena melihat kebutuhan perhotelan (penginapan) di Kota Pematangsiantar semakin meningkat menyusul semakin tingginya kunjungan wisata, baik kunjungan wisata transit maupun wisatawan yang mengikuti kegiatan berbagai kegiatan keagamaan maupun pemerintahan.
“Selain itu, saya juga hobi menikmati suasana rekreatif. Sebelumnya tempat ini hanya sebuah kafe atau kantin untuk kongkow-kongkow (bersantai sembari ngopi – ngopi) dengan kawan-kawan. Namun, ternyata antusias kawan-kawan datang ke sini cukup tinggi. Nah, saya berpikir, kenapa lokasi ini tidak dikelola secara profesional? Karena itulah saya berupaya mengembangkan hotel dan resort Innara Hills,”katanya.
“Event” Komunitas
Jan Surya Saragih menyebutkan, pembangunan hotel dan tempat rekreasi Innara Hills mulai dibangun tahun 2022. Pembangunan hotel tersebut dilakukan secara bertahap. Luas areal Innara Hills mencapai, 4,5 hektare (ha). Fasilitas yang disediakan Innara Hills antara lain kamar penginapan, coffee shop/café (kedai kopi), auditorium (aula), kolam ikan dan sebagainya. Pihak Innara Hills juga siap menjamu para tamu untuk menikmati kuliner khas Simalungun seperti memanggang ikan di lokasi penginapan tersebut.
Menurut Jan Surya Saragih, hotel tersebut sangat cocok digunakan untuk event (kegiatan) kegamaan, komunitas masyarakat dan instansi. Misalnya untuk tempat pelaksanaan pembinaan, rapat, retreat (penyegaran), arisan hingga pesta bona taun (awal tahun) untuk kalangan jumlah terbatas.
Selama tahun ini, katanya, beberapa marga, termasuk marga Saragih Garingging se-Kota Pematangsiantar mengadakan Pesta Bona Tahun 2024 di Innara Hills. Kemudian beberapa komunitas Kristen, termasuk dari GKPS di wilayah Simalungun dan Kota Pematangsiantar menggelar kegiatan retreat dan pembinaan di Innara Hills.
“Kami juga siap menerima wisatawan rombongan dari luar Kota Pematangsiantar. Suasana kawasan hotel ini cocok untuk rekreasi sambil mengadakan pembinaan-pembinaan keagamaan dan pemerintahan,”katanya.
Jan Surya Saragih mengatakan, pihaknya hingga Oktober 2024 belum bisa menerima kegiatan komunitas dalam jumlah besar karena fasilitas hotel masih terbatas. Pihaknya masih terus melengkapi fasilitas hotel agar hotel, aula dan sarana rekreasi tersebut bisa digunakan komunitas dalam jumlah besar, termasuk kalangan pemerintahan.
“Kami masih terus mengembangkan hotel ini agar benar-benar layak ditawarkan kepada wisatawan, termasuk wisatawan nasional dan internasional. Pembenahan-pembenahan sarana dan prasarana masih terus kita lakukan. Tahun 2025 kita rencanakan membangun fasilitas tambahan penginapan di bagian lain, khususnya di bagian atas sarana kolam dan kantin ini,”ujarnya.
Kendala
Dijelaskan, kendala-kendala yang dialami dalam pengembangan hotel tersebut, yakni sarana jalan. Jalan dari ruas jalan aspal ke lokasi hotel sekitar 500 meter masih jalan tanah dan sempit. Sedangkan pembukaan jalan dari kebun sawit yang jaraknya lebih dekat ke jalan umum terbentur masalah persetujuan pemilik tanah.
“Kami sudah membayar sewa tanah untuk pembukaan jalan ke lokasi hotel. Uang muka sudah kami berikan. Namun ternyata belum seluruh keluarga pemilik tanah setuju terkait penyewaan tanah untuk jalan tersebut. Karena itu untuk masuk ke hotel ini terpaksa melalui jalan tanah,”katanya.
Menurut Jan Surya Saragih, pembangunan dan pengembangan Innara Hills dilakukan secara bertahap karena keterbatasan dana. Surya Saragih membangun hotel dan resort tersebut menggunakan dana sendiri, tidak ada pinjaman modal dari perbankan.
“Saya hanya menggunakan modal sendiri membangun dan mengembangkan hotel dan resort ini agar tidak terlalu terbeban. Kalau meminjam dana dari bank, kita terbeban. Sementara usaha kita ini masih mulai berjalan, belum ada kepastian penghasilan tetap seperti hotel-hotel lain yang sudah dulu memiliki kondisi usaha mantap,”katanya.
Mengenai penghasilan, Jan Surya Saragih mengatakan, Innara Hills saat ini belum memiliki pendapatan yang menetap karena masih dalam tahap pengembangan. Innara Hills juga belum ditawarkan secara komersial seperti hotel-hotel yang sudah mapan fasilitas belum lengkap. Jadi pendapatan Innara Hills masih bersifat insidentil.
Jan Surya Saragih mengatakan, pengembangan Innara Hills Tanjungpinggir belum bisa dilakukan secara cepat saat ini karena pihaknya kini sedang membangun hotel di kawasan objek wisata Danau Toba, Tanjungunta, Tigaras, Kabupaten Simalungun.
“Kami sekarang mempercepat pembangunan hotel di Tigaras agar bisa segera beroperasi. Setelah itu nanti kami lanjutkan memenahi Innara Hills Tanjungpinggir Siantar ini,”tambahnya.
Cukup Terkesan
Sementara itu, para tamu dari kaum Bapak Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Jambi yang menikmati layanan dan suasana hotel dan resort Innara Hills Jumat – Senin (5 – 7/10/2024) cukup terkesan atas kehadiran Innara Hills Tanjungpinggir Kota Pematangsiantar.
Sebanyak 48 orang anggota Seksi Bapa GKPS Jambi menginap di Innara Hills dalam rangka mengikuti Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Seksi Bapa GKPS se-Indonesia (Nasional) di Balai Bolon (balai besar) GKPS Jalan Pdt J Wismar Saragih, Kota Pematangsiantar, Sabtu – Minggu (5 – 6/10/2024).
“Lokasi hotel ini cukup bagus, berada di dataran tinggi penuh pepohonan hijau dengan udara yang cukup segar dan panorama indah. Kemudian hotel dan resort ini juga memiliki kamar, kantin di bagian bawah (lembah) yang dekat dengan kolam ikan. Cukup nyaman istirahat di sini, jauh dari hiruk – pikuk keramaian kota,”kata Ketua Seksi Bapa GKPS Resort Jambi, St JW Saragih dan para anggota Seksi Bapa GKPS Jambi lainnya.
Menurut St JW Saragih, supaya Innara Hills bisa memberikan pelayanan terbaik bagi para wisatawan, fasilitas hotel dan resort ini masih perlu dilengkapi. Fasilitas tersebut antara lain, perlengkapan kamar hotel seperti lemari pakaian, handuk, meja, cermin, gantungan pakaian di ruang hotel dan kamar mandi serta berbagai fasilitas lainnya.
“Bangunan dan kamar hotel Innara Hills ini sudah cukup baik. Lokasi juga asri dan bersih. Namun fasilitas kamar hotel perlu dilengkapi. Sebagaimana standar hotel, kamar hotel di sini perlu menyediakan handuk, lemari pakaian, gantungan pakaian dan sebagainya. Bila perlu ditambah dengan sarana komunikasi, telepon dan televisi. Hal ini penting karena hotel ini agak jauh dari pusat kota,”katanya.
AlternatifTerlepas dari plus – minusnya (kekurangan dan kelebihan), kehadiran hotel dan resort Innara Hills Tanjungpinggir Kota Pematangsiantar tersebut telah menambah sarana dan prasarana pariwisata Kota Pematangsiantar. Innara Hills menjadi salah satu alternatif bagi wisatawan ke Kota Pematangsiantar untuk menginap dan menikmati suasana rekreatif, khususnya bagi wisatawan rombongan.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pematangsiantar, jumlah hotel di Kota Pematangsantar saat ini ada 54 buah dengan total kamar 1.514 unit. Hotel di Kota Pematangsiantar masih didonimnasi hotel jenis melati atau nonbintang. Jumlah hotal melati di Kota Pematangsiantar sebanyak 33 unit dengan jumlah kamar 890 dan tempat tidur 1.113 buah.
Kemudian, jumlah hotel berbintang satu di kota transit tersebut sebanyak dua buah dengan jumlah kamar 59 unit dan bad (tempat tidur) sebanyak 67 unit. Jumlah hotel berbintang dua di kota yang hanya berjarak sekitar 48 kilometer (km) tersebut enam buah dengan jumlah kamar 243 unit dan tempat tidur 243 unit.
Sedangkan hotel bintang tiga di Kota Pematangsiantar sebanyak tiga buah dengan jumlah 322 kamar dan 410 tempat tidur. Tingkat hunian hotel di Kota Pematangsiantar masih relatif rendah, yakni rata-rata 35,8 %/tahun.
Hotel di Kota Pematangsiantar belum banyak yang menawarkan konsep seperti yang disuguhkan Innara Hills. Karena itu Pemerintah Kota (Pemkot) Pematangsiantar dan lembaga terkait lainnya perlu memperhatikan dan memberikan dukungan terhadap kehadiran hotel dan resort di kawasan Tanjungpinggir, Kota Pematangsiantar tersebut. Salah satu bentuk perhatian tersebut, yakni membangun jalan yang memadai ke lokasi hotel dan resort tersebut. (Matra/Radesman Saragih).