
(Matra, Pematangsiantar) – “…Hita do simada talun on, hita do ginoran sipungkah huta ini, ningon do sisungkunon, ampa sipangatur…”. (Kita adalah pemilik tanah (daerah) ini. Kita juga lah yang disebut membuka kampung ini. Jadi kita harus menjadi tempat bertanya dan yang mengatur).
Itulah sepenggal bait lagu kebulatan tekad warga masyarakat Simalungun berjudul “Sipungkah Huta” (Pembangun Kampung) karya cipta komponis Simalungun Agus Erdiaman Purba yang dilantunkan St Radiapoh Hasiholan Sinaga ketika memberikan sambutan seusai ibadah pembukaan Pesta Paduan Suara (Pesparawi) Seksi (Komisi) Kaum Bapak Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) se-Indonesia di Balai Bolon (Balai Besar) GKPS, Jalan Pdt J Wismar Saragih, Kota Pematangsiantar, Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Minggu (6/10/2024).
Radiapoh Hasiholan Sinaga mengangkat tema lagu Sipungkah Huta tersebut untuk mengingatkan masyarakat Simalungun agar jangan sampai kehilangan pemimpin (bupati/wakil bupati) dan pejabat dari kalangan putra terbaik daerah Simalungun.
Kehadiran putra-putri terbaik Simalungun memimpin dan menjadi pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Simalungun saat ini sangat dibutuhkan. Apalagi saat ini muncul kecenderungan minim serta sulitnya mencari putra-putri daerah Simalungun berkompeten atau berkalitas mumpuni yang bisa direkrut atau menempati jabatan-jabatan penting (strategis) di Pemkab Simalungun.
“Situasi etnis atau suku Simalungun saat ini sedang tidak baik-baik saja. Jumlah warga asli Simalungun yang tinggal di Kabupaten Simalungun semakin berkurang.
Partisipasi warga asli Simalungun di daerah Simalungun dalam berbagai bidang pembangunan, termasuk bidang politik relatif rendah,”katanya.

Tersisih
Indikasi semakin tersisihnya warga asli Simalungun di daerah Simalungun tercermin dari persentase komunitas etnis yang menjadi penduduk menetap Simalungun maupun partisipasi warga Simalungun di bidang ekonomi, politik dan sosial.
Menurut Radiapoh Hasiholan Sinaga, penduduk Simalungun saat ini lebih banyak dari komunitas etnis Jawa. Kemudian disusul etnis Tapanuli. Sedangkan etnis Simalungun yang mendiami tanah Simalungun sendiri hanya 21 %.
Dikatakan, warga etnis Simalungun saat ini banyak tersebar di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Asahan, Labuhanbatu, Batubara, Deliserdang, Kota Pematangsiantar dan berbagai daerah lain di Sumatera Utara (Sumut).
Warga asli Simalungun banyak tersebar di berbagai daerah di luar Kabupaten Simalungun selama ini untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Hal itu terjadi karena sumber daya alam dan situasi ekonomi di daerah Simalungun mereka anggap kurang mendukung perkembangan ekonomi keluarga mereka.
Menurut Radiapoh Hasiholan Sinaga, dari sisi perkembangan gereja, daerah Simalungun, termasuk Kota Pematangsiantar juga sudah tidak lagi didominasi GKPS. Umat Kristen paling banyak di Kabupaten Simalungun – Kota Pematangsiantar saat ini berasal dari denominasi gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKB). Peringkat kedua ditempati warga Huria Kristen Indonesia (HKI). Sedangkan jumlah warga GKPS di Simalungun – Pematangsiantar berada pada peringkat ketiga.
Selanjutnya, di bidang politik, lanjut Radiapoh Hasiholan Sinaga, partisipasi warga Simalungun masih tergolong rendah, hanya sekitar 12 % Warga Simalungun masih banyak yang tidak tergabung dalam partai-partai politik, sehingga jumlah anggota dewan dari warga Simalungun juga relatif minim.
“Di bidang ekonomi atau swasta juga, etnis Simalungun masih kalah dibandingkan warga Simalungun dari etnis lainnya. Saat ini, etnis Simalungun hanya peringkat kelima dalam penguasaan bisnis di Simalungun. Sebagian besar bisnis di Simalungun – Pematangsiantar dipegang Tapanuli,”katanya.
Ditakatakn ketertinggalan warga etnis Simalungun di tanahnya sendiri juga terjadi di bidang kepedulian sosial. Bahkan warga masyarakat Simalungun paling rendah di bidang kepedulian sosial di Provinsi Sumut. Hal itu tercermin dari aksi-aksi kepedulian sosial yang dilakukan warga Simalungun di tengah berbagai problema sosial yang dihadapi warga masyarakat Simalungun secara umum, termasuk kepedulian terhadap rohaniawan atau pendeta dan penginjil.
“Saat ini gaji pendeta GKPS paling rendah dibandingkan gaji pendeta di berbagai denominasi gereja se-Provinsi Sumut. Padahal pendeta GKPS memiliki peran besar membangun kekuatan spiritual masyarakat Simalungun,”ujarnya.
Peran Bapa GKPS
Radiapoh Hasiholan Sinaga yang saat ini sedang cuti kampanye Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 dari jabatan Bupati Simalungun mengatakan, berbagai ketertinggalan warga Simalungun di daerah sendiri tersebut perlu mendapat perhatian, termasuk perhatian dari kaum Seksi Bapa GKPS.
Dikatakan, seksi bapa yang ada di setiap jemaat dan resort GKPS, baik di daerah Simalungun maupun di luar Simalungun diharapkan meningkatkan perhatian terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Simalungun.
Seksi Bapa GKPS perlu meningkatkan pembinaan karakter, pendidikan dan profesionalisme di kalangan generasi muda Simalungun. Hal itu penting agar generasi muda Simalungun bisa menjadi tuan rumah di tanah atau daerah sendiri di masa mendatang.
“Kita, Seksi Bapa GKPS memiliki pekerjaan rumah besar, merawat dan menjaga agar generasi muda Simalungun (GKPS), bisa turut serta membangun Simalungun dan GKPS. Hal itu bisa kita lakukan melalui tradisi kerja keras orang Simalungun, marharoan bolon (gotong – royong),”katanya.
Radiapoh Hasiholan Sinaga mengatakan, berdasarkan pengalamannya selama menjadi Bupati Simalungun sejak 2021 – 2024, dirinya sangat sulit mencari putra-putri Simalungun menduduki jabatan penting di pemerintahan.
“Untuk memilih seorang bidan dari putri Simalungun pun saya sulit. Bagaiman kita mengatasi ini? Tentu kita harus meningkatkan kualitas SDM generasi muda kita,”katanya.
Menurut Radiapoh Hasiholan Sinaga, beberapa tahun terakhir ini sangat terbuka peluang bagi putra-putri Simalungun masuk ke dalam jajaran Pemkab Simalungun menjadi apartur sipil negara (ASN). Peluang tersebut terbuka menyusul meningkatnya kuota (jumlah) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Kabupaten Simalungun tahun 2024. Jumlah kuota PPPK yang diterima Pemkab Simalungun tahun 2024 mencapai 5.300 orang.
“Kemudian kuota apartur sipil negara (ASN) yang diterima Pemkab Simalungun tahun ini mencapai 3.200 orang. Sekitar 2.632 orang ASN khusus tenaga kesehatan dan sekitar 600 orang ASN khusus bidang keahlian,”katanya.
Radiapoh Hasiholan Sinaga meminta keluarga Simalungun mengikut-sertakan putra-putri mereka mengikuti seleksi penerimaan calon PPPK dan calon pegawai negeri sipil (CPNS) di Kabupaten Simalungun tersebut.
“Seleksi penerimaan PPPK dan CPNS di Simalungun tidak ada pungutan, mulai dari penyerahan lamaran hingga pelaksanaan seleksi. Kita mencegah pungutan liar penerimaan PPPK dan CPNS untuk menunjukkan bahwa Pemkab Simalungun benar – benar menerapkan good and clean government (pemerintaah yang baik dan bersih),”ujarnya.
Kajian dan kenyataan mengenai eksistensi etnis Simalungun di tanah sendiri yang diungkapkan Bupati Simalungun periode 2021 – 2024, Radiapoh Hasiholan tersebut memang benar adanya. Pengamatan medialintassumatera.net (Matra) menunjukkan, para pejabat di Pemkab Simalungun banyak dari luar putra Simalungun.
Kemudian anggota legislatif atau DPRD di Simalungun juga banyak dari warga Simalungun non etnis Simalungun. Hal yang sama juga terlihat di bidang ekonomi dan bisnis. Sebagian besar pebisnis ulung atau besar di Simalungun bukan dari warga etnis Simalungun. Hal yang sama juga terjadi di Kota Pematangsiantar yang dulunya juga merupakan basis warga masyarakat Simalungun.
Putra-putri Simalungun di Kota Pematangsiantar saat ini masih terus terisih dari birokrasi pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, pusat perkembangan ekonomi dan bisnis, pusat pendidikan hingga pembangunan kerohanian (gereja).
Ketertinggalan dan ketersisihan warga etnis Simalungun dari daerahnya sendiri, Kabupaten Simalungun dan Kota Pematangsiantar perlu mendapatkan perhatian dari tokoh-tokoh, cendekiawan, birokrat, legislator dan rohaniawan Simalungun. Baik mereka yang tersebar berada di Simalungun maupun di daerah lain di Sumatera dan Jawa. Termasuk mereka yang berada di Kota Medan (Sumut), Pekanbaru (Riau), Batam (Kepulauan Riau), Palembang (Sumatera Selatan), Jambi, Jakarta, Bandung (Jawa Barat), Yogyakarta maupun daerah lainnya.
Sebagian tokoh-tokoh, cendekiawan, rohaniawan, wirausahawan dan legislator Simalungun tersebut berada di tengah-tengah Seksi Bapa GKPS yang mengikuti Pesparawi Seksi Bapa GKPS se-Indonesia (Nasional) di Kota Pematangsiantar, Sabtu – Minggu (5 – 6/10/2024). (Matra/Radesman Saragih).