Petani milenial Simalungun, Okto Sihombing (kiri), Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Simalungun, Robert Pangaribuan (tengah) dan Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Dolok Batunanggar, Mediana Damanik (kanan) pada diskusi pertanian di Pasar Tani Desa Rambung Merah, Kecamatan Siantar, Simalungun, Sumut, Rabu (4/9/2024). (Foto : Matra/DiskominfoSimalungun). 

(Matra, Simalungun) – Kalangan petani milenial (muda) di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mulai mengadopsi pola pertanian fertigasi (pemupukan modern) untuk menghemat biaya pengolahan pertanian sekaligus meningkatkan produksi. Pola pertanian yang banyak diterapkan petani di Israel tersebut sangat efektif meningkatkan pendapatan petani.

Hal tersebut diungkapkan seorang petani milenial Simalungun, Okto Sihombing pada diskusi pertanian yang digelar pada Pasar Tani dan Bazar Pangan Simalungun 2024 di lapangan sepak bola Nagori (Desa) Rambung Merah, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun, Sumut, Rabu (4/9/2024). Pasar tani tersebut berlangsung selama tiga hari, Selasa – Kamis (3 – 5/9/2024).

Menurut Okto Sihombing, para petani Simalungun yang sukses menarapkan tekonologi pertanian Fertigasi saat ini antara lain di beberapa desa, Kecamatan Dolok Batunanggar. Hasil pertanian sistem fertigasi tersebut memuaskan. Melalui sistem fertigasi tersebut, peningkatan produksi hasil pertanian meningkat 30 % dan penghematan biaya mencapai 40 %.

“Sebagai komunitas petani muda dan presisi, kami telah mengaplikasikan teknologi ini di beberapa tempat, termasuk Desa Tigabolon, Simodong, Bahliran dan Marjandiembong, Kecamatan Dolok Batunanggar,”ujarnya.

Okto Sihombing mengharapkan para petani di Kabupaten Simalungun dapat mengadopsi teknologi fertigasi ala Israel tersebut demi meningkatkan produksi dan menjaga ketahanan pangan di Kabupaten Simalungun.

Menurut Okto Sihombing, sistem pertanian fertigasi kini semakin mendapat perhatian di kalangan petani Simalungun karena terbukti mampu meningkatkan efisiensi produksi pertanian. Teknologi fertigasi berpotensi besar menghemat biaya produksi, terutama dalam penggunaan pupuk kimia.

“Di tengah keterbatasan lahan yang semakin sulit didapat, serta cuaca ekstrem yang kerap terjadi, fertigasi menjadi solusi yang sangat efisien,”tambahnya.

Petani milenial Simalungun, Okto Sihombing (kiri) menjelaskan teknologi pertanian “Fertigasi” pada diskusi pertanian Pasar Tani Simalungun 2024 di lapangan sepak bola Nagori (Desa) Rambung Merah, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun, Sumut, Rabu (4/9/2024). (Foto : Matra/DiskominfoSimalungun).

Regenerasi Petani

Okto Sihombing menambahkan, teknologi fertigasi juga dapat memotivasi generasi muda, terutama milenial dan Gen Z untuk terjun ke dunia pertanian. Kiprah generasi muda terjun ke dunia pertanian penting menggantikan para petani Simalungun generasi tua.

“Regenerasi petani di Simalungun sangat dibutuhkan mengingat rata-rata usia petani di Simalungun saat ini memasuki usia senja di atas 60 tahun. Untuk memotivasi generasi muda meningkatkan usaha pertanian ini, para penyuluh pertanian diharapkan dapat menjadi pelopor penerapan sistem fertigasi ini,”harapnya.

Dijelaskan, tekonologi atau sistem pertanian fertigasi penting melakukan efisiensi (penghematan) biaya tani dan meningkatkan efektivitas dan produksi atau hasil pertanian karena sistem fertigasi sangat praktis, mudah dan murah.

Sistem fertigasi ini dilakukan dalam proses pemupukan tanaman. Pada sistem fertigasi, petani bisa mencampurkan pupuk dengan irigasi (pengairan) untuk disebarkan ke areal pertanian. Artinya pemupukan tanaman dilakukan melalui saluran irigasi setelah melarutkan pupuk dengan air. Jadi pemupukan tidak ditaburkan ke areal tanaman seperti biasa.

Sementara itu, Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Dolok Batunanggar, Mediana Damanik, pada diskusi pertanian tersebut mengungkapkan, teknologi fertigasi sangat membantu petani di wilayahnya.

“Seorang satu petani di daerah kami sudah menerapkan teknologi fertigasi ini. Hasilnya terbukti sangat efisien dalam penggunaan tenaga kerja untuk pemupukan. Kemudian sistem fertigasi juga menjaga pertumbuhan tanaman meskipun kondisi iklim kurang mendukung,”jelasnya.

Mediana Damanik mengatakan, adopsi teknologi pertanian fertigasi di Simalungun penting, khususnya di kalangan generasi muda agar hasil pertanian dapat terus meningkat dan biaya pengolahan pertanian bisa dihemat.

Sedangkan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Simalungun, Robert Pangaribuan pada kesempatan itu mengharapkan pola pertanian fertigasi tersebut bisa dikembangkan di Simalungun. Kemudian diskusi pertanian di Simalungun juga perlu dilakukan secara berkesinambungan guna membuka wawasan, meningkatkan pengetahuan petani dan memberikan kesempatan kepada petani mengikuti perkembangan teknologi.

“Melalui teknologi fertigasi yang telah dijelaskan tadi, serta peningatan peran aktif penyuluh pertanian, kita harus terus memberdayakan petani mengadopsi teknologi baru seiring dengan perkembangan informasi,”katanya.

Pasar Tani dan Bazaar Pangan Simalungun tersebut digelar atas kerja sama Pemerintah Kabupaten Simalungun dengan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Simalungun. Pasar tani dan bazaar tersebut digelar saat musim panen agar petani dapat lebih mudah menjual hasil tani mereka dengan harga yang layak. Sedangkan warga masyarakat juga bisa mendapatkan kebutuhan pangan yang segar dan harga terjangkau. (Matra/RS/DKS).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *