Pihak Regal Springs Indonesia dan PRV BRIN menggelar perjanjian kerja sama guna melakukan riset dan inovasi untuk mengatasi bakteri Francisellosis, Rabu (14/8/2024). (Foto: Matra/Ist)

(Matra, Medan) – Bakteri Francisellosis (bakteri pada ikan nila) dinilai berpotensi menjadi ancaman bagi kelangsungan usaha industri perikanan, khususnya industri ikan nila atau tilapia di Indonesia. Francisellosis adalah penyakit bakteri yang disebabkan oleh infeksi bakteri Francisella noatunensis subsp orientalis, yang dapat menginfeksi berbagai jenis ikan, termasuk ikan nila (tilapia).

Penyakit ini sering mengakibatkan kematian yang tinggi, terutama pada ikan yang masih muda atau yang berada dalam kondisi stres. Gejala francisellosis pada ikan nila atau tilapia begitu bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan infeksi dan kondisi lingkungan.

Direktur Regal Springs Indonesia, Sony Sitorus di Medan, Sumatera Utara, Rabu (14/8/2024) menyebutkan, pihaknya telah mengambil langkah preventif untuk mencegah dan mengatasi bakteri tersebut.

“Regal Springs Indonesia atau yang dulu disebut PT Aqua Farm Nusantara, telah melakukan kerja sama dengan Pusat Riset Veteriner – Organisasi Riset Kesehatan – Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRV BRIN),” ujarnya.

Menurut Sony Sitorus, kerja sama dengan pihak Pusat Riset Veternir tersebut dituangkan dalam bentuk perjanjian riset dan inovasi dalam upaya pengendalian penyakit Francisellosis pada budidaya ikan tilapia. Kerja sama itu ia tandatangani sendiri selaku pihak perusahaan dan Harimurti Nuradji, DVM, PhD selaku Kepala Pusat Riset Veteriner BRIN.

“Kegiatan penangkapan dilakukan beberapa waktu yang lalu di Gedung Indraja, PRV-BRIN, Bogor, Provinsi Jawa Barat (Jabar),”katanya.

Sony Sitorus mengatakan, pihaknya mengaku merasa sangat terhormat dapat menjalin kemitraan strategis dengan PRV-BRIN. Kerja sama tersebut bukan hanya merupakan bentuk sinergi yang positif, tetapi juga langkah penting dalam mewujudkan visi Regal Springs Indonesia untuk mengembangkan teknologi dan inovasi,”katanya.

Dikatakan, kerja sama itu dapat meningkatkan kualitas serta keberlanjutan budidaya ikan tilapia di Indonesia, serta keberlanjutan ekosistem tempat kami membudidayakan ikan tilapia. Kerja sama tersebut akan berfokus pada pengembangan metode deteksi molekuler Francisella noatunensis subsp. orientalis untuk pengendalian penyakit Francisellosis pada budidaya ikan tilapia (Oreochromis niloticus L.).

“Kerja sama ini juga penting untuk mengembangkan metode skrining strain Master seed kandidat vaksin Francisella noatunensis subsp. orientalis guna mengendalikan penyakit tersebut. Kerja sama ini juga mencakup peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan wawasan, serta pemanfaatan sarana dan prasarana bersama antara kedua belah pihak,”paparnya.

Sony Sitorus lebih lanjut mengatakan, Regal Springs Indonesia saat ini telah melakukan berbagai upaya untuk mendiagnosis serta meningkatkan ketahanan ikan tilapia, mulai dari pengamatan gejala klinis, pengambilan sampel, pemeriksaan laboratorium, hingga analisa dan pelaporan.

Sementara itu, Research & Development Verteriner Regal Springs Indonesia, Drh. Juanda, menambahkan dalam proses diagnosis dan pengobatan, langkah-langkah yang diambil harus selalu memperhatikan standar yang diterapkan oleh Aquaculture Stewardship Council (ASC) dan World Health Organization (WHO).

“Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap langkah yang kami ambil dalam budidaya ikan tilapia mematuhi standar internasional yang ketat untuk memastikan kesehatan ikan dan keberlanjutan lingkungan,”tambahnya.

Pihaknya berharap kerjasama ini dengan BRIN tersebut dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan teknologi kesehatan ikan dan meningkatkan daya saing industri perikanan Indonesia di pasar global.

Secara terpisah, Kepala Pusat Riset Veteriner, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Harimurti Nuradji, DVM, Ph.D mengatakan, kerja sama dengan pihak Regal Springs Indonesia merupakan satu langkah awal dalam membuka kolaborasi lainnya.

“Selain itu, kerja sama ini juga untuk meningkatkan kapasitas kami di PRV-BRIN. Baik itu kapasitas yang terkait pengetahuan, keterampilan, dan juga terkait dengan kapasitas pengembangan infrastruktur, terkait riset dan inovasi dalam bidang kesehatan ikan,” ujar Harimurti

Harimurti mengharapkan sinergi tersebut dapat memberikan dampak kepada kedua belah pihak dan juga kepada masyarakat, bangsa dan negara, terutama di dalam pengendalian penyakit pada ikan (tilapia).
“Ke depannya kami harapkan, hasil dari kerja sama ini bisa mendukung sektor perikanan di dalam peningkatan produktivitas ikan, sehingga memberikan dampak yang positif di dalam produksi perikanan dan devisa untuk negara,”katanya. (Matra/HH/RS).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *