Wali Kota Pematangsiantar, dr Hj Susanti Dewayani, SpA (tengah) memeriksa kondisi kesehatan balita pada “Aksi Tumbuh Kejar Balita Stunting” di Puskesmas Tomuan, Kota Pematangsiantar, Sumut, Senin (29/7/2024). (Foto : Matra/DiskominfoSiantar).

(Matra, Pematangsiantar) – Kota Pematangsiantar masuk daerah terbaik atau peringkat pertama penurunan kasus stunting (gangguan pertumbuhan anak akibat kurang gizi) dari 25 kabupaten dan delapan kota se-Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Hal itu ditandai dengan keberhasilan Pemerintah Kota (Pemkot) Pematangsiantar menurunkan prevalensi atau persentase kasus stunting dari 14,3 % tahun 2022 menjadi 7,7 % tahun 2023 atau turun 6,6 %.

Hal tersebut diungkapkan Wali Kota Pematangsiantar, dr Hj Susanti Dewayani, SpA pada “Aksi Tumbuh Kejar Balita Stunting” di Unit Pelaksana Dinas Teknis (UPTD) Puskesmas Tomuan, Jalan Pattimura, Kelurahan Tomuan, Kecamatan Siantar Timur, Kota Pematangsiantar, Sumut, Senin (29/7/2024). Kegiatan tersebut diikuti dengan pemberian penimbangan berat badan bayi lima tahun (balita), imunisasi dan pemberian asupan makanan bergizi kepada puluhan anak balita.

Susanti Dewayani menegaskan, penurunan prevalensi kasus stunting secara signifikan di Kota Pematangsiantar diharapkan tidak membuat Pemkot Pematangsiantar, khususnya jajaran Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar berpuas diri dan berleha-leha. Penurunan kasus stunting di Kota Pematangsiantar harus terus diupayakan agar bisa di bawah 7,7 % tahun ini.

“Turunnya angka prevalensi stunting di Kota Pematangsiantar hingga 6,6 % dari tahun 2022 hingga 2023 jangan membuat kita berpuas diri. Kita harus terus menurunkan kasus stunting hingga di bawah 7,7 %,”katanya.

Menurut Susanti Dewayani, keberhasilan Pemkot Pematangsiantar menurunkan kasus stunting dari 14,3 % menjadi 7,7 % satu tahun terakhir membuat Kota Pematangsiantar masuk kategori daerah terbaik penanganan stunting di Provinsi Sumut tahun 2023. Namun keberhasilan menurunkan kasus stunting tersebut jangan membuat masyarakat dan pemerintah di Kota Pematangsiantar terlalu bereuforia (berpuas diri).

“Kita harus teta mengantisipasi antisipasi munculnya balita stunting baru. Jangan sampai balita lama yang stunting sudah lulus, malah tambah ada yang baru,’’ujarnya.

Dijelaskan, prevalensi stunting di Kota Pematangsiantar hingga angka 7,7 % tahun 2023 menunjukkan bahwa dari 100 orang balita di kota tersebut hanya 7 – 8 orang yang mengalami stunting. Angka tersebut menunjukkan bahwa kasus stunting di Kota Pematangsiantar relatif rendah.

Susanti Dewayani menjelaskan, kegiatan “Aksi Tumbuh Kejar Balita Stunting” di Kota Pematangsiantar tersebut merupakan salah satu program Pemkot Pematangsiantar menurunkan angka stunting. Kegiatan tersebut dinilai penting karena permasalahan stunting tidak bisa diselesaikan sendiri, namun butuh kolaborasi (kerja sama) semia pihak.

“Saya mengharapkan kegiatan ini berkesinambungan dan inovasi yang dibuat dalam upaya penurunan angka stunting membuahkan hasil yang lebih maksimal,”ujarnya.

Susanti Dewayani pada kesmepatan itu mengapresiasi kerja keras dan komitmen Kepala Puskesmas Tomuan beserta jajaran yang terus-menerus meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap anak-anak balita maupun ibu-ibu hamil dan menyusui. Kemudian Puskesmas Tomuan juga menjadi satu-satunya Puskesmas di Kota Pematangsiantar yang memberikan pelayanan serta pengobatan kepada pasien HIV.

“Selain itu Puskesmas Tomuan juga baru mendapatkan predikat Akreditasi A. Untuk itu kami ucapkan terima kasih. Semoga pelayanan Puskesmas Tomuan semakin baik,”katanya.

Susanti Dewayani juga menyampaikan apresiasi atas kerja keras dan komitmen para dokter internship yang telah memberikan perhatian dan ikut terlibat penanggulangan kasus stunting di Kota Pematangsiantar.

Sementara itu, Kepala Dinas Kadis Kesehatan Kota Pematangsiantar, drg Irma Suryani, MKM pada kesmepatan itu mengatakan, “Aksi Tumbuh Kejar Balita Stunting” tersebut merupakan salah satu program Pemkot Pematangsiantar menurunkan angka stunting.

“Upaya pencegahan dan penanggulangan stunting telah dimulai dengan intervensi serentak Juni 2024 dan dilanjutkan hingga akhir Desember 2024. Kita bersyukur angka stunting di Kota Pematangsiantar turun dari 14,3 % menjadi 7,7 % tahun 2023. Kita berupaya menurunkan kasus stunting di Kota Pematangsiantar menjadi 6,7 % tahun ini,”katanya. (Matra/RS/DKS).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *