(Matra, Jambi) – Kemiskinan infrastruktur seperti kerusakan jalan, langkanya pabrik industri hilir dan tidak adanya pelabuhan ekspor yang memadai sangat menghambat percepatan pembangunan industri kelapa sawit di Provinsi Jambi. Kerusakan jalan di Jambi membuat pengangkutan tandan buah segar (TBS) sawit ke pabrik minyak mentah (Crude Palm Oil/CPO) sangat sulit dan sering terlambat.
Kemudian kemiskinan pabrik pengolahan CPO menjadi minyak goreng (industri hilir) menyebabkan CPO dari Jambi lebih banyak diekspor, sehingga nilai tambah produk sawit utuk Jambi berkurang. Sementara ekspor CPO dari Jambi sulit dan terpaksa dilakukan melalui daerah lain karena pelabuhan ekspor di Jambi belum ada yang memadai.
Demikian salah satu persoalan pembangunan industry kelapa sawit yang mencuat pada Advocacy (Pelatihan) dan Penguatan Content Creator (Pembuat Konten) Media Sosial (Medsos) dan Jurnalistik Bidang Kelapa Sawit Provinsi Jambi di Hotel Aston, Kota Jambi, Senin (15/7/2024).
Advocacy dan Penguatan Content Creator Medsos dan Jurnalistik yang diikuti 50 orang peserta tersebut menampilkan pembicara, Mantan Bupati Tanjungjabung Barat (Tanjabbar) dua periode dan mantan Anggota DPR RI tiga periode, Drs H Usman Ermulan, MM, Jurnalis Trans 7, M Nugroho, Asriyadi dan Direktur Eksekutif (Chief Executive Officer/CEO) Elaeis Media Group, Abdul Aziz.
Usman Ermulan yang juga mantan Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Jambi pada kesempatan tersebut mengatakan, hingga kini masih banyak persoalan yang membuat manfaat sektor sawit bagi masyarakat Jambi terhambat.
Salah satunya, soal ekspor CPO dari Jambi yang masih banyak dilakukan melalui daerah lain. Hal itu membuat ongkos kirim (transportasi) ekspor CPO bertambah dan manfaat hasil sawit untuk masyarakat dan daerah tidak maksimal.
“Ekspor CPO Jambi sejatinya dapat meningkatkan pendapatan petani jika ongkos ekspor CPO dapat ditekan. Namun selama ini ekspor CPO Jambi banyak dilakukan melalui pelabuhan Dumai, Riau, bukan dari pelabuhan Sungai Talangduku, Muarojambi. Ongkos kirim CPO Jambi – Dumai mencapai Rp 400/kilogram (kg). Jadi biaya transportasi bertambah,”katanya.
Dijelaskan, ekspor CPO Jambi belum bisa dilakukan melalui Jambi karena infrastruktur di Jambi belum memadai. Baik itu infrastruktur jalan maupun pelabuhan ekspor. Jambi sudah lama memiliki Pelabuhan Muarasabak. Namun hingga kini belum difungsikan maksimal untuk kegiatan ekspor CPO. Begitu juga pelabuhan Ujung Jabung di Tanjungjabung Timur belum berfungsi untuk ekspor CPO sampai sekarang.
“Selain itu pabrik pengolahan CPO menjadi bahan jadi, khususnya minyak goreng di Jambi belum ada yang memadai. Jika 30 % saja produk CPO Jambi diolah jadi bahan jadi di Jambi, tentu hal itu akan meningkatkan nilai tambah sawit dan mendongkrak harga TBS sawit petani,”ujarnya.
Cari Terobosan
Usman Ermulan meminta Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi mencari terobosan atau solusi mengurangi biaya ekspor CPO dari Jambi. Salah satu langkah yang dapat dilakukan mengurangi biaya ekspor CPO tersebut, yakni mengoptimalkan penggunaan Pelabuhan Muarasabak Jambi atau memanfaatkan pelabuhan lain di Jambi.
Usman Ermulan lebih lanjut mengatakan, luas perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi saat ini mencapai 1,2 juta hektare (ha). Perkebunan dan industry pengolahan sawit memberikan dampak signifikan terhadap perputaran roda perekonomian daerah di Jambi.
“Peran kelapa sawit saat ini semakin meningkat seiring berkurangnya sumber dari sektor minyak dan gas, serta batu bara terhadap pendapatan devisa negara. Komoditas sawit tidak hanya berkontribusi pada ekonomi tetapi juga memiliki dampak sosial yang signifikan bagi masyarakat,”ujarnya.
Sementara itu, CEO EMG, Abdul Aziz pada kesempatan tersebut mengatakan, perkebunan kelapa sawit merupakan menjadi komoditas utama di Provinsi Jambi saat ini. Luas dan produksi kelapa sawit di Jambi terus meningkat.
Dijelaskan, luas areal perkebunan kelapa sawit di delapan kabupaten di Provinsi Jambi hingga tahun 2023 mencapai 1,2 juta ha dengan produksi CPO sekitar 2,7 juta ton. Namun hasil perkebunan kelapa sawit tersbeut belum dinikmati petani sawit secara maksimal karena harga TBS sawit yang sering jatuh.
Kemudian nilai tambah produksi sawit yang dinikmati daerah dan masyarakat di Jambi juga belum optimal karena CPO Jambi masih lebih banyak diekspor ke luar daerah. Kemudian CPO belum banyak diolah menjadi minyak goreng di Jambi.
Karena itu, lanjut Abdul Aziz, melalui Advocacy dan Penguatan Conten Creator Medsos dan Juralistik Bidang Perkebunan Kelapa Sawit tersebut, Elaeis Media Group (EMG) bekerja sama dengan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) berupaya melahirkan content-content creator yang bisa menghasilkan tayangan menarik mengenai perkebunan kelapa sawit.
“Para content creator yang mengikuti pelatihan ini nantinya diharapkan bisa mengubah mindset (pola pikir) dan melahirkan pola pikir baru memandang industry perkebunan sawit. Hal itu dapat dilakukan melalui publikasi yang edukatif dengan karya tulis jurnalistik yang baik mengenai industri perkebunan kelapa sawit,”katanya.
Dikatakan, sawit hingga kini berperan signifikan (penting) membantu hajat hidup orang banyak. Karena itu putra-putri petani, mahasiswa, konten kreator yang mengikuti pelatihan content creator dan jurnalistik bidang sawit tersebut dapat melahirkan karya yang edukatif dan menyuarakan lebih luas tentang sawit di Provinsi Jambi. (Matra/AdeSM).