Kunjungan Delegasi Sembilan Negara dan Tim North Sumatera Invest ke Danau Toba, Parapat, Simalungun, Sumut, baru-baru ini. (Foto : Matra/DiskominfoSumut).

(Matra, Medan) – Beberapa negara adidaya (maju) di Asia Tenggara, Asia, Eropa dan Amerika semakin melirik kemilau pariwisata dan industri di Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Untuk melihat lebih dekat potensi pariwisata dan industri tersebut, Tim North Sumatera Invest (NSI) bersama Delegasi Sembilan Negara maju di bidang industri, perdagangan dan pariwisata mengunjungi pusat-pusat pariwisata dan industri di Sumut.

Delegasi Sembilan Negara sahabat tersebut terdiri dari Konsulat Jenderal (Konjen) Republik Indonesia (RI) di Penang, Malaysia, Konjen Singapura, Konjen Amerika Serikat (United State of America/USA), Konjen Jepang, Konjen Malaysia dan Konjen Tiongkok di Kota Medan. Delegasi Sembilan Negara tersebut juga mengikut-sertakan Konsulat Kehormatan Belanda, Konsulat Kehormatan Jerman, Konsulat Kehormatan Thailand di Kota Medan.

Potensi-potensi pariwisata yang dikunjungi Delegasi Sembilan Negara dan beberapa negara adidaya tersebut, yakni Geopark (Taman Bumi) Kaldera (Cekungan) Danau Toba, Parapat, Kabupaten Simalungun, objek wisata di Kabupaten Langkat hingga Pasar Induk Kabanjahe, Kabupaten Karo. Selain itu Delegasi Sembilan Negara tersebut juga mengunjungi pusat industri kelapa sawit dan karet, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Kabupaten Simalungun.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sumut, Faisal Arif Nasution didampingi Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Provinsi Sumut, Ilyas S Sitorus di Kota Medan, Sabtu (29/6/2024) menjelaskan, pihaknya membawa Delegasi Sembilan Negara dan beberapa negara sahabat ke kawasan pariwisata Danau Toba, Langkat di Karo serta pusat industri di Simalungun untuk memperkenalkan potensi-potensi wisata dan industri Sumut. Setelah melihat langsung keindahan pariwisata Danau Toba, Langkat, Karo dan Simalungun, para delegasi negara sahabat tersebut tertarik mendatangkan investor ke Sumut.

Para Delegasi Sembilan Negara dan Tim North Sumatera Invest di perbukitan Geopark Kaldera Danau Toba, Parapat, Simalungun, Sumut, baru-baru ini. (Foto : Matra/DiskominfoSumut).

Takjub

Ketika mengunjungi salah sato objek wisata legendaris, yakni Batu Gantung di Geopark Kaldera Danau Toba, Parapat, Simalungun, Rabu (26/6/2024) siang, para delegasi sembilan negara dan negara sahabat tersebut sangat takjub. Para delegasi juga menikmati perjalanan Kapal Phinisi Danau Toba di danau yang biru, udara sejuk dan pesona panorama alam yang indah.

Para delegasi negara sahabat tersebut juga menikmati suguhan kuliner khas daerah Batak, ombus-ombus (kue kukus khas Batak), pisang dan jagung rebus. Kunjungan wisata ini merupakan rangkaian kegiatan Delegasi Sembilan Negara melihat site visit (melihat langsung) potensi wisata dan industri ke Kota Pematangsiantar, Kabupaten Toba dan Simalungun.

“Jadi dalam rangkaian site visit ini, kita bukan hanya mengajak para konjen dan konsulat dari sembilan negara ke sejumlah proyek strategis yang ada di Sumut. Kita juga mengenalkan pariwisata yang ada di Sumut. Seperti di Danau Toba ini ada Batu Gantung. Kemudian ada rumah pengasingan Presiden I RI, Ir Soekarno,”katanya.

Menurut Faisal Arif Nasution, dari sembilan konjen dan konsulat negara sahabat yang turut dalam site visit tersebut, hanya Konjen USA dan Konjen Tiongkok yang belum pernah berkunjung ke Danau Toba. Selebihnya sudah pernah, bahkan sudah beberapa kali melakukan kunjungan wisata.

Untuk memudahkan para delegasi negara sahabat mengetahui lebih jelas dan rinci potensi pwriwisata Danau Toba, DPMPTSP Sumut menugaskan seorang translater (penerjemah), yakni Rumondang. Rumondang menjelaskan mengenai legenda terbentuknya Danau Toba. Dia juga menjelaskan di tengah Danau Toba ada Pulau Samosir. Di atas Pulau Samosir juga ada sebuah danau. Karena itu masyarakat sering menyebut danau tersebut “Danau di Atas Danau”.

“Danau Toba dikelilingi tujuh kabupaten/kota. Antara lain Kabupaten Toba, Samosir, Simalungun, Karo, Dairi, Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan. Ketujuh kabupaten tersebut dihuni masyarakat yang didominasi suku Batak. Adat istiadatnya masih terjaga dengan baik hingga kini,”ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut, Arief Trinugroho mengatakan, kunjungan sembilan delegasi negara sahabat bersama Tim North Sumatra Invest ke Kaldera Toba, Kabupaten Toba dan Simalungun, Selasa (25/6/2024) merupakan inisiasi Pemprov Sumut dengan Bank Indonesia (BI).

“Kita mengharapkan para delegasi negara sahabat yang sudah melihat langsung potensi wisata Danau Toba dan industr Sumut bisa mereka informasikan ke negara mereka. Dengan demikian, kemilau pariwisata dan industri Sumut bisa menggugah investor negara-negara sahabat tersebut menanamkan modal di Sumut,”katanya.

Dikatakan, di tengah situasi perekonomian dunia yang semakin berat, yang dapat dilihat dari nilai kurs mata uang, menjadikan investasi sebagai salah satu sektor yang dianggap mampu menopang pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, Pemprov Sumut terus berupaya mempromosikan peluang investasi ke sejumlah calon investor.

“Namun menarik investasi bukanlah bersifat jangka pendek, tapi jangka menengah dan panjang. Bukan hari ini kita informasikan, terus besok masuk investor. Tapi ini jangka menengah dan panjang,”ujarnya.

Menurut Faisal Arif Nasution, Pemprov Sumut telah membuat strategi berupa regulasi kebijakan untuk merangsang minat investor ke Sumut. Di antaranya menghadirkan peraturan daerah insentif bagi para investor. Selama ini banyak investor mempertanyakan mengenai perda insentif (kemudahan) tersebut. Insentif di bidang apa saja. Jadi adanya perda mengenai insentif tersbeut dapat menjawab pertanyaan para investor tersebut.

“Jadi melalui visit site NSI dan delegasi negara sahabat ke sejumlah daerah di Sumut ini tentunya akan mendorong kabupaten/kota juga akan membuat kebijakan yang sama. Kita perlu menyajikan satu dokumen yang disebut instrumen penting perencanaan dan investasi (Investment Project Ready to Offer/IPRO) yang akan disampaikan kepada investor agar mereka tertarik,”katanya.

Kunjungan Delegasi Sembilan Negara dan Tim North Sumatera Invest ke KEK Sei Mangkei, Simalungun, Sumut, baru-baru ini. (Foto : Matra/DiskominfoSumut).

Potensi Karo

Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Karo, Nasib Sianturi pada pertemuan dengan Tim Nort Sumatera Invest dan Delegasi Sembilan Negara di Kabanjahe, Karo mengatakan, wilayah Karo merupakan kawasan perlintasan antara Provinsi Aceh dan Provinsi Sumut. Selain pertanian, terdapat sejumlah objek wisata yang indah di Kabupaten Karo. Salah satu yang ia tawarkan kepada para delegasi dari negara tetangga tersebut, yakni pembangunan Pasar Berastagi dan Pasar Pare.

“Kami ingin memberikan pelayanan terbaik kepada para pengunjung dengan memberikan kenyamanan. Pengunjung yang ada di Berastagi bukan hanya masyarakat setempat tapi juga ada wisatawan,”katanya.

Menurut Nasib Sianturi, selain pembangunan kedua pasar di Karo tersebut, Karo juga kini membangun lahan parkir. Kawasan pasar Berastagi belum memiliki areal lahan parkir yang memadai. Parkir yang dibangun nantinya berupa basement (lantai dasar) yang mampu menampung sekitar 800 unit kendaraan roda 4.

“Melalui pembangunan lahan parkir ini, Kota Berastagi yang selama ini menjadi titik pusat kemacetan jalur Danau Toba, Simalungun dan Karo – Kota Medan tidak macet lagi. Estimasi break event point (jangka waktu penyelesaian) proyek tersebut sekitar 20 tahun,”katanya.

KEK Mangkei

Delegasi Sembilan Negara sahabat tersbeut tidak hanya tertarik dengan pariwisata Danau Toba dan pasar Berastagi. Mereka juga tertarik melihat perkembangan pusat industry kelapa sawit dan karet, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Kabupaten Simalungun. Ketika berkunjung ke KEK Sei Mangkei, Rabu (26/6/2024), Delegasi Sembilan Negara sahabat tersebut sangat tertarik melihat pesatnya perkembangan pusat agroindustri tersebut.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan (Bappelitbang) Provinsi Sumut, Alfi Syahriza pada kesempatan itu mengatakan, KEK Sei Mangkei memiliki bisnis utama berupa industri kelapa sawit dan karet. KEK Sei Mangkei difokuskan menjadi pusat pengembangan industri kelapa sawit dan karet hilir berskala besar dan berkualitas internasional.

“Di tempat inilah investor dari manapun berinvestasi untuk hilirisasi. Pertumbuhan industri di Sumut sangat pesat. Selain KEK Sei Mangkei, ada juga Kawasan Industri Medan (KIM) dan industry es krim di Kualatanjung,”katanya.

Menjawab pertanyaan beberapa delegasi negara sahabat mengenai insentif yang diberikan kepada investor di KEK Sei Mangkei, Alfi Syahriza mengatakan, Pemprov Sumut telah memberikan kemudahan untuk berinvestasi dengan menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 tahun 2023 tentang Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi.

Sementara itu, Direktur PT Kawasan Industri Nusantara (KINRA) VT, Moses Situmorang pada kesempatan itu menjelaskan, KEK Sei Mangkei memiliki total area seluas 1.993,8 hektare Ha). KEK yag rfokus pada industri pengolahan kelapa sawit dan karet tersebut dikelola bersama oleh PT Perkebunaan Nusantara III (Persero) dan PT KINRA.

“Untuk tahun ini ada tujuh perusahaan sedang membangun (under konstruksi) sarana usaha di KEK Sei Mangkei. Mudah-mudahan tahun 2024 ini sudah beroperasi. Setelah itu akan masuk lagi tiga investor. Estimasi investasi hingga tahun 2031 selesai. Sektor yang mendominasi di KEK Sei Mangkei, yaitu oleokimia (bahan kimia dari lemak) dan refinery (kilang) minyak mentah sawit (Crude Palm Oil/CPO),”ujarnya. (Matra/Radesman Saragih/DPS).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *