(Matra, Medan) – Bangsa Indonesia, khususnya di wilayah Sumatera dan Sumatera Utara (Sumut) memiliki keterikatan dan kedekatan budaya, yakni budaya serumpun Melayu dengan beberapa negara di Asia Tenggara hingga India. Budaya serumpun Melayu tersebut hingga kini masih tetap terpelihara secara lestari dan abadi, kendati budaya global semakin kencang mempengaruhi budaya bangsa – bangsa Asia Tenggara.
Guna merajut budaya serumpun Melayu tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Medan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut, Kesultanan Deli bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) menggagas Gelar Melayu Serumpun (Gemes).
Pada tahun ini Gemes kembali digelar untuk ketujuh kalinya. Gemes VII yang berlangsung selama empat hari, Rabu (29/5/2024) hingga Sabtu (1/6/2024) tersebut digelar di halaman Istana Maiumun, Jalan Brigjend Katamso Nomor 370 Medan, Sumut.
Pada Gemes VII tersebut dipentaskan seni tari khas Melayu, yakni tari Zapin dengan berbagai versi. Pementasan seni tari Zapin tersebut diikuti perwakilan tim kesenian Melayu Malaysia, Thailand, Singapura dan India. Kehadiran tim kesenian Melayu negara-negara Asia Tenggara dan India tersebut semakin mempererat hubungan bilateral dan multilateral antarnegara serumpun.
Sementara itu, seluruh tim kesenian daerah Kota Medan, beberapa kabupaten dan kota di Sumut berkolaborasi dengan tim kesenian Malaysia, Thailand, Singapura dan India membawakan tarian Rentak Zapin Melayu pada penutupan Gemes VII di halaman Istana Maimun, Kota Medan, Sumut, Sabtu (1/6/2024).
Kesamaan Etnis
Penjabat (Pj) Gubernur Sumut, H Hassanudin pada pembukaan Gemes VII/2024 di halaman Istana Maiumun, Kota Medan, Rabu (29/5/2024) malam mengatakan, Gemes VII di Kota Medan yang diikuti negara-negara serumpun Melayu diharapkan tidak sekadar mempererat hubungan seni dan budaya, tetapi juga semakin mempererat hubungan ekonomi, perdagangan politik dan pertahanan.
Menurut Hassanudin, Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura dan India memiliki kesamaan etnis, baik bahasa, tradisi dan seni. Kesamaan tersebut pastinya membentuk sebuah ikatan emosial yang erat, meskipun tinggal di negara yang berbeda-beda. Karena itu, kegiatan Gemes menjadi penting diselenggarakan setiap tahun.
Selain itu, tambah Hassanudin, selain tujuan wisata serta pelestarian budaya, Gemes juga diharapkan memberikan ruang munculnya kreativitas dan inovasi baru di negara-negara serumpun Melayu. Baik kreativitas seni budaya, maupun inovasi yang mendorong pertumbuhan ekonomi melalui industri kreatif.
“Kita juga berharap Gelar Melayu Serumpun ini tidak saja memperkenalkan Melayu sebagai etnis asli Kota Medan kepada generasi muda. Tetapi kita juga memberikan kesempatan kepada para pelaku industri kreatif di Medan, Sumut untuk saling bertukar pengetahuan, bertukar informasi dan peluang pasar karya industri kreatif di Sumut dengan negara-negara peserta,”jelasnya.
“Event” Terbaik
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno pada kesempatan tersebut mengatakan, Gemes VII tahun 2024 kembali masuk menjadi deretan event (kegiatan) terbaik nusantara. Gemes sudah masuk Karisma Event Nusantara (KEN) untuk ke tiga kalinya.
“Saya apresiasi Pemprov Sumut, Pemkot Medan dan Kesultanan Deli yang menjadi tuan rumah Gemes VII. Kolaborasinya (kerja sama) menghadirkan kekayaan budaya Melayu, bukan hanya di Sumut, tetapi di seluruh wilayah nusantara. Karena itu Gemes berhak mendapatkan penghargaan KEN,”katanya.
Sandiago Uno mengharapkan, Gemes VII bisa menjadi pemicu geliat ekonomi parawisata dan usaka mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Sumut. Penyelenggaraan Gemes VII selama empat hari di Kota Medan bisa membuka peluang usaha dan lapangan pekerjaan bagi para pelaku UMKM di Kota Medan, Sumut.
Wali Kota Medan, Bobby Afif Nasution pada kesmepatan itu mengatakan, Gemes VII bukan hanya tentang pakaian, musik tradisional, tetapi budaya Melayu yang mencakup nilai-nilai filosofi kehidupan dari generasi kegenerasi.
“Budaya Melayu bukan hanya tentang seni dan budaya. Budaya Melayu juga mengajarkan nilai-nilai kolaborasi, hormat menghormati, khususnya kepada orang tua. Budaya Melayu mengajarkan kebijaksanaan dalam berbicara. Karena itu Pemkot Medan sangat bangga melaksanakan Gemes VII ini,”katanya.
Sedangkan Sultan Deli ke-14, Tuanku Mahmud Lamantjiji Perkasa Alam mengatakan, pelaksanaan Gemes bisa terus dilaksanakan karena memiliki kelestarian budaya Melayu di masing-masing negara serumpun, terkhusus di Kota Medan. Budaya Melayu tersebut menjadi perekat keharmonisan.
“Kami mengapresiasi pemerintah dareah di Medan, Sumut yang telah sukses melaksanakan kegiatan ini. Gemes ini juga memberikan berkah kepada warga Kota Medan dan Provinsi Sumut, khususnya para pelaku UMKM dan usaha kreatif,”ujarnya.
Gemes VII yang mengusung tema “Takkan Melayu Hilang di Bumi” tersebut turut dihadiri Konsul Jenderal (Konjen) negara sahabat, Datuk Bandar Majlis Bandaraya Kuantan (MBK) Malaysia, Dato Razihan Bin Adzharudin, Bupati Serdangbedagai, Darma Wijaya, Wali Kota Binjai, Amir Hamzah, Penjabat (Pj) Wali Kota Tebingtinggi, Muttaqien Hasrimi dan Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia, OK Saidin.
Sementara itu, Wakil Wali Kota edan, Aulia Rachman pada penutupan Gemes VII di Kota Medan, Sabtu (1/6/2024) mengharapkan masyarakat Kota Medan bersama-sama mempromosikan Gemes melalui smartphone (telepon genggam) masing-masing. Dengan demikian, Gemes VII akan semakin dikenal secara luas di tingkat nasional dan internasional. (Matra/AdeSM/DS).