Para aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Peduli Demokrasi Asahan menggelar unjuk rasa ke kantor KPU Kabupaten Asahan di Asahan, Sumut, Kamis (30/5/2024). (Foto : Matra/Ist).

(Matra, Asahan) – Sejumlah aktivis mahasiswa Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) yang tergabung dalam Aliansi Peduli Demokrasi Asahan menggelar demonstrasi atau aksi unjuk rasa ke kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Asahan di Asahan, Sumut, Kamis (30/5/2024).

Para mahasiswa memprotes rekrutmen atau seleksi anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) se-Kabupaten Asahan. Rekrutmen anggota PPS dan PPK di Asahan dinilai para mahasiswa bernuansa kolusi.

Hal itu ditandai dengan lolosnya seorang anggota PPK yang pada Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak Februari lalu sudah mengaku menggelembungkan suara calon legislatif (caleg) DPRD Kabupaten Asahan.

“Kami kesal sikap KPU Asahan yang meluluskan Rozuli Mufty Siregar menjadi anggota PPK Pulau Rakyat. Padahal yang bersangkutan sudah tersandung kasus pada Pemilu Serentak 2024. Rozuli Mufty Siregar mengakui kesalahannya menggelembungkan suara caleg DPRD Asahan ketika menjadi petugas PPK pada Pemilu Serentak 2024,”katanya.

Ancam Bakar Diri

Melihat sikap Komisioner KPU Asahan yang terkesan kurang merespon protes para mahasiswa, seorang juru bicara Aliansi Peduli Demokrasi Asahan, Johan Iskandar Sitorus mengancam membakar dirinya. Johan Iskandar Sitorus sudah sempat menyiram tubuhnya dengan bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite.

“Saya siap membakar diri jika KPU Asahan tidak berani menegakkan keadilan dan demokrasi. Kami mendesak KPU ASahan membatalkan keputusan meloloskan Rozuly Mufty Siregar menjadi anggota PPK,”tegasnya.

Aksi Johan Iskandar Sitorus untuk membakar diri tersebut pun akhirnya dicegah reka-rekannya, termasuk juru bicara aktivis lainnya, Nanda Erlangga. Nanda Erlangga dengan cepat mengambil mancis dari tangan Johan Iskandar Sitorus.

“Kami menghentikan rencana aksi bakar diri rekan kami, Johan Iskandar Sitorus sebagai sikap solidaritas sesama aktivis. Kami tidak ingin rekan kami terluka dan mengalami bahaya akibat aksi kami ini,”kata Nanda Erlangga.

Menurut Nanda Erlangga dan Johan Iskandar Sitorus, mereka menyesalkan keputusan KPU Asahan yang meloloskan Rozuli Mufty Siregar menjadi PPK Pulau Rakyat, Asahan padahal yang bersangkutan sudah terbukti tersandung kasus Pemilu Serentak 2024.

“Kami heran melihat sikap KPU Asahan. Oknum tersebut sudah mencoreng nilai demokrasi karena diduga menggelembungkan suara caleg pada Pemilu Serentak 2024. Namun KPU Asahan tetap meloloskannya menjadi penyelenggara Pilkada Serentak 2024,”katanya.

Sementara itu, aktivis mahasiswa Asahan lainnya, Agung Gumelar mengatakan, pihaknya juga meminta KPU Asahan segera memeriksa PPK Meranti bernama Buhori. Buhori diduga melakukan pernyataan sikap siap memenangkan caleg DPR RI bernama Dr Osbal Saragi Rumahorbo Pemilu Serentak 2024 lalu. Namun Buhori dikabarkan terpilih kembali menjadi PPK Meranti untuk Pilkada 2024.

“Kami meminta KPU Asahan segera mencopot dua nama yang kami laporkan itu,”tegasnya.

Aksi unjuk rasa Aliansi Peduli Demokrasi Asahan tersebut disambut dua orang Komisioner KPU Asahan, Pangulu Siregar dan Kristian Sinulingga. Mereka menerima aspirasi pengunjuk rasa dan berjanji menindaklanjuti laporan masyarakat tentang adanya rekrutmen yang dinilai menyalahi aturan.

Namun saat kedua Komisoner KPU Kabupaten Asahan tersebut belum memastikan melakukan pencoretan dua anggota PPK yang bermasalah tersebut. Para aktivis mahasiswa dari Aliansi Peduli Demokrasi Asahan tersebut pun meninggalkan kantor KPU Asahan untuk menenangkan rekan mereka, Johan Iskandar Sitorus. (Matra/AdeSM/PR).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *