
(Matra, Muarojambi) – Desa Talangduku, Kecamatan Tamanraja, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi yang selama ini lebih dikenal dengan pusat industri dan pelabuhan ekspor – impor Sungai Batanghari ternyata juga memiliki potensi besar di bidang pertanian tanaman pangan.
Desa tersebut memiliki sekitar 60 hektare (ha) ptensi areal sawah. Namun hingga kini belum dimanfaatkan secara maksimal. Persoalnnya terletak pada kurangnya kemampuan sumber daya manusia (SDM) petani, permodalan dan teknologi pertanian di desa tersebut.
“Untuk memanfaatkan potensi areal persawahan di Desa Talangduku sangat dibutuhkan kualitas sumber daya manusia (SDM) petani. Kemudian para petani tersebut juga perlu dibantu permodalan dan teknologi pertanian. Dengan demikian lahan pertanian di desa mereka akan bisa dibangun menjadi lumbung pangan,”kata anggota DPRD Provinsi Jambi, Abun Yani pada penutupan Pelatihan Teknologi Tepat Guna Pertanian di kantor Desa Talangduku, Kecamatan Tamanraja, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi, Rabu (22/5/2024).
Menurut Abun Yani yang merupakan anggota DPRD Provinsi Jambi Daerah Pemilihan (Dapil) Muarojambi, pihaknya mendukung progam peningkatan kualitas SDM petani guna memanfaatkan 60ha lahan di desa tersebut menjadi lumbung pangan.
“Desa Talangduku memiliki lahan pertanian tanaman pangan sekitar 60 ha. Lahan tersebut belum dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan produksi pangan. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus Pemerintah Kabupaten Muarojambi dan Pemerintah Provinsi Jambi. Kami mendukung sepenuhnya pemanfaatan 60 ha lahan tersbeut menjadi lumbung pangan,”ujarnya.

Bantuan Pemerintah
Abun Yani lebih lanjut mengatakan, untuk mewujudkan petani yang modern pemerintah harus mendukung peningkatan kemampuan petani menggunakan teknologi. Para petani perlu diberikan pelatihan penggunaan teknologi tepat guna agar mereka bisa mebgolah lahan menjadi produktif. Selain itu para petani juga perlu diberikan bantuan modal usaha dan alat pertanian.
“Tanpa bantuan pemerintah dan pihak terkait, para petani di daerah ini yang umumnya bertani secara tradisional tidak akan bisa memanfaatkan lahan mereka menjadi sentra produksi atau lumbung pangan,”katanya.
Dikatakan, Desa Talangduku memiliki letak yang sangat strategis dalam perdagangan dan industry karena lokasinya cukup dekat atau hanya sekitar 30 kilometer (km) dari pusat Kota Jambi. Desa Talangduku juga selama ini menjadi gerbang perekonomian di Provinsi Jambi karena di desa tersebut terdapat pelabuhan ekspor dan impor.
“Keluar masuk produk ekspor – impor ke Jambi hingga kini melalui Pelabuhan Talangduku. Karena itu desa ini perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal itu penting agar warga desa bisa menikmati hasil pertanian dari tanah mereka sendiri,”katanya.
Menurut Abun Yani, warga masyarakat Desa Talangduku juga dapat mengembangkan pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) desa mereka dengan mempertahankan kearifan lokal. Tradisi bertani dan bergotong royong di desa tersebut perlu dipertahankan guna meningkatkan kerja sama warga masyarakat memanfaatkan SDA desa mereka.
Sementara itu, Kepala Desa Talangduku, Muslim pada kesempatan tersebut mengatakan, pelatihan teknologi tepat guna pertanian di desa tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas (kemampuan) petani mengolah lahan pertanian.
Pelatihan tersebut diikuti empat kelompok tani (KT). Kemudian pelatihan itu juga melibatkan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Tamanraja dan Desa Talangduku. Salah satu materi pelatihan, yakni pembuatan racun membasmi hama (tikus). Bahannya dari labu kayu atau bahan alami yang ada di sekitar desa tersebut.
Dikatakan, Desa Talangduku termasuk desa tertinggal yang semakin mengalami perkembangan di berbagai bidang pembangunan, termasuk pertanian. Desa tersebut pernah mendapat penghargaan dari Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI, Drs Abdul Halim Iskandar tahun 2023. Kemudian Desa Talangduku merupakan salah satu dari 17 desa di Provinsi Jambi yang mendapat pernghargaan sebagai Desa Mandiri tahun 2024.
Menurut Muslim, supaya petani di Desa Talangduku lebih mampu meningkatkan produksi pertanian mereka seperti tahun tahun 2000 silam, semua kelompok tani di desa tersebut diharapkan menerapkan hasil-hasil pelatihan untuk mengolah lahan secara maksimal. Para petani desa tersebut diminta tidak mengabaikan hasil pelatihan yang sudah mereka ikuti. (Matra/AdeSM).