(Matra, Kota Pematangsiantar) – Peringatan hari raya umat Buddha Tri Suci Waisak 2568 Buddha Earth (BE)/2024 di Kota Pematangsiantar, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) berlangsung penuh suasana toleransi. Hal itu tercermin dari pelaksanaan pawai perayaan Tri Suci Waisak di Kota Pematangsiantar, Sabtu (18/5/2024) malam.
Pawai yang melalui jalan protokol (utama) di Kota Pematangsiantar tersebut membuat suasana kota tersebut penuh semarak. Pawai Waisak yang diiringi pementasan seni Tionghoa, barongsai. Pawai tersebut dilepas Wali Kota Pematangsiantar, dr Hj Susanti Dewayani, SpA dengan pemukulan gong di Vihara Samiddha Bhagya, Jalan Thamrin Kota Pematangsiantar. Warga Kota Pematangsiantar dari berbagai agama turut menyaksikan pawai tersebut di tepi-tepi jalan.
Peringatan Tri Susi Waisak di Kota Pematangsiantar tersebut turut dihadiri Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Pematangsiantar, H Kusma Erizal Ginting, SH, Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Kota (Pemkot) Pematangsiantar, Junaedi Antonius Sitanggang, SSTP, MSi dan Staf Ahli Wali Kota Pematangsiantar, Dra Happy Oikumenis Daely.
Peringatan Tri Suci Waisak 2568 BE tersbeut ditandai dengan penyalaan Lilin Pelita oleh Wali Kota Pematangsiantar, dr Hj Susanti Dewayani, SpA, Sekda Pemkot Pematangsiantar, Junaedi Sitanggang, Staf Ahli Wali Kota Pematangsiantar, Happy Oikumenis Daily, Ketua Walubi Kota Pematangsiantar, Susanto dan para undangan lainnya.
Menjaga Toleransi
Kehadiran Wali Kota Pematangsiantar dan para pejabat Pemkot Pematangsiantar pada peringatan Tri Suci Waisak tersebut benar-benar menjadi salah satu momentum merajut persatuan, persaudaraan dan kerukunan demi menjaga toleransi umat beragama di Kota Pematangsiantar. Pada kesmepatan itu, Wali Kota Pematangsiantar, dr HJ Susanti Dewayani dan para pejabat Pemkot Pematangsiantar berbaur dengan para pimpinan dan umat Buddha Kota Pematangsiantar mengikuti pawai Waisak.
Susanti Dewayani pada kesmepatan tersebut mengatakan, perayaan Tri Suci Waisak bukan sekadar seremonial yang dilaksanakan setiap tahunnya. Perayaan Tri Suci Waisak merupakan salah satu wujud keyakinan dan bakti umat Buddha.
“Waisak memperingati tiga peristiwa penting Sang Buddha Sidharta Gautama. Ketiga peristiwa tersebut, yaitu kelahiran Sang Buddha, Sang Buddha mendapatkan penerangan dan wafatnya Sang Buddha. Perayaan Tri Suci Waisak ini menjadi momentum untuk evaluasi diri agar lebih baik lagi, menyayangi orangtua dan menyayangi sesame,”ujarnya.
Susanti Dewayani mengajak umat Buddha di Kota Pematangsiantar menjadikan perayaan Tri Suci Waisak menjadi momentum pengingat diri untuk membina dan menjaga toleransi. Hal itu penting guna menjaga kerukunan sehingga antarumat beragama di Indonesia, terutama di Sumut dan secara khusus di Kota Pematangsiantar.
“Kami berharap seluruh umat beragama di Kota Pematangsiantar, khususnya umat Buddha menjadikan perayaan Waisak sebagai momentum merajut kembali rasa persatuan, persaudaraan dan kerukunan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Kota Pematangsiantar-Simalungun, Susanto pada kesmepatan itu mengatakan, kehadiran Wali Kota Pematangsiantar dan para pejabat Pemkot Pematangsiantar pada pawai perayaan Tri Suci Waisak tersebut merupakan suatu anugerah bagi umat Buddha di kota tersebut.
“Kami berharap, kehadiran Wali Kota Pematangsiantar pada perayaan (pawai) Waisak ini benar-benar bermanfaat meningkatkan toleransi dan kerukunan bagi seluruh umat beragama di Kota Pematangsiantar,”katanya.
Dijelaskan, puncak perayaan Waisak di Kota Pematangsiantar dilaksanakan 4 Juni 2024. Namun rangkaian perayaan Waisak sudah dimulai sejak Mei 2024. Sedangkan perayaan Waisak 2568 BE tahun ini jatuh pada Kamis (23/5/2024).
Menurut Susanto, pada perayaan Waisaktahun ini, umat Buddha di Kota Pematangsiantar memilih kegiatan doa bersama dan Pradaksina mengelilingi jalan protokol Kota Pematangsiantar. Hal itu dimaksudkan untuk menguatkan pemahaman dan penghayatan terhadap ajaran Buddha.
“Pradaksina bertujuan doa bersama. Kami melakukan perenungan terhadap peristiwa penting sehingga meyakinkan kami terhadap ajaran Buddha semakin kuat dan kokoh. Di samping itu, selain keyakinan kami semakin kuat, kualitas batin pikiran kami semakin meningkat,”katanya. (Matra/AdeSM/DS).