(Matra, Pematangsiantar) – Para petani di berbagai desa di Provinsi Suatera Utara (Sumut) hingga kini tampaknya masih trauma bergabung dengan koperasi. Hal tersebut tak terlepas dari banyaknya koperasi unit desa (KUD) di Sumut yang tidak jelas manajemennya. Bahkan tak jarang KUD di Sumut tinggal papan nama dan bantuan pemerintah yang diterima KUD tidak jelas penggunannya.
Sikap enggan para petani kecil bergabung atau membentuk koperasi tersebut membuat mereka mengalami berbagai kesulitan melakukan pengembangaan usaha pertanian mereka. Tanpa tergabung dalam KUD, pera petani akan sulit mendapatkan modal, bantuan sarana dan prasarana, pupuk bersubsidi dan pemasaran hasil pertanian.
“Persoalan-persoalan kesejahteraan yang dihadapi petani di Indonesia saat ini masih berkisar masalah keterbatasan permodalan, proses produksi, distribusi dan pemasaran hasil pertanian. Hal tersebut harus disikapi dengan serius guna meningkatkan penghasilan petani. Karena itu gerakan ekonomi berbasis kerakyatan seperti koperasi tani perlu terus dikembangkan di Sumut,”kata Kepala Dinas (Kadis) Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Provinsi Sumut, Naslindo Sirait ketika menghadiri sosialisasi pembentukan koperasi kepada Komunitas Masyarakat Tani Tabur Tuai (KMT3) di Kelurahan Gurilla, Kecamatan Siantar Sitalasari, Kota Pematangsiantar, baru-baru ini.
Menurut Naslindo Sirait, guna mendongkrak ekonomi petani, khususnya meningkatkan permodalan dan pemasaran hasil pertanian, kelompok-kelompok tani di Sumut sebaiknya jangan hanya berhenti sebagai kelompok tani saja. Kelompok-kelompok tani perlu bergabung dalam lembaga usaha ekonomi rakyat.
“Hal itu penting karena koperasi memiliki badan hukum yang jelas, skala ekonominya bisa optimal. Dengan demikian lembaga eknomio petani tidak mudah kalah dalam persaingan pasar,”katanya.
Dikatakan, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Provinsi Sumut terus mendorong pertumbuhan koperasi di sektor riil (nyata), yakni usaha ekonomi produktif yang langsung menghasilkan uang. Melalui usaha sektor riil tersebut para petani dapat berkembang guna meningkatkan penghasilan (kesejahteraan) mereka.
“Kami mendorong pertumbuhan koperasi sektor riil ini karena dinilai dapat langsung bersentuhan dengan kegiatan ekonomi masyarakat. Kemudian keberadaan koperasi sektor riil ini dapat menjadi tolok ukur untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi,”katanya.
Sementara itu, pada kunjungannya ke Kota Pematangsiantar, baru-baru ini, Kadis Koperasi UKM Provinsi Sumut, Naslindo Sirait juga menyempatkan diri meninjau lahan pertanian yang dikelola KMT3 Kota Pematangsiantar. Pada kesempatan tersebut, Naslindo Sirait mencanangkan penanaman perdana bawang merah dan menyaksikan proses pembuatan pupuk kompos.
“Kami akan membantu KMT3 Kota Pematangsiantar ini mengurus badan hukumnya agar resmio menjadi koperasi. Koperasi KMT3 Kota Pematangsiantar ini nantinya diharapkan bisa menjadi koperasi percontohan di Sumut, yakni koperasi yang mampu mengelola produksi secara mandiri, profesional dan mengadopsi teknologi,”katanya.
Generasi Muda
Dinas Koperasi UKM Provinsi Sumut juga berupaya mengembangkan koperasi di kalangan petani dan usaha ekonomi rakyat di Sumut. Untuk itu Dinas Koperasi UKM Provinsi Sumut akan meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak termasuk kalangan generasi muda.
Ketika mengikuti Rapat Anggota Tahun (RAT) Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) Bekatigade Sumut Tahun Buku 2023 di Hotel Niagara, Parapat, Kabupaten Simalungun, baru-baru ini, Kadis Koperasi UKM Provinsi Sumut, Naslindo Sirait menegaskan, pihaknya mendorong agar koperasi di Sumut memperbanyak kolaborasi dengan berbagai pihak. Koperasi di Sumut juga perlu melibatkan generasi muda mengembangkan usaha koperasi.
Naslindo Sirait mengimbau peserta RAT Puskopdit Bekatigade Sumut memperkuat fundamental koperasi, menjangkau generasi muda dalam program-program pengembangan koperasi dan meningkatkan kerja sama lintas sektor untuk mewujudkan koperasi yang eksis, transformatif maupun berkelanjutan.
“Kolaborasi itu hasilnya eksponensial. Dalam berkolaborasi, satu ditambah satu hasilnya bukan lagi dua, melainkan bisa menjadi sepuluh, tiga puluh, bahkan seratus. Saya mendorong Puskopdit Bekatigade Sumut membangun kolaborasi sebanyak-banyaknya dengan pemerintah, swasta antar sesama koperasi,”katanya.
Naslindo Sirait menegaskan, di era revolusi 4.0 seperti sekarang, kolaborasi bukan lagi pilihan, tetapi sudah menjadi keharusan. Ini sejalan dengan ideologi koperasi yang menjunjung nilai-nilai solidaritas, pemberdayaan dan gotong-royong. Jika koperasi-koperasi di Sumut semakin banyak berkolaborasi, pertumbuhannya akan luar biasa.
Naslindo Sirait pada kesempatan itu juga menyoroti fenomena rendahnya relevansi (perhatian dan partisipasi) koperasi di kalangan generasi muda. Rendahnya perhatian generasi muda terhadap koperasi dinilai berpotensi membuat koperasi mengalami involusi (penyusutan) pada beberapa dekade mendatang.
“Saat ini hanya 40 % koperasi di Indonesia yang memiliki hubungan dengan generasi muda. Jadi koperasi harus membuka diri untuk meningkatkan aksesibilitas terhadap generasi muda melalui media sosial, aktif memberikan edukasi dan sosialiasi mengenai koperasi kepada mereka dan bahkan melibatkan mereka sebagai pengurus dan kader koperasi,”tambahnya. (Matra/Radesman Saragih/DS).