Wali Kota Pematangsiantar, dr Hj Susanti Dewayani (empat dari kiri) mengenakan gaun khas Simalungun pada peringatan HUT ke-153 Kota Pematangsiantar di gedung DPRD Kota Pematangsiantar, Rabu (24/4/2024). (Foto : Matra/DiskominfoPematangsiantar).

(Matra, Pematangsiantar) – Kota Pematangsiantar termasuk salah satu kota yang berkembang pesat di Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Kota yang memiliki luas wilayah 79,97 kilometer (km) tersebut masih tetap mampu mempertahankan julukan kota terbesar kedua di Sumut setelah Kota Medan, Ibukota Provinsi Sumut.

Kota Pematangsiantar yang saat ini dihuni sekitar 275.000 jiwa penduduk terus berkembang pesat karena memiliki berbagai potensi pembangunan dan daya tarik tersendiri bagi pengunjungnya. Kota Pematangsiantar yang berjarak sekitar 128 km dari Kota Medan dan dapat ditempuh dengan waktu sekitar 1,5 jam menjadi kota transit (persinggahan) yang memberikan akses mudah bagi setiap orang berkunjung ke berbagai daerah dan objek wisata di pesisir Danu Toba.

Kota Pematangsiantar merupakan jalur lintasan menuju berbagai objek wisata Danau Toba seperti Parapat dan Haranggaol, Kabupaten Simalungun, Balige, Kabupaten Toba dan Tongging, Kabupaten Karo. Jarak Kota Pematangsiantar – Kota Wisata Danau Toba, Parapat hanya sekitar 50 km.

Posisinya yang strategis di Jalan Raya Lintas Sumatera (Jalinsum) tersebut membuat Kota Pematangsiantar terus menjadi kota bertuah, kota yang berkembang pesat dan memberikan kemudahan mendapatkan rejeki bagi penduduknya. Kota Pematangsiantar juga kota yang damai bagi masyarakat yang datang dari berbagai latar belakang ekonomi, sosial dan budaya.

Namun demikian Kota Pematangsiantar tetap eksis menjadi kota yang toleran. Kota Pematangsiantar juga berkembang menjadi kota budaya karena kota tersebut menjadi enklave (dikelilingi) Kabupaten Simalungun yang memiliki budaya khas tersendiri.

Perkembangan Kota Pematangsiantar menjadi pusat budaya, pendidian, religi, ekonomi, perdagangan, pariwisata dan kuliner membuat kota tersebut memberikan banyak kesan bagi setiap pengunjung. Pengunjung Kota Pematangsiantar bisanya tak bisa melupakan nikmat sajian kuliner, mie pangsit, tanggo – tanggo (daging masanak khas) Balige, roti ganda, roti bulan dan berbagai sajian kuliner lainnya.

Kota Pematangsiantar juga sudah cukup lama tekenal karena Wakil Presiden Republik Indonesia III, H Adam Malik merupakan kelahiran Kota Pematangsiantar 22 Juli 1917. Guna menunjang reputasi sebagai kota transit, wisata, budaya, pendidikan, ekonomi dan perdagangan, Kota Pematangsiantar pun menyediakan berbagai fasilitas pendukung.

Kota tersebut kini memiliki 10 unit hotel melati dan didukung 268 unit restoran. Kemudian Kota Pematangsiantar juga masih mempertahankan sajian wisata, becak mesin, yakni sepeda motor The Birminghan Small ArmsbCompany (BSA) kapasitas 500 cc buatan Inggris.

Kota Pematangsiantar juga termasuk kota yang memiliki prestasi pembangunan, khususya pelmbangunan lingkungan dan ketertiban lalu lintas. Hal itu itandai dengan keberhasilan kota itu meraih Piala Adipura tahun 1993 dan Piala Wahana Tata Nugraha tahun 1996.

Wali Kota Pematangsiantar, dr Hj Susanti Dewayani (tiga dari kanan) bersama unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Pematangsiantar pada peringatan HUT ke-153 Kota Pematangsiantar di DPRD Kota Pematangsiantar, Rabu (24/4/2024). (Foto : Matra/DiskominfoPematangsiantar).

Kota Toleran

Kota Pematangsiantar yang juga sering disebut sebagai “Kota Siantar Man” genap berusia 153 tahun, Rabu (24/4/2024). Hari jadi Kota Pematangsiantar ditetapkan 24 April berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Perda Kota Pematangsiantar Nomor 13 Tahun 1988 tentang penetapan Hari Jadi Kota Pematangsiantar.

Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-153 Kota Pematangsiantar digelar pada rapat paripurna DPRD Kota Pematngsiantar di gedung DPRD Kota Pematangsiantar, Kota Pematangsiantar, Sumut, Rabu (24/4/2024). Kendati peringatan HUT atau Hari Jadi ke-153 Kota Pematangsiantar digelar secara sederhana, namun peringatan HUT tersebut memiliki sarat makna, khususnya menghadai perkembangan situasi sosial politik bangsa Indonesia saat ini.

Wali Kota Pematangsiantar, dr Hj Susanti Dewayani, SpA pada peringatan HUT ke-153 Kota Pematangsiantar tersebut mengatakan, Kota Pematangsiantar merpakan kota yang dihuni masyarakat sangat majemuk. Di kota tersebut tinggal secara bersama berbagai suku, etnis dan agama.

“Karena itu seluruh warga masyakarat Kota Pematangsiantar harus tetap menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Kebersamaan dan gotong royong tentu harus tetap dipupuk di Kota Pematangsiantar. Tentunya kita juga juga harus merawat dan melestarikan budaya lokal yang ada di tanah ‘Habonaron Do Bona’ (Kebenaran Awal Segala Kebaikan) ini,”kataya.

Susanti Dewayani mengharapkan, peringatan hari bersejarah (HUT) Kota Pematangsiantar tersebut hendaknya menjadi momentum bagi seluruh aparatur pemerintah dan lapisan masyarakat melakukan melakukan evaluasi.

“Kita mengevaluasi diri, apa yang sudah kita berikan kepada kota kita ini. Jadi melalui peringatan HUT Kota Pematangsiantar ini kita harus bangkit melakukan perubahan, membangun Kota Pematangsiantar. Kita membangun kota ini bukan saja demi kepentingan pribadi, keluarga dan masyarakat, tetapi juga demi pelestarian nilai-nilai budaya dan kemanusiaan,”tukasnya.

Susanti Dewayani, juga mengajak seluruh aparatur pemerintah dan elemen masyarakat Kota Pematangsiantar memberikan yang terbaik bagi pembanginan kota tersebut. Peningkatan partisipasi pembangunan itu penting guna menghantarkan Kota Pematangsiantar menjadi kota yang lebih bermartabat, jauh dari segala fitnah dan adu domba, serta senantiasa berprasangka baik.

Para tamu undangan peringatan HUT ke-153 Kota Pematangsiantar di gedung DPRD Kota Pematangsiantar, Rabu (24/4/2024). (Foto : Matra/DiskominfoPematangsiantar).

Harapan Besar

Dikatakan, seiring perjalanan panjang yang telah dilalui selama 153 tahun, Kota Pematangsiantar tentunya mengalami banyak perubahan dan perkembangan, baik secara fisik maupun sosial, ekonomi dan budaya. Di tengah perkembangan tersebut masyarakat Kota Pematangsiantar menaruh harapan besar kepada penyelenggara pemerintahan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat dam memajukan pembangunan kota.

Karena itu, Susanti Dewayani mengajak seluruh elemen masyarakat dan jajaran pemerintahan saling bersinergi (bekerja sama) melaksanakan tugas pengabdian kepada masyarakat Kota Pematangsiantar. Hal itu penting sesuai dengan motto Kota Pematangsiantar Sapangambei Manoktok Hitei (Saling Bergotong-royong Demi Mencapai Tujuan yang Mulia).

“Jadi, momentum peringatan Hari Jadi Kota Pematangsiantar ke-153 Tahun 2024 ini mengingatkan kita agar terus berjuang bersama menghadirkan kesejahteraan bagi warga Kota Pematangsiantar,”katanya.

Sementara itu, Ketua DPRD Kota Pematangsiantar, Timbul Marganda Lingga, SH pada kesempaan tersebut mengatakan, peringatan HUT ke-153 Kota Pematangsiantar tahun ini memiliki makna filosofis. Melalui peringatan HUT tersebut, seluruj jajaran Pemerintah Kota (Pemkot) Pematangsiantar, wakil rakyat, pengusaha dan seluruh elemen masyarakat melihat masa lalu Kota Pematangsiantar sebagai mata rantai sejarah yang sangat bernilai sebagai referensi manapaki masa kini dan memandang masa depan.

“Artinya, peringatan HUT ke-153 Kota Pematangsiantar ini hendaknya menjadikan kita mawas diri, introspeksi diri demi mencapai tujuan masa depan Kota Pematangsiantar yang lebih baik,”katanya.

Timbul Marganda Lingga mengatakan, masyarakat Simalungun patut berbangga karena penetapan Hari Jadi Kota Pematangsiantar tanggal 24 April 1871 bertepatan hari lahir lahir Raja Siantar, yakni Raja Sang Naualuh 24 April 1871.

“Kita juga tidak boleh lupa bahwa Sang Naualuh merupakan pejuang, putra Kota Pematangsiantar yang berjuang sampai titik darah penghabisan mengusir dan melawan Belanda dari bumi Pematangsiantar. Sang Naualuh mengorbankan diri hingga harus dibuang ke Bengkalis dan wafat di sana,”katanya.

Menurut Timbul Marganda Lingga, peringatan Hari Jadi Kota Pematangsiantar tahun ini bukan hanya seremonial. Melalui peringatan Hari Jadi Kota Pematangsiantar, seluruh elemen masyarakat dan jajaran pemerintah Kota Pematangsiantar harus mampu meneladani sifat yang dimiliki Raja Sang Naualuh.

Sifat tersebut, pengasih, pelayan, jujur, berani, bertanggung jawab, teguh pendirian, saling menghormati dan saling membangun. Selain itu iman yang kuat, rendah hati, konsisten atau sesuai perkataan dan perbuatan, berbuat untuk rakyat, anti penindasan, sakti dan dekat kepada rakyat.

“Jadi Sang Naualuh artinya sang raja yang memiliki delapan motto hidup. Melihat sifat dan filosofi Raja Siantar, Sang Naualuh Damanik tersebut, sudah selayaknya masyarakat Kota Pematangsiantar meneladani sifat beliau. Sifat yang merupakan kearifan lokal tersebut tersebut juga pantas kita jadikan motto hidup,”ujarnya. (Matra/Radesman Saragih/DKPS).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *