
(Matra, Jambi) – Para mahasiswa Indonesia, termasuk di Provinsi Jambi harus tetap bersikap kritis dan idealis mengawasi kinerja pemerintahan (birokrasi). Melalui sikap kritis dan idealis tersebut, para mahasiswa akan bisa tetap memainkan perannya sebagai social control (pengawas sosial) dan agent changes (agen perubahan).
Hal tersebut dikatakan Ketua DPRD Provinsi Jambi, H Edi Purwanto, SHI, MSi pada Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Dewan Mahasiswa (Dema) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se – Indonesia Wilayah Sumatera I di gedung Amphiteater Wings B, Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha Saifudin (STS) Jambi, Kota Jambi, Kamis (25/1/2024).
Rakor tersebut dihadiri Ketua Koordinator Pusat Dema PTKIN se-Indonesia Wilayah Sumatera, Syahrus Sobirin, Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Pemerintah Provinsi Jambi, Tema Wisman, Kepala Sub Bagian Kemahasiswaan UIN STS Jambi, Nazori dan para pengurus Dema UIN STS Jambi.
Menurut Edi Purwanto, mahasiswa harus kritis dan memiliki analisis sebagai bagian dari kontrol sosial dan agen perubahan. Secara kelembagaan pemerintah memang sudah ada kontrolnya (pengawas internalnya) seperti inspektorat. Namun mahasiswa juga harus ikut andil melakukan kontrol sosial terhadap pemerintah.
“Pengawasan yang dilakukan mahasiswa beraneka ragam. Ada yang turun ke jalan, diplomasi, diskusi dan audiensi. Mahasiswa melakukan hal tersbeut karena mereka merupakan agen of change dan sebagai kontrol sosial terhadap kebijakan pemerintah. Karena itu mahasiswa harus tetap kritis dan idealis,”ujarnya.
Dikatakan, selama ini DPRD sangat terbuka menerima sejumlah masukan dari mahasiswa terkait berbagai permasalahan pembangunan di Jambi. DPRD Jambi bisa berdiskusi dengan mahasiswa mengenai persoalan pembangunan tersebut. Diskusi tersebut akhirnya menghasilkan kesimpulan yang dijadikan sebagai jadi kebijakan politik daerah.
Edi Purwanto pada kesmepatan itu mengisahkan perjuangannya menjadi Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Islam Negeri (UIN) STS Jambi tahun 2003 – 2004. Edi Purwanto menceritakan bagaimana dirinya memimpin mahasiswa melakukan beberapa kali melakukan demonstrasi memprotes kebijakan pemerintah yang dinilai melenceng dan tidak prorakyat.
“Jadi ketika mahasiswa melakukan demonstraksi, perjuangan utama, yaitu membela kepentingan rakyat. Kemudian mengevaluasi kebijakan pemerintah yang tidak berjalan pada relnya dan tidak mendukung peningkatan kesejahteraan rakyat,”katanya.
Edi Purwanto mengharapkan, mahasiswa tidak terjebak pada budaya negatif akibat perkembangan zaman, khususnya besarnya dampak kemajuan tekonologi informasi dan telekomunikasi. Di tengah era digitalisasi saat ini ada tiga ancaman yang dihadapi generasi muda. Ketiga ancaman tersebut, ideologi transnasional, internet, informasi tanpa batas dan hoax (berita bohong).
“Para mahsiswa harus memiliki kemampuan moral dan intelektual menghadapi berbagai ancaman tersebut. Karena itu saya saya berpesan agar mahasiswa tetap pada idealisnya dan terus berfikir kritis. Sikap tersebut menjadi modal utama mengawal kebijakan-kebijakan pemerintah dan mengawasi kinerja birokrat secara santun,”ujarnya.
Sementara itu, Ketua Koordinator Pusat Dema PTKIN se-Indonesia Wilayah Sumatera, Syahrus Sobirin pada kesempatan tersebut mengatakan, PTKIN se-Indonesia Wilayah Sumatera terus meningkatkan koordinasi guna menyamakan persepsi, visi dan misi perguruan tinggi Islam di Sumatera.
“Karena itu rakor ini kami harapkan bisa menghasilkan kesepakatan penting untuk meningkatkan kerja sama sekaligus kualitas perguruan tinggi Islam di Sumatera, terutama di Indonesia,”ujarnya. (Matra/AdeSM).