(Matra, Jakarta) – Banjir yang melanda beberapa kabupaten di Provinsi Riau mendapat perhatian khusus Badan Nasional penanggulangan Bencana (BNPB). Banjir yang terjadi sejak awal Januari 2024 hingga Senin (22/1/2024) tersebut belum menunjukkan tanda-tanda surut. Curah hujan di wilayah Provinsi Riau hingga saat ini masih cukup tinggi bahkan diperkirakan membuat banjir masih berkepanjangan.
Banjir di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Riau hingga kini masih tinggi dan merendam Jalan Lintas Timur (Jalintim) Sumatera, sehinga jalur transportasi Jalintim Sumatera melalui Pangkalan Kerinci masih lumpuh. Kendaraan minibus belum bisa melewati jalur Jalintim Sumatera di Pangkalan Kerinci dan sekitarnya. Kemudian banjir berkepanjangan di Riau juga membuat warga masyarakat masih banyak yang mengungsi.
Guna mengatasi banjir tersebut, BNPB akan melakukan rekayasa atau teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mengurangi curah hujan di Riau. TMC diharapkan bisa mengatasi luapan sungai yang menyebabkan banjir di beberapa kabupaten di Riau.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, PhD di Jakarta, Senin (22/1/2024) menjelaskan, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, SSos, MM sudah memastikan pelaksanaan rekayasa cuaca di Riau pada Rapat Koordinasi (Rakor) Penanganan Bencana Hidrometeorologi Provinsi Riau, di Kota Pekanbaru, Riau pekan lalu.
Operasi TMC bertujuan untuk mengurangi dampak yang lebih luas akibat banjir. Berdasarkan perkiraan Badan metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan masih tinggi di Riau hingga bebefrapapekan mendatang. Kondisi tersebut membuat bencana banjir di Riau masih berlanjut. Karena itu TMC atau rekayasa cuaca di Riau harus dilakukan pekan ini guna mengurangi curah hujan.
Menurut Abdul Muhari, operasi TMC akan menyasar wilayah-wilayah yang masih terendam banjir di Riau. Penanganan banjir harus dilakukan segera melalui TMC karena kawasan terdampak banjir mengalami masalah ekonomi yang besar. Berdasarkan keterangan Bupati Pelalawan, banjir yang melumpuhkan jalan dan mengisolasi beberapa daerah kecamatan dan pedesaan membuat distribusi gas elpiji dan berbagai kebutuhan pokok terganggu, sehingga harga pun melonjak.
Dikatakan, jalur transportasi di Jalintim Sumatera, Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Riau hingga kini pun masih lumpuh. Bus dan minibus dari arah Medan, Sumatera Utara menuju Jambi dan Jakarta yang terjebak banjir di Pangkalan Kerinci terpaksa putar balik dan mengambil jalur alternatif melalui Jalan Lintas Barat (Jalinbar) Sumatera dengan tambahan waktu hingga delapan jam.
“Truk-truk yang melintas di Jalintim Sumatera Pangkalan Kerinci yang datang dari Sumatera Barat terpaksa menunggu berjam-jam agar bisa lewat jalur jalan yang terendam banjir,”katanya.
Tidak Mudah
Berdasarkan informasi yang disampaikan Kepala BNPB Suharyanto, kata Abdul Muhari, operasi TMC tentu tidak mudah. TMC mengurangi curah hujan berbeda dengan TMC penanganan kebakaran hutan dan lahan untuk mendatangkan hujan. TMC pada musim hujan ini tentu agak sulit. Namun TMC tersbeut mengurangi curah hujan tersebut sudah pernah dilakukan mengatasi bencana Hidrometeorologi basah di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Sementara itu, Gubernur Riau, Edy Nasution pada rakor penanggulangan banjir di Rau tersebut mengatakan, potensi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat masih terjadi di hampir sebagian wilayah Riau sepekan ke depan.
“Berdasarkan hasil analisis data impact based forecast (prakirawan) dari BMKG, Satgas Banjir Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan inaRISK BNPB, wilayah Provinsi Riau umumnya berada dalam kategori waspada,”katanya.
Dikatakan, penanggulangan bencana banjir di Riau sudah banyak dilakukan Pemprov Riau dan jajarannya sejak awalJanuari hingga kini. Pemerintah provinsi, kabupaten dan kota di Riau telah melakukan berbagai upaya penanganan banjir dengan mengevakuasi warga, memberikan bantuan dan peringatan dini.
Edy Nasution menjelaskan, warga masyarakat Riau yang terdampak banjir sejak 1 – 20 Januari 2024 mencapai 36.541 keluarga (147.301 jiwa). Sekitar 2.523 keluarga (9.930 jiwa) di Riau masih mengungsi. Para pengungsi berada di enam kabupaten, yaitu Pelalawan, Rokan Hilir, Inhu, Dumai, Bengkalis dan Siak.
Kemudian ekonomi warga juga banyak yang lumpuh akibat banjir merusak tanaman, kolam ikan, ternak dan kebun sawit maupun karet. Perdagangan di beberapa daerah yang dilanda banjir di Riau juga merosot akibat transportasi yang lumpuh akibat banjir.
Sedangkan bantuan yang disalurkan BNPB untuk para korban banjir di Riau, yakni bantuan dana siap pakai (DSP) untuk 10 wilayah kabupaten/kota sebesar Rp 250 juta dan untuk Provinsi Riau Rp 350 juta. Kemudian bantuan pangan dan non-pangan berupa makanan siap saji 500 paket dan sembako 500 paket.
Kemudian bantuan selimut 500 buah, matras 500 buah, hygiene kits 500 paket, sabun cair 500 botol, tower lamp dan pompa alcon masing-masing lima unit, tenda keluarga empat unit, tenda pengungsi, genset, perahu dan mesin masing-masing dua unit. (Matra/AdeSM/BNPB).