Dr Muhammad Ridwansyah, SE, MSc. (Foto : DokPribadi)

Oleh : Dr Muhammad Ridwansyah, SE, MSc*

Pengantar

Provinsi Jambi genap berusia 67 tahun pada Sabtu, 6 Januari 2024. Memasuki usia yang cukup dewasa tersebut, pembangunan perekonomian Provinsi Jambi terus mengalami kemajuan. Berikut kami turunkan kajian pakar ekonomi Universitas Jambi (Unja), Dr Muhammad Ridwansyah, SE, MSc mengenai kemajuan pembangunan ekonomi Jambi. Selamat membaca.

Laju perekonomian Provinsi Jambi terus mengalami kemajuan pasca pandemi Covid-19 yang melanda negeri ini sejak 2020 hingga 2022. Secara perlahan namun pasti, perekonomian Jambi kini mulai bangkit. Kebangkitan ekonomi itu tak terlepas dari kebijakan-kebijakan pembangunan ekonomi yang dilakukan Provinsi ambi di bawah kepemimpinan Gubernur Jambi, Dr H Al Haris, SSos, MH dan Wakil Gubernur Jambi, Drs H Abdullah Sani, MPdI.

Kebangkitan ekonomi Jambi tersebut antara lain bisa dilihat dari laju pertumbuha nekonomi yang meningkat. Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jambi, kenaikan nilai tukar petani (NTP), penurunan angka kemiskinan ekstrim, turunnya angka penganggura dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Peningkatan laju perekonomian Jambi tersebut menepis adanya anggapan yang menyebutkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tidak berkualitas. Gambaran peningkatan pembangunan dan perekonomian Jambi tersebut dapat saya uraikan secara objektif dengan berbagai indikator makro pembangunan dan inklusivitas perekonomian Provinsi Jambi. Kajian ekonomi Jambi ini dilakukan secara objektif berdasarkan data dan analisis yang saya lakukan.

Melebihi Target

Kinerja pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi selama dua tahun terakhir dapat dilihat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jambi dua tahun terakhir. Pada RPJMD Provinsi Jambi tahun 2022 pertumbuhan ekonomi Jambi ditargetkan sekitar 4,7 %. Target tersebut dapat dilampaui. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi 2022 bisa mencapai 5,13 %.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2023, lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi di Provinsi Jambi, yakni transportasi dan pergudangan dengan pertumbuhan sekitar 16,92 %. Lapangan usaha berikutnya yang tumbuh relatif tinggi di atas 10 %, yakni sektor jasa perusahaan yang tumbuh sekitar 15,13 % dan pengadaan listrik dan gas tumbuh sekitar 11,66 %.

Sementara sektor pertambangan dan penggalian di Provinsi Jambi pada tahun yang sama bertumbuh sekitar 7,82 %. Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh %, pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh 5 %.

Usaha Terkontraksi

Namun demikian terdapat beberapa lapangan usaha yang terkontraksi. Di antaranya industri pengolahan. Kontraksi ini perlu mendapat perhatian karena sektor industri pengolahan merupakan barometer dari hilirisasi yang sekaligus menentukan kualitas pertumbuhan ekonomi. Selain memberikan kontribusi bagi penyerapan tenaga kerja formal, industri pengolahan juga berpotensi meningkatkan tax ratio yang pada gilirannya akan menyehatkan fiskal daerah.

Dari sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan hingga triwulan didominasi oleh komponen net ekspor dengan pertumbuhan 4,67 atau memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 89,46 %. BPS Provinsi Jambi merilis, kinerja ekspor Provinsi Jambi pada bulan Juni 2022 melesat naik 20 % lebih ke angka 308,45 juta USD jika dibandingkan dengan nilai ekspor Mei 2022 yang hanya sebesar 255,46 juta USD.

Tentulah kinerja net ekspor tersebut pantas diapresiasi di tengah ketidak-pastian keadaan pasar global. Namun yang perlu mendapat perhatian adalah komoditas yang diekspor masih didominasi oleh bahan mentah. Ekspor kelompok komoditi pertambangan memiliki andil/peran terbesar, yaitu sebesar 66,03 %.

Komoditi pertambangan tersebut, yakni minyak dan gas (gas) dan pertambangan lainnya seperti batu bara. Ekspor migas memberikan andil sebesar 54,00 % atau senilai 166,56 juta USD dari total ekspor. Ekspor batu bara memberikan andil sebesar 12,03 %.

Komponen konsumsi rumah tangga di Jambi juga menunjukkan kinerja yang positif. Pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga Jambi tahun 2022 mencapai 1,33 %. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut memberikan kontribusi sebesar 25,47 % terhadap pertumbuhan ekonomi Jambi.

Sementara pengeluaran pemerintah Jambi tumbuh sebesar 0,73 % atau kontribusi sekitar 13,98 %. Kendati pada triwulan I/2022 mengalami kinerja yang positif, namun pada triwulan IV/2022, komponen investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) y-on-y mengalami kontraksi sebesar 1,52 %.

Hal ini disebabkan penurunan Penanaman Modal Asing (PMA) di Jambi dari US$ 50,9 juta pada tahun 2021 menjadi hanya US$ 39,2 juta pada tahun 2022. Sementara PMDN menunjukkan kinerja positif. PMDN di Jambi tahun 2021 membukukan nilai sebesar Rp 6,20 miliar meningkat menjadi Rp 8,88 miliar tahun 2022.

Masalah Kemiskinan

Sementara, garis kemiskinan di Provinsi Jambi masih cukup menonjol bila dilihat dari pengeluaran perkapita penduduk. Garis kemiskinan per rumah tangga adalah gambaran besarnya nilai rata-rata rupiah minimum yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya agar tidak dikategorikan miskin.

Pengeluaran perkapita penduduk Jambi medio September 2022 tercatat sebesar Rp 585.950,-/kapita/bulan. Komposisi garis kemiskinan untuk pengeluaran kebutuhan makanan sebesar Rp 443.292,- (75,65 %) dan garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp 142.658,- (24,35 %).

Terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. Gerakan pangan murah dan operasi pasar yang dilakukan melalui sinergi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan TPID Kabupaten/Kota patut diapresiasi dalam upaya menghindari banyaknya rumah tangga yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Penurunan kemiskinan di Jambi merupakan suatu kinerja pemerintah daerah yang patut diapresiasi. Namun pada dimensi lainnya tingkat kedalaman (P1) dan keparahannya kemiskinan (P2) justru mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan pada periode 2021 – 2022 perekonomian masyarakat belum benar-benar pulih dari dampak krisis pandemi Covid – 19.

Hasil penelusuran data BPS, Indikator Makro Sosial Ekonomi Provinsi Jambi Triwulan I-2023 menunjukkan angka pengangguran akibat Covid – 19 hingga Februari 2022 mencapai 6.100 orang. Diharapkan pada periode 2023 perekonomian masyarakat sudah kembali normal. Dengan demikian baik P1 maupun P2 mengalami perbaikan yang signifikan.

Penanggulangan masalah kemiskinan di Jambi harus dilakukan secara koordinasi antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Koordinasi itu penting terutama dengan kabupaten yang memiliki angka kemiskinan ekstrim relative tinggi seperti Kabupaten Kerinci, Sarolangun, Batanghari, Muarojambi dan Bungo. Namun demikian, secara umum persentase penduduk miskin ekstrim di Provinsi Jambi mengalami penurunan dari 1,30 % tahun 2021 menjadi 1,16 % tahun 2022 atau terjadi penurunan sekitar 0,14 %.

Ekonomi Bangkit

Melihat data-data pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan di Jambi tersebut, tampak bahwa ekonomi Jambi mulai bangkit kembalipasca panemi Covod-19. Karena itu klaim (penilaian) berbagaipihak bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi kurang berkualitas, hal itu hanya menggunakan asumsi dan intensi yang kurang tepat. Pihak tersebut kurang menilai pertumbuhan ekonomi Jambi secara komprehensif dengan menggunakan data dan hasil analisis.

Provinsi Jambi telah menunjukkan adaptabilitas yang cukup kuat dan memprioritaskan pertumbuhan yang inklusif. Terakhir, diharapkan Provinsi Jambi dapat menerapkan program dan kebijakan sosial untuk memastikan bahwa manfaat pertumbuhan ekonomi didistribusikan secara adil. Upaya untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan meningkatkan masyarakat yang terpinggirkan mencerminkan dedikasi provinsi ini untuk memajukan pertumbuhan yang berkualitas.***

Penulis adalah Dosen Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *