
(Matra, Simalungun) – Longsor di perbukitan Desa Wisata Danau Toba Haranggaol, Kecamatan Horisan – Haranggaol, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) disebabkan kegundulan hutan. Perbukitan yang longsor di perbukitan Haranggaol tersebut tidak lagi terlindungi hutan. Akibatnya tanah di kawasan perbukitan itu labil dan mudah longsor ketika hujan deras turun dengan durasi yang cukup lama.
“Sejak dulu lokasi perbukitan di atas Desa Purbasaribu, Haranggaol tersebut rawan longsor. Perbukitan tersebut memang tidak lagi memiliki hutan. Sebagian besar perbukitan di Purbasaribu, Haranggaol tersebut juga kini sudah dijadikan ladang,”kata Oktoberson (35), warga Desa Haranggaol, Simalungun, Sumut yang dihubungi medialintassumatera.net (Matra), Rabu (22/11/2023) siang.
Menurut Oktoberson, longsor melanda perbukitan Desa Purbasaribu, Haranggaol, Rabu (22/11/2023) pagi. Longsor menyebabkan material batu dan tanah menimbun ruas jalan Purbasaribu menuju Seribudolok dan Kota Pematangsiantar. Longsor berada di dua lokasi. Akibat longsor tersebut, arus transportasi Haranggaol – Seribudolok – Kota Pematangiantar lumpuh.
“Ruas jalan tidak bisa dilalui kendaraan karena tertimbun tanah dan bebatuan. Pembersihan material longsor belum bisa dituntaskan hingga Rabu sore karena belum ada alat berat yang dikerahkan ke lokasi. Pemebrsihan material longsor hanya dilakukan warga secara manual dengan menggunakan cangkul,”katanya.
Dikatakan, longsor yang melanda perbukitan Haranggaol tersebut disebabkan hujan lebat yang turun di daerah itu tiga hari hari terakhir. Curah hujan yang tinggi dengan durasi yang cukup lama hingga Selasa (21/11/2023) malam hingga Rabu (22/11/2023) subuh membuat perbukitan longsor.
“Longsor tidak sampai menelan korban jiwa. Namun longsor membuat lading petani rusak tertimbun tanah dan batu. Kemudian beberapa makam yang ada di ladang warga juga tertimbun longsor,”katanya.
Oktoberson menjelaskan, longsor yang melumpuhkan arus transportasi Haranggaol menuju Seribudolok dan Kota Pematangsiantar tersebut membuat pengangkutan ikan dari Haranggaol dialihkan melalui Tigaras – Kota Pematangsiantar, Kabupaten Simalungun. Pengalihan pengangkutan ikan dari Danau Toba, Haranggaol tersebut menyabkan jarak tempuh bertambah jauh sekitar 15 kilometer (km).

“Warning”
Sementara itu, Tiar Purba (59), warga asal Desa Haranggaol yang sudah lama bermukim di Kota Jambi kepada medialintassumatera.net (Matra) di Kota Jambi, Rabu (22/11/2023) mengatakan, dirinya mendapatkan informasi longsor di Haranggaol tersebut dari adiknya yang masih tinggal di Desa Haranggaol. Longsor terjadi di perbukitan Desa Purbasaribu, Haranggaol. Lokasi longsor berada di dua lokasi, yakni di atas ruas jalan perbukitan Purbasaribu dan di Sihorbo, Purbasaribu.
“Pengamatan saya, daerah perbukitan tersebut memang rawan longsor. Masalahnya hutan di perbukitan tersebut sudah gundul. Kayu-kayu habis ditebang untuk pembukaan ladang. Akibat kemarau panjang, tanah di perbukitan tersebut biasanya kering dan retak. Nah, ketika turun hujan, air meresap ke tanah yang labil, sehingga terjadi longsor. Begitulah biasanya penyebab longsor di perbukitan Haranggaol sejak dulu,”katanya.
Dikatakan, peristiwa longsor di perbukitan Haranggaol tersebut merupakan warning (peringatan) agar kegundulan hutan di daerah itu segera dihijaukan kembali. Jika kegundulan hutan di perbukitan Haranggaol tersebut dibiarkan, kejadian longsor di daerah itu bisa lebih parah dan meluas ke perbukitan lain di Haranggaol.
“Kami para perantau berharap agar masyarakat dan pemerintah Desa Haranggaol, Kecamatan Horisan – Haranggaol, Simalungun segera melakukan penanaman pohon penghijauan di seluruh perbukitan Haranggaol, khususnya di jalur jalan Haranggaol – Seribudolok. Jangan nanti sampai longsor menelan korban jiwa dan materi yang besar baru semua pihak di Haranggaol menyesal,”katanya. (Matra/AdeSM).
