(Matra, Jambi) – Sistem ijon atau pemberian modal usaha berupa pinjaman dana maupun sarana produksi dari pemilik modal menjadi salah satu penyelamat petani sawit menghadapi krisis pupuk di Kabupaten Tanjungjabung Barat (Tanjabbar) Provinsi Jambi. Para petani sawit yang sulit mendapatkan pupuk bersubsidi dan kesulitan modal membeli pupuk di pasaran mendapatkan bantuan pasokan pupuk dari para pemilik modal di desa.
Pembayaran pupuk tersebut dilakukan petani dengan menjual hasil panen tandan buah segar (TBS) sawit kepada pengusaha atau pemodal. Namun harga TBS sawit yang dibeli pemilik modal dari petani tetap berdasarkan harga ketetapan pemerintah dan harga pasar. Para pemilik modal yang “mengkreditkan” pupuk kepada para petani sawit tidak menerapkan harga TBS rendah di bawah harga pasar dan ketentuan pemerintah agar petani tidak dirugikan.
“Selama bertahun-tahun kami kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi di daerah kami ini. Sedangkan untuk membeli pupuk di pasaran kami kekurangan modal karena harga pupuk bisa mencapai Rp 600.000/sak ukuran 50 kilogram (kg). Beruntung di desa ini ada pengusaha penampung TBS sawit yang bersedia mengkreditkan pupuk kepada petani. Pembayaran pupuk dilakukan setelah panen. Namun para petani harus menjual TBS sawit kepada pengusaha tersebut dengan harga standar pasar,”kata Jon Sagar (50), petani sawit Simpang Rambutan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Tanjabbar, Provinsi Jambi kepada medialintassumatera.net (Matra) di Simpang Rambutan, Senin (13/11/2023).
Menurut Jon Sagar, sistem ijon yang diberlakukan pengusaha di Simpangrambutan, Tanjabbar tersebut cukup menolong dan menguntungkan petani untuk mendapatkan pupuk. Para petani bebas mengambil pupuk sesuai kebutuhan pemupukan kebun sawit petani. Pembayaran pupuk tersebut dilakukan setelah panen sawit. Petani menjual TBS sawit kepada pengusaha pemasok pupuk sesuai harga pasar. Kemudian harga pupuk tetap sesuai harga standar pasar.
“Tanpa bantuan pengusaha pemasok pupuk dan penampung TBS sawit tersebut, kami tidak akan mendapatkan pupuk. Apalagi petani baru mulai membangun kebun sawit. Pupuk tersebut juga penting agar tanaman sawit memiliki buah yang memadai. Tanpa pemupukan, tanaman sawit tidak akan berbuah dengan baik,”katanya.
Dikatakan, adanya bantuan pupuk dari pengusaha tersebut membuat para petani sawit di Simpangrambutan bergairah. Para petani tidak lagi khawatir kesulitan mendapatkan pupuk karena krisis pupuk bersubsidi dan kesulitan modal membeli pupuk.
“Kalau kita mau bekerja sama dengan pengusaha pemasok pupuk tersebut, kita cukup memiliki kebun dan mengerjakan atau mengolahnya dengan baik. Sedangkan pengadaan pupuk cukup memesan kepada pengusaha pemasok pupuk. Kemudian untuk menjual TBS sawit pun tidak perlu susah-susah karena sudah langsung ditampung pengusaha tersebut,”ujarnya.
Jon Sagar mengaku, para petani sawit di Desa Simpangrambutan, Kecamatan Tebingtinggi dan petani di Kecamatan Merlung, Tanjabbar sudah sering mengusulkan bantuan pengadaan pupuk bersubsidi bagi para petani sawit perorangan di daerah tersebut. Namun permohonan tersebut tidak pernah mendapat tanggapan. Padahal kebutuhan pupuk para petani sawit di Simpangrambutan, Tanjabbar cukup besar.
“Petani sawit di sini umumnya memiliki kebun sawit antara lima hingga 10 hektare (ha). Sedangkan jumlah petani sawit perseorangan mencapai ribuan kepala keluarga (KK). Jadi kebutuhan pupuk sangat tinggi. Semestinya kebutuhan pupuk bersubsidi untuk petani di daerah ini mendapat perhatian pemerintah,”katanya.
Banyak Masalah
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jambi, Ir Rumusdar di pada Rapat Koordinasi (Rakor) Pupuk Bersubsidi Provinsi Jambi 2023 baru-baru ini mengatakan, pengadaan dan distribusi pupuk bersubsidi di Provinsi Jambi masih sarat masalah. Masalah tersebut antara antara lain, distributor pupuk bersubsidi kurang aktif (kurang respon) dan tidak rutin dalam mengirimkan laporan penyaluran pupuk bersubsidi ke instansi terkait seperti dinas pertanian, dinas perindustrian dan perdagangan, dinas perkebunan dan sekreraris daerah Provinsi Jambi.
Selain itu, lanjutnya, kios pupuk masih sering melakukan penebusan pupuk tidak sesuai dengan musim tanam. Karena itu di di saat petani butuh, pupuk sudah kosong atau habis. Selain itu, distribusi pupuk ke petani sering terlambat sampai karena kondisi jalan rusak, terhambat/macet di jalan yang dilalui angkutan batu bara.
“Pendistribusian pupuk ke Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh sering tidak tepat waktu. Ketika petani membutuhkan pupuk, pupuk belum tersedia di gudang pupuk,”katanya.
Sedangkan pihak Bank Mandiri Cabang Jambi pada rakor pupuk tersebut mengungkapkan masih banyak kendala pengadaan pupuk bersubsidi di 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Misalnya Nomor Induk Kependudukan (NIK) petani tidak terdaftar di eAlokasi 2023, sehingga petani tidak mendapat alokasi pupuk tahun 2023.
Kemudian masih banyak petani salah gesek kartu di kios yang bukan kelompoknya atau salah kios pupuk. Selain itu kode pengecer kios tani tidak sama dengan kode yang telah disesuaikan pada kartu atau ada perubahan kode pengecer kios.
Selain itu kartu terblokir akibat salah input PIN hingga tiga kali, rekening Kartu Tani tidak aktif, mesin EDC perlu di-restart (dibuka ulang), rekening kios terblokir/tutup/tidak aktif (dormant), jaringan sedang down atau ada gangguan system dan sebagainya.
Kenaikan harga pupuk yang melambung tinggi sangat berdampak bagi petani. Kepala Dinas Perkebunan (Disbun ) Provinsi Jambi Agusrizal mengatakan pemerintah akan memberikan pupuk gratis kepada petani Kelapa Sawit Swadaya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Agusrizal mengatakan, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memberikan bantuan pupuk bersubsidi untuk 900 ha perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi. Para petani sawit yang berhak mendapatkan bantuan tersebut, yakni para petani sawit swadaya. Namun bantuan pupuk gratis tersebut masih sangat terbatas, sehingga tidak semua petani sawit swadaya bisa mendapatkannya.
Dijelaskan, jumlah areal kebun sawit petani swadaya di Provinsi Jambi saat ini sekitar 400.000 ha. Sedangkan luas kebun sawit plasma sekitar 150.000 ha. Kemudian luas kebun sawit perusahaan 500.000 ha. Jadi total kebun sawit di Jambi sudah mencapai 1,1 juta ha. Kebutuhan pupuk kebun sawit tersebut sangat tinggi, sedangkan pasokan pupuk terbatas. (Matra/AdeSM/BerbagaiSumber).