(Matra, Palembang) – Gerakan penyelamatan lingkungan di wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) perlu terus ditingkatkan guna mencegah kehancuran lingkungan di wilayah tersebut. Salah satu upaya penyelamatan lingkungan yang mendesak dilakukan di Sumbagsel, yakni pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan pemulihan kerusakan hutan melalui penanaman pohon penghijauan.
Pencegahan dan penanggulangan karhutla di Sumbagsel penting karena dampaknya cukup besar terhadap kelestarian hutan dan kesehatan masyarakat. Tingginya kasus karhutla selama musim kemarau panjang tahun ini menyebabkan kerusakan hutan alam dan hutan lindung di wilayah Sumbagsel cukup parah dan luas.
Kemudian karhutla juga menimbulkan bencana asap yang mengakibatkan banyak warga masyarakat, khususnya anak-anak di Sumbagsel terpapar infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Selain itu asap karhutla di Sumbagsel juga menyebabkan sekolah-sekolah terpaksa diliburkan hingga beberapa pekan.
Sorotan mengenai karhutla dan kerusakan lingkungan tersebut mengemuka pada Konferensi Studi Regional (KSR) Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Komisariat Daerah (Komda) Sumbagsel di Wismalat Podomoro, Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), Jumat – Selasa (3 – 7/11/2023).
KSR PMKRI Komda Sumbagsel tersebut mengangkat tema “Karhutla, Kekeringan dan Peningkatan Suhu Permukaan Bumi, Dampak El Nino dan Peran Manusia di Dalamnya”. KSR PMKRI Komda Sumbagsel yang merupakan tingkatan Pendidikan Formal IV PMKRI tersebut diikuti ratusan anggota dan pengurus PMKRI se-Sumbagsel, yakni dari Provinsi Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu dan Provinsi Lampung.
KSR PMKRI Komda Sumbagsel tersebut juga dihadiri Ketua Presidium Pengurus Pusat PMKRI, Tri Natalia Urada, Presidium Pengembangan Organisasi PMKRI Pusat, Pius Yolan dan Komisaris Daerah PMKRI Regio Sumbagsel, Pratama Simarmata. Kemudian hadir juga Ketua Presidium PMKRI Cabang Palembang Andreas Amanda Simbolon, Ketua Presidium PMKRI Cabang Jambi, Parlin Tua Sihaloho, Ketua Presidium PMKRI Cabang Bengkulu, Floriska Singkat dan Ketua Panitia KSR PMKRI Regio Sumbagsel 2023, Odorikus Irwan.
KSR PMKRI Regio Sumbagsel tersebut juga diisi dengan penanaman bibit pohon penghijauan di Talang Buluh, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Provinsi Sumsel. Penanaman pohon tersebut diharapkan dapat menekan peningakatan suhu permukaan bumi sekaligus menjadi contoh bagi pemerintah daerah di Sumbagsel agar meningkatkan gerakan penanaman pohon penghijauan.
Diskusi Lingkungan
Komisaris Daerah PMKRI Regio Sumbagsel, Pratama Simarmata pada kesempatan itu mengatakan, KSR Regional PMKRI Komda Sumbagsel antara lain diisi dengan Forum Grup Diskusi (FGD) mengenai berbagai masalah kontemporer (terbaru) di wilayah Sumbagsel, yakni masalah lingkungan hidup.
Persoalan lingkungan hidup wilayah Sumbagsel yang diangkat pada FGD tersebut, yakni masalah karhutla, kekeringan, perubahan suhu dan dampak El Nino. Masalah karhutla mendapat perhatian khusus KSR PMKRI Sumbagsel karena karhutla merupakan permasalahan lingkungan hidup yang sangat berdampak terhadap masyarakat dan kelestarian hutan.
Kasus karhutla yang sangat tinggi di Sumbagsel selama musim kemarau tahun ini, Juli – November 2023 terutama di wilayah Sumsel dan Jambi. Dampak dari karhutla tersebut sangat dirasakan masyarakat, yakni meningkatnya kasus ISPA akibat asap karhutla.
Dijelaskan, melalui diskusi mengenai lingkungan hidup tersebut, PMKRI hadir menyumbangkan pemikiran kepada pemerintah untuk mengatasi masalah lingkungan hidup tersebut. Rekomendasi konkrit PMKRI mengenai penanggulangan karhutla dan kekeringan tersebut akan disampaikan kepada pemerintah daerah.
Rekomendasi tersebut, lanjutnya, akan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah di Sumbagsel untuk mengatasi permasalahan permasalahan karhutla, kekeringan dan perubahan suhu. Jadi, kegiatan FGD PMKRI Sumbagsel tersebut bukan semata – mata formalitas, namun merupakan kegiatan efektif yang dibutuhkan masyarakat dan pemerintah saat ini.
“Rekomendasi FGD KSR PMKRI Sumbagsel ini akan disampaikan kepada pemerintah daerah di Sumbagsel. Rekomendasi tersebut akan membantu pemerintah daerah menyelesaikan masalah karhutla, kekeringan, perubahan suhu dan dampak El Nino,”katanya.
Pratama Simarmata lebih lanjut mengatakan, rekomendasi lain yang dihasilkan FGD KSR PMKRI Sumbagsel, yakni penanggulangan masalah kekeringan di Sumbagsel melalui percepatan realisasi pembangunan waduk yang sudah direncanakan pemerintah. Kemudian percepatan revitalisasi sungai agar air sungai dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku air bersih/atau air minum.
“Sungai Musi di Palembang, Sumsel dan Sungai Batanghari di Jambi belakangan ini semakin terancam pencemaran limbah industri dan limbah rumah tangga. Padahal air sungai tersebut menjadi sumber bahan baku perusahaan daerah air minum. Karena itu upaya penyelamatan Sungai Musi dan Batanghari harus segera dilakukan,”katanya.
Diskusi mengenai lingkungan hidup yang digelar pada KSR PMKRI Sumbagsel tersebut menampilkan pembicara (narasumber) dari pihak-pihak terkait atau berkompeten dari Provinsi Sumsel. Di antaranya pihak Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dinas Lingkungan Hidup, Polda, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Kehutanan dan Pegiat Lingkungan Hidup Sumsel, Andreas Okdi.
Sementara itu, Ketua Presidium Pengurus Pusat PMKRI, Tri Natalia Urada pada kesempatan tersebut mengatakan, kegiatan KSR tersebut dilaksanakan di 15 Regio (Wilayah) PMKRI. KSR tersebut diikuti 85 Cabang PMKRI di Indonesia.
“PMKRI se-Indonesia saat ini melaksanakan KSR 15 Regio dan 85 Cabang PMKRI. Masalah yang dibahas setiap region sesuai dengan keadaan daerah masing masing,”katanya.
Sementara itu, Ketua Presidium PMKRI Cabang Palembang, Andreas Amanda Simbolon pada penutupan KSR PMKRI Komda Sumbagsel tersebut menyampaikan apresiasi seluruh pengurus dan anggota PMKRI se-Sumbagsel yang mengikuti kegiatan KSR dengan tekun dan serius mulai awal hingga akhir.
“Kemudian seluruh stakholders (pihak terkait) di Sumsel juga sangat mendukung kegiatan yang dilakukan selama KSR PMKRI se-Sumbagsel tersebut. Hal ini menunjukkan adanya kesepahaman dan kerja sama PMKRI dengan pemerintah daerah dan pihak instansi terkait di Sumbagsel menyikapi berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat,”katanya.
Sementara itu berdasarkan data yang dihimpun medialintassumatera.net (Matra) dari situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), karhutla paling luas di Sumatera tahun ini terjadi di Sumsel. Total luas karhutla di Sumsel medio Januari – September 2023 saja sudah mencapai 32.496 hektare (ha).
Sedangkan berdasarkan data Satgas Penanggulangan Karhutla Jambi, total luas karhutla di Provinsi Jambi selama Januari – 8 November 2023 mencapai 1.408,18 ha atau meningkat 490,18 ha (53,40 %) dibanding total luas karhutla di Jambi tahun 2022 sekitar 918 ha. (Matra/AdeSM/PS).