Proses pembangunan terowongan air PLTA Kerinci sedang berlanjut di Desa Batang Merangin Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, baru-baru ini. (Foto : Matra/KominfoJambi)

(Matra, Jambi) – Provinsi Jambi yang memiliki luas wilayah sekitar 50.160,05 kilometer persegi (Km2) termasuk salah satu daerah di Sumatera yang hingga kini masih kekurangan pasokan daya listrik. Hal tersebut tercermin dari masih seringnya terjadi pemadaman listrik di daerah tersebut. Selain itu hingga kini belum semua desa di Jambi juga terjangkau aliran listrik.

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi, Tandry Adi Negara di Jambi, baru-baru ini mengungkapkan, hingga awal tahun 2023 lalu masih ada lima desa di Provinsi Jambi belum terjangkau aliran listrik. Kelima desa tersebut, Desa Renah Kemumu, Koto Rawang, Desa Air Liki, Desa Air Liki Baru di Kabupaten Merangin dan Desa Renah Kayu Embun di Kota Sungaipenuh.

Desa-desa yang belum terjangkau listrik di Jambi terdapat di daerah terpencil dengan kondisi wilayah perbukitan dan sulit dijangkau. Desa yang belum terjangkau listrik tersebut sekitar, 0,4 % dari total 1.375 desa di Provinsi Jambi

Guna mengatasi keterbatasan pasokan listrik ke desa-desa tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi bekerja sama dengan Kementerian ESDM, PT PLN (Persero) dan pihak swasta terus berupaya mengembangkan pembangkit listrik tenaga air atau Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).

Gubernur Jambi, Dr H Al Haris, SSos, MH pada Rapat Koordinasi (Rakorgub) se-Sumatera di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) baru-baru ini mengatakan, pihaknya mengusulkan pembangunan PLTMH kepada Pemerintah Pusat (Kementerian ESDM) sebagai salah satu solusi mengatasi keterbatasan pasokan daya listrik ke desa-desa di Provinsi Jambi.

Dikatakan, dari 10 program prioritas pembangunan Jambi yang diajukan Pemprov Jambi kepada Pemerintah Pusat (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas) tahun 2023, salah satu di antaranya pembangunan PLTMH. Pemprov Jambi mengusulkan revitalisasi (membangun kembali) PLTMH Tanjung Kasri, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin dengan kapasitas produksi 60 Kilowatt (KW).

“Revitalisasi PLTMH tersebut penting sebagai akselerasi (percepatan) pengembangan energi terbarukan dan konservasi (pelestarian) energi. Pembebasan lahan untuk pembangunan PLTMH tersebut sudah dilakukan,”katanya.

Peresmikan PLTMH di Desa Lubuk Bangkar, Kecamatan Batangasai, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi, baru-baru ini. (Foto : Bappenas).

Menurut Al Haris, beberapa desa di Provinsi Jambi kini sudah mendapatkan pasokan listrik dari energi baru dan terbarukan (EBT) PLTMH. Desa tersebut, masing-masing Desa Lubuk Bangkar, Kecamatan Batangasai, Kabupaten Sarolangun, Desa Rantau Kermas, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin dan Desa Renah Kasah, Kecamatan Kayuaro, Kabupaten Kerinci.

PLTMH tersebut dibangun Badan Pembangunan Dunia (United Nations Development Programme/UNDP) dan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM.

PLMTH Desa Renah Kasah dengan kapasitas 60 KW beroperasi sejak 2020 dan memasok listrik ke rumah 100 kepala keluarga (KK) di desa tersebut. PLMTH desa tersebut masih memiliki sisa daya listrik sekitar 20.000 watt dan cukup untuk hingga 10 tahun mendatang.

Sedangkan PLTMH Desa Lubuk Bangkar yang memiliki kapasitas 60 KW beroperasi sejak 2018 dan mampu memasok listrik ke rumah 283 KK di desa tersebut. Kemudian PLTMH berkapasitas di Desa Rantau Kermas, Merangin dengan kapasitas 39 KW beroperasi sejak tahun 2018 dan kini mampu memasok listrik ke rumah 113 KK.

Al Haris mengungkapkan, kehadiran PLTMH di dua desa tersebut berpotensi mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 1.118 ton CO2. Kemudian PLTMH di dua desa itu juga mampu menerangi dua sekolah, enam rumah ibadah, satu kantor pemerintahan desa dan enam unit pelayanan kesehatan.

“Sebelum PLTMH dibangun, warga kedua desa tersebut menggunakan obor dan senter bila hendak melakukan salat ke masjid atau ke sungai malam hari. Setelah PLTMH tersebut beroperasi, lampu jalan sudah ada, lampu di masjid pun sudah menyala,”ujarnya.

Warga Desa Ratau Kermas pun mengakui sangat terbantu berkat beroperasinya PLTMH di desa mereka. Menurut Wati (40), warga Desa Rantau Kermas, Jangkat, Merangin, pengeluaran mereka berkurang setelah ada PLTMH. Ketika warga menggunakan listrik PLN, biaya rekening listrik mereka bisa mencapai Rp 150.000/bulan. Itu pun listrik sering padam.

“Namun setelah menggunakan listrik PLTMH ini, kami hanya membayar biaya pemeliharaan Rp 50.000/bulan. Listrik pun saat ini jarang padam. Kami juga bisa menggunakan listrik lebih banyak untuk keperluan sehari-hari. Baik untuk menyetrika, memasak, mencuci pakaian dan memasang pompa air,”katanya.

Gubernur Jambi, Al Haris (tiga dari kiri) ketika meninjau proses pembangunan PLTA Kerinci Tirta Energy (Batang Merangin) di Desa Batang Merangin Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Selasa (3/8/2021). (Foto : Matra/KominfoJambi).

Bangun PLTA

Menurut Al Haris, selain terus mengembangkan PLTMH, pihaknya juga kini membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) skala besar, yakni PLTA Kerinci Tirta Energy. Pembangunan PLTA tersebut memanfaatkan aliran air sungai dari Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci.

PLTA Kerinci tersebut sudah dijajaki ketika Drs H Zulkifli Nurdin menjadi Gubernur Jambi tahun 2007. Namun pembangunan PLTA Kerinci Tirta Energy tersendat hingga 15 tahun. Pembangunan PLTA Kerinci Tirta Energy kembali dilanjutkan sejak 2021 lalu.

Al Haris ketika meninjau pembangunan PLTA Kerinci Tirta Energy di Dusun Bedeng Lima, Desa Batang Merangin Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, beberapa waktu lalu mengatakan, Pemprov Jambi akan mendorong percepatan penyelesaian pembangunan PLTA Kerinci tersebut untuk memenuhi pasokan listrik di seluruh daerah di Jambi.

Dikatakan, PLTA Kerinci Tirta Energy memiliki potensi menghasilkan daya listrik hingga 350 MW. Kekuatan air terjun dari Danau Kerinci yang dimanfaatkan membangkitkan PLTA bisa menggerakan turbin berkekuatan 2 x 175 MW.

Produksi listrik itu bakal bisa memasok listrik ke 11 kabupaten/kota di Jambi. Bahkan PLTA Batang Merangin akan bisa memasok listrik ke beberapa daerah di Sumatera seperti Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau dan Bengkulu.

“Karena itu kami serius mendorong pihak kontraktor, yakni PT Bukaka mempercepat penyelesaian pembangunan PLTA Kerinci Tirta Energy tersebut. Kita ingin hasil pembangunan PLTA bisa segera dinikmati masyarakat dan persoalan krisis listrik di Jambi bisa diatasi,”katanya.

Dijelaskan, pembangunan PLTA Kerinci Tirta Energy dilakukan dengan sistem kontrak kerja sama bangun guna serah (Build-Operate-Transfer/BOT) selama 30 tahun. Setelah kontrak BOT selesai, PLTA Kerinci akan kelola negara (PT PLN).

Sementara itu, Direktur Proyek PLTA Kerinci Tirta Energy, Alimudin Sewang mengatakan, pembangunan lanjutan PLTA tersebut dimulai sejak 2019. Pembangunan PLTA Kerinci Tirta Energy yang menelan dana hingga Rp 13 triliun tersebut ditargetkan rampung April 2025.

“Proyek lanjutan pembangunan PLTA Kerinci Merangin Hidro ini berkapasitas 4 x 87,5 MW (total 350 MW) dimulai 2019. Target kita, pembangunan PLTA ini selesai April 2025. Hingga kini pembangunan berbagai fasilitas PLTA ini, termasuk pembangunan pembangkit dan terowongan masih terus dikerjakan,”katanya.

Menanggapi berbagai upaya pembangunan listrik tenaga air (mikro dan makro hidro) di Jambi tersebut, pengamat pembangunan Jambi dari Universitas Islam negeri (UIN) Sultan Thaha Syaifuddin (STS) Provinsi Jambi, Bahren Nurdin, SS, MA di Jambi, baru-baru ini mengatakan, listrik menjadi kebutuhan primer bagi warga masyarakat saat ini.

Dikatakan, listrik kini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat, terutama di era kemajuan teknologi informasi dan digitalisasi saat ini. Sebagian besar masyarakat saat ini, termasuk di desa-desa sangat tergantung listrik dan telekomunikasi. Jadi kalau warga masyarakat tidak mendapatkan pasokan listrik yang mencukupi, kehidupan metreka dipastikan tidak nyaman, akan terganggu.

“Saat ini warga masyarakat kita juga banyak menggantungkan ekonomi mereka dari ketersediaan listrik, khususnya usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Jika listrik sering mati atau listrik tak ada, UMKM pun akan lumpuh. Jadi pemerataan listrik hingga ke desa-desa harus bisa diwujudkan agar warga masyarakat bisa hidup lebih nyaman dan sejahtera,”katanya.

Masyarakat Jambi sejatinya tidak ada lagi yang mengalami krisis listrik saat ini. Sebab potensi sumber daya alam untuk pembangkit listrik di Jambi cukup besar, khususnya pembangkit listrik tenaga air.

Potensi pembangkit listrik dari energi terbarukan dan ramah lingkungan tersebut bisa dimanfaatkan agar warga masyarakat Jambi bisa menggapai cahaya kehidupan dari energi listrik ramah lingkungan dan berkelanjutan. (Matra/Radesman Saragih).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *