(Matra, Jambi) – Meningkatnya curah hujan di Provinsi Jambi ternyata tidak sepenuhnya membuat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) padam secara total. Di tengah intesitas hujan yang meningkat, masih ada beberapa areal perkebunan kelapa sawit dan lahan masyarakat yang terbakar.
Salah satu di antaranya, kebakaran perkebunan kelapa sawit milik PT PJS di Kecamatan Mestong, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi. Luas kebakaran perkebunan kelapa sawit tersebut mencapai puluhan hektare dan pemadaman masih dilakukan hingga Jumat (21/10/2023).
Kemudian karhutla juga terjadi di dua kawasan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Luas karhutla yang terbakar juga mencapai puluhan hektare dan masih dilakukan pemadaman hingga Jumat (21/10/2023).
Koordinator Tim Analisis Posko Satgas Penanggulangan Karhutla Provinsi Jambi, Ir Simon P Sihotang di Posko Satgas Karhutla Provinsi Jambi, Jumat (21/10/2023), jumlah hotspot (titik api) atau lokasi karhutla di Jambi yang terpantau satelit di Jambi tersisa tiga titik. Satu titik di kawasan perkebunan kelapa sawit PT PJS Muarojambi dan dua titik di lahan perkebunan masyarakat di Kabupaten Sarolangun.
“Jumlah hotspot di Jambi tersebut menurun drastis dibandingkan hotspot di Jambi, Rabu (18/10/2023) sekitar 182 titik dan Kamis (19/10/2023) sebanyak 81 titik. Drastisnya penurunan jumlah hotspot tersebut disebabkan hujan yang mengguyur Jambi selama dua hari terkahir, Kamis – Jumat (19 – 20/10/2023),”katanya.
Dikatakan, drastisnya penurunan hotspot tersebut membuat asap yang menyelimuti Kota Jambi dan sekitarnya juga sudah hampir hilang.Kondisi tersebut membuat kualitas udara di Jambi membaik.
Berdasarkan pantauan alat pemantau kualitas udara Stasiun Paal V Kota Jambi, Jumat (21/10/2023), indeks standar pencemaran udara (ISPU) sudah menurun ke angka 78 partikel mikron (pm) atau kategori kualitas udara sedang.
“ISPU tersebut menurun dibandingkan Kamis (20/10/2023) pagi yang berada pada angka 147 pm atau kategori tidak sehat,”ujarnya.
Menurut Simon Sihotang, berdasarkan perkiraan Badan Metereologi, Klimaologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Sultan Thaha Jambi, tingkat kerawanan karhutla di Jambi hingga Sabtu – Minggu (21 – 22/2023) drastis menurun menyusul meningkatnya curah hujan. Areal hutan dan lahan di sebagian besar wilayah kabupaten di Jambi cukup aman dari kemungkinan kebakaran dua hari ke depan.
“Namun meningkatnya karhutla masih dimungkinkan terjadi pekan depan jika curah hujan menurun kembali. Curah hujan kemungkinan bisa menurun kembali pekan depan karena kini Jambi masih memasuki masa pancaroba atau peralihan,”katanya.
Simon Sihotang mengatakan, selama musim kemarau Oktober ini, kasus karhutla di Jambi cukup tinggi. Hal tersebut nampak dari jumlah hotspot di Jambi sejak 1 – 20 Oktober 2023. Total hotspot yang terpantau di Jambi selama Oktober ini sekitar 1.400 titik.
Hotspot paling banyak ditemukan di Kabupaten Batanghari, yakni sekitar 507 titik. Kemudian hotspot di Kabupaten Sarolangun sekitar 274 titik, Tanjungjabung Barat (204 titik), Tebo (172 titik), Merangin (120 titik), Kerinci (47 titik), Bungo (34 titik), Kota Sungaipenuh (18 titik) dan Muarojambi (delapan titik). Tingginya jumlah hotspot menunjukkan bahwa karhutla di Jambi juga cukup luas.
Dikatakan, total luas karhutla di Jambi sejak Januari – Jumat (20/10/2023) sudah mencapai 1.280,78 ha. Total karhutla tersebut meningkat 362,78 ha atau 39,52 % dibandingkan total luas karhutla tahun 2023 sekitar 918 ha.
Berdasarkan data sementara Satgas Penanggulangan Karhutla Provinsi Jambi hingga pertengahan Oktober 2023, karhutla paling luas di Provinsi Jambi terdapat di Kabupaten Batanghari, yakni mencapai 452 ha. Kemudian karhutla di Kabupaten Sarolangun sekitar 185 ha, Tebo (102 ha), Muarojambi (46 ha), Bungo (39 ha), Tanjungjabung Timur (35 ha), Merangin (24 ha) dan Tanjungabung Barat (20 ha). (Matra/AdeSM).