
(Matra, Jambi) – Dampak El Nino (pemicu kemarau panjang dan kekeringan) terhadap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Jambi tergolong cukup besar. Hal itu ditandai dengan lamanya (durasi) dan peningkatan luas karhutla di daerah tersebut.
Kemarau panjang dan kekeringan di Provinsi Jambi sudah berlansung sekitar lima bulan, mulai Juni – pertengahan Oktober 2023. Sedangkan total luas karhutla di Provinsi Jambi sejak Januari hingga memasuki Rabu (18/10/2023) sudah mencapai 1.226,75 hektare (ha). Total luas karhutla tersebut meningkat 308,75 ha atau sekitar 33,63 % dibandingkan total karhutla di Provinsi Jambi tahun 2022 sekitar 918 ha.
Pelaksana Harian (Plh) Komandan Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Provinsi Jambi, Brigjen TNI Supriono melalui Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Provinsi Jambi, Drs H Ariansyah, ME di Jambi, Rabu (18/10/2023) malam memaparkan, tingginya peningkatan luas karhutla di Provinsi Jambi dipengaruhi kekeringan yang melanda hutan dan lahan selama musim kemarau panjang.
“Tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan di Jambi sangat tinggi sejak Agustus – pertengahan Oktober ini karena kondisi hutan dan lahan sangat kering. Di tengah kekeringan tersebut, masih banyak juga oknum-oknum warga sekitar hutan yang berspekulasi melakukan pembakaran untuk pembukaan dan pembersihan lahan,”katanya.
Menurut Ariansyah, karhutla di Jambi pekan ini bakan cukup tinggi. Hal itu nampak dari banyaknya hotspot (titik api) yang muncul di beberapa kabupaten di Provinsi Jambi hingga sejak Senin – Rabu (16 – 18/10/2023). Hotspot di Provinsi Jambi pada Senin terpantau 180 titik. Kemudian hotspot Selasa sekitar 480 titik (286 titik di kawasan hutan dan 94 titik di areal penggunaan lain). Sedangkan hotspot Rabu sekitar 182 titik (111 titik di kawasan hutan dan 71 titik di areal penggunaan lain).
Sementara itu data yang dicatat medialintassumatera.net (Matra) dari portal Sipongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kamis (19/10/2023) pagi, jumlah hotspot di Jambi masih ada sekitar 81 titik. Hotspot tersebut paling banyak di Kabupaten Sarolangun, yakni sebanyak 42 titik.
Kemudian di Kabupaten Batanghari sebanyak 20 titik, Merangin (12 titik), Kerinci dan Kota Singaipenuh masing-masing dua titik, Muarojambi, Tebo (dua titik di hutan lindung) dan Bungo hanya satu titik.
Sedangkan berdasarkan laporan Tim Terpadu Pemadaman Karhutla Provinsi Jambi dari beberapa wilayah kabupaten, karhutla di Jambi masih terjadi. Pemadaman kebakaran hutan dan lahan yang dilakukan tim terpadu di Jambi Rabu (18/10/2023) antara lain di kawasan perkebunan kelapa sawit dn semak belukar Desa Ladangpanjang, Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun. Luas kebakaran di sekitar desa tersebut sekitar 3,5 ha dan sudah berhasil dipadamkan.

Kebakaran Sawit
Kemudian pemadaman karhutla areal kebun sawit dan karet, Desa Aburan, Batangtebo, Kecamatan Tebo Tengah, Kabupaten Tebo. Luas areal yang terbakar sejak Selasa (17/10/2023) di desa tersebut mencapai 12 ha dari 20 ha kebun yang ada. Sedangkan areal yang berhasil dipadamkan baru mencapai 50 %.
“Pemadaman areal kebun sawit dan karet di Desa Aburan tersebut masih dilanjutkan Kamis (19/10/2023). Kemudian pemadaman karhutla di beberapa kabupaten di Jambi juga masih terus dilakukan,”katanya.
Sementara itu, hujan dengan skala ringan dan durasi yang pendek mulai turun di Jambi, Hujan menguyur beberapa kabupaten dan Kota Jambi, Rabu (18/10/2023) siang sekitar setengah jam. Kemudian hujan turun lagi di Jambi Rabu sore. Selanjutnya pada Kamis (19/10/2023) dini hari, hujan juga mengguyur Kota Jambi dan beberapa kabupaten dengan skala ringan dan hanya beberapa puluh menit.
Hujan ringan yang turun di Jambi belum mampu memadamkan seluruh karhutla dan menghalau asap di Jambi. Karena itu kualitas udara di Jambi masih tetap dalam kondisi buruk hingga Kamis (19/10/2023) pagi.
Pantauan medialintassumatera.net (Matra) pada alat pemantau kualitas udara di Tugu Keris Siginjai, Kotabaru, Kota Jambi, Kamis (19/10/2023) pagi, indeks standar pencemaran udara (ISPA) berada pada angka 147 partikel mikron (pm) atau masuk kategori udara tidak sehat. (Matra/AdeSM).