Pemadaman kebakaran kawasan lahan gambut Desa Pudak, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muarojambi, ProvinsiJambi, Selasa (17/10/2023). (Foto : Matra/SatgasKarhutlaJambi). 

(Matra, Jambi) – Sebagian besar kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Jambi berada di kawasan gambut. Kawasan gambut yang terbakar tersebut umumnya sudah ditanami kelapa sawit. Baik tanaman sawit milik masyarakat maupun perusahaan.

Areal perkebunan kelapa sawit di kawasan gambut yang banyak terbakar di Jambi dua hari terakhir, Senin – Selasa (16 – 17/10/2023) terdapat di Kabupaten Tanjungjabung Barat, Muarojambi, Sarolangun dan Tebo. Luas kebakaran lahan gambut di empat kabupaten tersebut mencapai 25 hektare (ha).

Pelaksana Harian (Plh) Komandan Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Provinsi Jambi, Brigjen TNI Supriono melalui Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Provinsi Jambi, Drs H Ariansyah, ME di Jambi, Rabu (18/10/2023) pagi menjelasakan, kebakaran hutan dan lahan yang dipadamkan pasukan pemadaman karhutla di Jambi dua hari terakhir, berada di areal perkebunan kelapa sawit kawasan gambut.

Di antaranya kebakaran areal kebun sawit di kawasan gambut Desa Pulau Mentaro dan Pudak, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muarojambi. Luas kebakaran kebun sawit di kawasan gambut yang terbakar di kedua desa tersrbut mencapai delapan hektare. Kemudian kebakaran kebun sawit di kawasan gambut Desa Lubuk Kepayang, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun dengan luas sekitar 10 ha.

“Pemadaman kebakaran di kawasan gambut tersebut cukup sulit karena api membakar lahan hingga kedalaman satu meter. Pemadaman kebakaran areal kebun sawit di kawasan gambut, Desa Pulau Mentaro dan Pudak, Kumpeh Ulu, Muarojambi misalnya harus dilakukan selama empat hari baru bisa padam total,”katanya.

Dikatakan, potensi karhutla di Provinsi Jambi, termasuk di kawasan gambut masih tinggi menyusul kekeringan lahan yang terus meningkat akibat kemarau panjang. Berdasarkan perkiraan Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Sultan Thaha Jambi, lapisan atas permukaan tanah di Provinsi Jambi Selasa – Rabu (17 – 18/10/2023) secara umum masuk kategori mudah hingga sangat mudah terbakar.

“Sedangkan hujan yang diharapkan bisa membasahi lahan kering dan memadamkan karhutla di Jambi belum juga turun secara lebat. Perkiraan BMKG Jambi, potensi turunnya hujan di Jambi Rabu (18/10/2023) masih sangat tipis. Hujan dengan skala ringan diperkirakan turun Rabu malam dan dini hari. Karena itu potensi meningkatnya karhutla dan asap di Jambi masih tinggi,”ujarnya.

Areal kebun sawit di kawasan gambut yang hangus terbakar di Desa Lubuk Kepayang, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi, Selasa (17/10/2023).(Foto : SatgasKarhutlaJambi).

Meningkat 35,54 %

Dikatakan, total luas karhutla di Jambi sejak Januari – hingga Selasa (17/10/2023) sudah mencapai 1.244,25 ha. Total luas karhutla tersebut meningkat 326,25 ha atau sekitar 35,54 % dibandingkan total luas karhutla di Provinsi Jambi tahun 2022 hanya sekitar 918 ha.

Sementara itu, karhutla yang masih terus terjadi di Jambi membuat wilayah Kota Jambi dan beberapa kabupaten di Jambi masih terus diselimuti asap. Ketebalan asap juga cenderung meningkat, sehingga kualitas udara tetap memburuk.

Berdasarkan pantauan alat pengukur kualitas udara di Tugu Keris Siginjai, Kotabaru, Kota Jambi, Rabu (18/10/2023) pagi, indeks standar pencemaran udara (ISPU) mencapai angka 158 partikel mikron (pm) atau kategori tidak sehat. Kemudian angka ISPU di Muarasabak, Kabupaten Tanjungjabung Timur mencapai angka 159 pm atau kategori tidak sehat.

Sedangkan jumlah hotspot (titik api) di Provinsi Jambi berdasarkan pantauan BMKG Jambi, Selasa (17/10/2023) malam masih ada sekitar 154 titik. Hotspot tersebut berkurang 63 titik dibandingkan jumlah hotspot di daerah itu Selasa (17/10/2023) pagi sekitar 217 titik. Hotspot di Jambi tersebut tersebar di delapan kabupaten.

Jumlah hotspot tertinggi terdapat di Kabupaten Batanghari, yakni sebanyak 61 titik. Kemudian hotspot di Kabupaten Sarolangun sebanyak 40 titik, Tanjungjabung Barat (21 titik), Tebo (16 titik), Merangin (Sembilan titik), Tanjungjabung Timur (empat titik), Muarojambi (dua titik) dan Kerinci (satu titik).(Matra/AdeSM).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *