(Matra, Jambi) – Kemarau panjang yang melanda Provinsi Jambi hingga pekan kedua September 2023 ini tidak lagi hanya mengakibatkan kebakaran di kawasan hutan dan lahan gambut. Kemarau panjang juga membuat kawasan hutan pegunungan di Jambi mulai terbakar. Salah satu di antaranya kebakaran hutan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Provinsi Jambi, Drs Ariansyah, ME di Jambi, Selasa (12/9/2023) menjelaskan, berdasarkan pantauan satelit Sipongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kebakaran hutan TNKS tersebut terindikasi dari adanya dua hotspot (titik) api di kawasan TNKS.
Dua hotspot di kawasan TNKS tersebut terdapat di Desa Talang Kemulun, Kecamatan Danau Kerinci. Hotspot di TNKS tersebut diperkirakan berasal dari kegiatan pembakaran ladang petani. Selain di Kerinci, hotspot di Jambi, Selasa (12/9/2023) terpantau juga di kawasan hutan Desa Aur, Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun sebanyak dua titik. Kemudian hotspot di kawasan hutan Desa Beringin Tinggi, Kecamatan Jangkat Timur, Kabupaten Merangin sebanyak dua titik.
“Hotspot yang terpantau di Jambi Selasa (12/9/2023) pagi sebanyak enam titik. Hotspot tersebut berkurang drastis dibandingkan jumlah hotspot di Jambi, Senin (11/9/2023) malam sebanyak 47 titik,”katanya.
Sementara berdasarkan pantauan Sipongi KLHK, Senin (11/9/2023), kawasan hutan dan lahan di kawasan pegunungan di Provinsi Jambi yang terbakar mencapai 18 lokasi. Kebakaran tersbeut berada di Kecamatan Gunungraya, Kabupaten Kerinci sebanyak 11 lokasi dan di Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin sebanyak tujuh lokasi.
Menurut Ariansyah, kendati hotspot di Jambi berkurang, namun kualitas udara di Kota Jambi dan sekitarnya masih relatif tinggi. Berdasarkan pantauan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jambi, indeks standar pencemaran udara (ISPU) di Kota Jambi, Selasa (12/9/2023) pagi mencapai angka 110 atau masuk kategori tidak sehat.
“Karena itu warga Kota Jambi dan sekitarnya yang melakukan aktivitas di luar rumah, khususnya anak-anak sekolah tetap memakai masker. Penggunaan masker terutama perlu dilakukan saat asap kebakaran hutan dan lahan yang menyebar ke Kota Jambi meningkat di pagi hari dan sore hingga malam hari,”katanya.
Rawan Terbakar
Ariansyah lebih lanjut mengatakan, kerawanan kebakaran hutan dan lahan gambut di Provinsi Jambi memasuki pekan kedua September ini masih sangat tinggi. Kerawanan kebakaran hutan dan lahan gambut tersebut disebabkan semakin surut dan mengeringnya permukaan air di kawasan gambut. Daerah yang rawan kebakaran hutan dan lahan gambut tersbeut, yakni di Kabupaten Muarojambi, Tanjungjabung Barat dan Tanjungjabung Timur.
Dijelaskan, berdasarkan pengukuran yang dilakukan petugas Satgas Penanggulangan Karhutla di tiga kabupaten tersebut, tinggi permukaan air tanah di lahan gambut turun hingga berada pada angka minus 40 – 80 atau masuk kategori rawan. Kerawanan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Muarojambi terdapat di lima lokasi, yakni Desa Arang-arang, Desa Pemunduran, Desa Sungaibungur. Desa Mekarsari dan Desa Jebus, semuanya di Kecamatan Kumpeh.
“Sedangkan kerawanan kebakaran hutan dan lahan gambut di Tanjungjabung Timur terdapat di Desa Pandanlagan, Kecamatan geragai dan Desa Merbai, Kecamatan Mendahara. Selain itu kerawanan kebakaran hutan dan lahan gambut di Tanjungjabung Barat terda[pat di Desa Bramitam Kiri, KecamatanBramitam,”katanya.
46 Kasus
Terkait penanganan kasus karhutla di Jambi, Ariansyah mengatakan, sesuai laporan Tim Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu) Jambi, total kasus karhutla yang diproses secara hukum hingga Selasa (12/9/20203) mencapai 46 kasus. Sedangkan tersangka yang sudah ditahan sebanyak enam orang.
Dijelaskan, dari 46 kasus karhutla yang ditangani Tim Gakkumdu Provinsi Jambi saat ini, satu kasus di Kabupaten Tebo sudah memasuku tahap 2 (penuntutan). Sedangkan kasus yang diproses di kepolisian atau tahap penyidikan sebanyak lima kasus. Kasus tersebut berada di Kabupaten Muarojambi, Batanghari, Tanjungjabung Barat, Tebo dan Sarolangun masing-masing satu kasus. Sementara kasus karhutla yang masih tahap penyelidikan sebanyak 40 kasus.
“Kasus karhutla tersebut umumnya melibatkan oknum-oknum petani dan kelompok perambah hutan. Belum ada kasus karhutla yang melibatkan korpoasi (perusahaan) perkebunan dan kehutanan,”katanya.
Mengenai total karhutla di Provinsi Jambi, Ariansyah mengatakan, berdasarkan pendataan yang dilakukan KLHK, luas karhutla di Jambi sejak 1 Januari – 31 Agustus 2023 sekitar 159,41 hektare (ha). Sekitar 103,30 ha kebakaran tersebut berada di kawasan hutan dan 56,10 ha berada di luar kawasan hutan (areal kebun sawit dan semak belukar). (Matra/AdeSM).