(Matra, Simalungun) – Puncak kemeriahan Perayaan Jubileum 120 Tahun Pekabaran Injil di Simalungun (J-120) Tingkat Resort Pematangraya, Distrik II yang digelar di GKPS 1903 Pematangraya, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Minggu (3/9/2023) terkesan kurang menonjolkan kiprah generasi muda GKPS milenial (masa kini).
Hal tersebut tercermin dari kurang tampaknya partisipasi para namaposo (pemuda) GKPS Resort Pematangraya dalam berbagai rangkaian perayaan J-120 tersebut.Baik dalam ritual peribadahan, penggalangan dana, pengisian acar hiburan hingga protokoler.
Berdasarkan pantauan medialintassumatera.net (Matra) melalui live streaming (siaran langsung) GKPS TV Channnel, Perayaan J-120 GKPS Resort Pematangraya tampak kurang melibatkan kalangan kaum muda GKPS setempat. Petugas peribadahan seperti song leader (pemimpin nyanyian) lebih didominasi kaum ibu-ibu.
Kemudian protokoler (pembawa acara) juga tidak menampilkan pemuda, hanya menampilkan orangtua, sehingga suasana kurang hidup. Selain itu pada penggalangan dana melalui lelang pun tidak banyak melibatkan kalangan kaum muda. Hal tersebut membuat rangkaian lelang pengumpulan dana tampak lambat dan kurang terkoordinir.
Satu-satunya yang membanggakan generasi muda GKPS pada Perayaan J-120 GKPS Resort Pematangraya tersebut, yakni penampilan tarian massal anak-anak sekolah minggu GKPS yang membawakan tari tradisional Simalungun, Haroan Bolon/Manduda/Serma Dengan-dengan (Gotong – royong/Menumbuk Padi/Berdendang).
Penampilan tarian massal anak-anak sekolah minggu tersebut pun memukau hadirin, sehingga tidak sedikit orangtua (undangan) turun ke pentas memberikan saweran (uang) kepada penari anak-anak sekolah minggu tersebut.
Puncak Perayaan J-120 di GKPS Resort Pematangraya yang dihadiri sekitar 3.000 orang tersebut berlangsung semarak, penuh rasa kekeluargaan dan benar-benar bernuansa budaya Simalungun. Perayaan J-120 yang dihadiri Sekretaris Jenderal (Sekjen) GKPS, Pdt Dr Paul Ulrich Munte dan para undangan dari berbagai gereja di Simalungun, Sumut dan dari Jerman tersebut diawali dengan penyambutan seluruh jemaat se-Resort GKPS Pematangraya dan jemaat GKPS resort lainnya di halaman GKPS 1903 Pematangraya, Minggu (3/9/2023) pagi.
Tim tari panitia J-120 GKPS Resort Pematangraya mangalo-alo (menyambut) seluruh jemaat GKPS yang dating dari berbagai desa di Kecamatan Pematangraya dan daerah Simalungun dengan tari-tarian dan musik Simalungun. Penyambutan bernuansa adat Simalungun tersebut pun membuat suasana terasa penuh persaudaraan.
Sementara itu, ibadah raya (bersama) Perayaan J-120 di GKPS 1903 Pematangraya tersebut berlangsung khidmat, lancar dan tertib. Ibadah yang dipimpin Sekjen GKPS, Pdt Dr Paul Ulrich Munthe tersebut turut dihadiri, tamu-tamu GKPS dari Jerman, mantan Ephorus GKPS, Pdt Jaharianson Saragih, MTh, mantan Sekjen GKPS Pdt El Sumbayak, MTh dan para tokoh-tokoh gereja, tokoh agama dan tokoh amsyarakat Simalungun.
Ibadah tersebut dirangkaikan dengan peresmian Perpustakaan Guru Jason di Gedung Sekolah Minggu GKPS 1903 Pematangraya, persemian Taman Jubileum 120 Tahun Injil di Simalungun, peluncuran Injil (Alkitab Perjanjian Baru) Bahas Talang Mamak, Provinsi Jambi dan Katekhisasi bagi Difabel GKPS.
Pelayanan Kasih
Sekjen GKPS, Pdt Dr Paul Ulrich Munthe pada pesan Jubileum 120 Tahun Injil di Simalungun yang disampaikan pada ibadah J-120 GKPS Resort Pematangraya tersebut mengatakan, GKPS harus terus meningkatkan pelayanan kasih kepada semua insan, khususnya kepada kaum difabel (berkebutuhan khusus).
Pelayanan terhadap kaum berkebutuhan khusus tersbeut penting, lanjut Paul Ulrich Munthe karena mereka bukan hanya lemah secara intelektual. Kaum berkebutuhan khusus juga banyak yang lemah (kurang bisa) dalam mendengar, membaca, melihat dan tidak bisa berjalan. Mereka harus dibantu agar bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka dan menjalani hidup sehari-hari.
“GKPS, khususnya di tingkat pusat sudah berupaya melakukan pelayanan kasih kepada kaum difabel ini. Namun masih banyak yang harus kita lakukan untuk memberdayakan kaum difabel ini. Baik kaum difabel yang berada di tengah keluarga GKPS maupun di masyarakat,”ujarnya.
Dikatakan, semua pelayanan kasih di GKPS dan masyarakat harus dikerjakan para warga dan pelayan GKPS dalam semangat penginjilan, semangat untuk melanjutkan pelayanan yang diharapkan Tuhan Allah kepada seluruh umat manusia. Kalau aksi-aksi pelayanan kasih tersebut dilakukan dengan penuh rasa suka cita, tentunya pelayanan kasih tersebut pun pasti akan berhasil menolong orang lain.
“Inilah yang menjadi salah satu semangat Jubileum 120 bagi kita. Berkat semangat J-120, kita bisa terus melaksanakan pelayanan kasih di GKPS. Pelayanan kasih harus tetap kita lakukan dalan suasana hati bersuka cita, bukan bersungut-sungut, keberatan dan banyak alasan,”katanya.
Paul Ulrich Munte mengatakan, jika pelayanan kasih atau aksi peduli sosial dilaksanakan dengan sikap bersungut-sungut, berat hati, pelayanan tersebut tidak akan berkelanjutan dan berhasil baik.
“Akan ada persoalan-persoalan baru yang akan kita hadapi. Karena itu mari kita tumbuhkan semangat melayani dengan penuh kasih agar pelayanan kita bermanfaat bagi sesame,”katanya.
Semangat Sosial
Paul Ulrich Munte mengharapkan Perayaan J-120 se-GKPS Resort Pematangraya tersebut memberikan semangat bagi warga GKPS, khususnya di Simalungun menunjukkan aksi-aksi pelayanan kasih atau aksi peduli sosial di tengah masyarakat dan gereja.
“Masih banyak yang harus kita kerjakan meningkatkan pelayanan di GKPS. Lounching (peluncuran) buku Injil berbahasa Talang Mamak, Program Sidi bagi Kaum Berkebutuhan Khusus bukan tujuan akhir kita. Kita masih perlu melanjutkan kegiatan pelayanan tersebut. Kalau bisa Perjanjian Lama juga harus kita terjemahkan ke dalam bahasa Talang Mamak,”katanya.
Menurut Paul Ulrich Munte, untuk ikut serta memberikan bantuan atau terlibat dalam aksi-aksi pelayana kasih di tengah gereja dan masyarakat tidak harus meninggu menjadi orang kaya kaya secara material, mapan secara ekonomi. Orang yang hidup dalam kesederhanaan pun bisa memberikan sumbangan bagi pelayanan kasih gereja jika hatinya benar-benar terpanggil membantu orang yang serba kekurangan.
“Kalau kita hanya memberi bantuan dari sule-sule (sisa-sisa) kita, itu tidak ada artinya. Tetapi kalau kita memebri dengan ketulusan hati, bahkan ketika kita sedang bergumul, nilainya itu berbeda. Sudah banyak di GKPS mau membantu walau kehidupan keluarganya cukup sederhana. Pemberian seperti itu membuat semua orang tersentuh,”katanya. (Matra/AdeSM).