Ketua Dekranasda Sumut, Hj Nawal Lubis (enam dari kanan baris belakang) dan bersama para perajin pakaian tradisional Sumut seusai pembekalan di gedung Dekransda Sumut, Jalan Iskandar Muda, Kota Medan, Sumut, Senin (22/5/2023). (Foto : Matra/KominfoSumut).

(Matra, Jambi) – Para perajin busana tradisional di Sumatera Utara (Sumut) siap memasarkan produk busana siap pakai dan bergaya trendy (masa kini) guna membidik pasar busana modern sekaligus meningkatkan penghasilan. Para perajin (desainer) busana tradisional Sumut akan semakin piawai menghasilkan produk busana trendy melalui pembekalan dan pelatihan yang intensif. Para perajin busana tradisional Sumut tidak lagi hanya menghasilkan produk busana sesuai pesanan seperti selama ini.

Hal tersebut dikatakan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Sumut, Hj Nawal Lubis pada pembekalan dan pelatihan desain fashion (tata busana) se-Sumut di aula gedung Dekransda Sumut, Jalan Iskandar Muda, Kota Medan, Sumut, Senin (22/5/2023).

Pembekalan dan pelatihan tata busana tersebut diikuti sebanyak 20 orang perajin pakaian dari 15 kabupaten/kota se -Sumut.

Kegiatan itu dihadiri Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Sumut, Mulyadi Simatupang, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Sumut, Suherman, Kepala Dinas Pemberdayan Perepuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dan Keluarga Berencana (KB) Sumut, Manna Wasalwa Lubis dan Sekretaris Dekransda Sumut, Hasnah Leli Siregar.

Menurut Nawal Lubis, melalui pembekalan dan pelatihan desain tata busana tersebut, para perajin pakaian tradisional di Sumut mampu menaikkan nilai jual wastra (kain tradisional) Sumut. Hal itu bisa dilakukan dengan membuat desain busana tradisional mengikuti selera pasar. Namun produksi busana tersebut tetap menjaga wastra sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan.

“Jadi kita harapkan para perajin busana tradisional tidak saja bisa menghasilkan produk sistem made to order (sesuai pesanan), tapi sistem ready to ware (siap pakai dan jual). Hal itu penting karena selama ini wastra lebih banyak dipakai hanya untuk acara adat dan seremonial,”katanya.

Dikatakan, pembekalan dan pelatihan perajin busana tradisional se-Sumut tersebut juga diharapkan bisa meningkatkan mutu produk fashion (tata busana) dari Sumut. Melalui peningkatan mutu tersebut, sektor kerajinan tangan (kriya) mampu mendukung bangkitnya sektor ekonomi rakyat saat ini dan masa depan.

“Industri mode merupakan industri yang dapat berubah-ubah. Desainer (perancang busana) baru harus belajar mengikuti perkembangan dunia mode. Jadi kita berikan pembekalan bagi para desainer binaan Dekransda Sumut agar mereka bisa berinovasi, berkreasi memadukan keunikan-keunikan wastra asli Sumut,”ujarnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Sumut, Yuni Pohan selaku instruktur pelatihan mengatakan, materi pelatihan yang diberikan kepada peserta pembekalan dan pelatihan desainer pakaian tradisional se-Sumut tersebut, yakni bagaimana menyiapkan busana ready to ware dengan konsep vintage (antik), gaya fashion yang unik sekaligus berkualitas.

“Kita usung konsep vintage agar mereka memiliki tema dalam membuat desain busana. Kita kaloborasi wastra daerah masing-masing peserta, mulai dari songket, batik maupun ulos,”jelasnya.

Yuni Pohan yang juga Founder (Pendiri) Yapmode Fashion School Medan, Sumut, mengharapkan, pembekalan dan pelatihan perajin pakaian tradisional Sumut tersebut akan memperkuat pemahaman tentang desain. Dengan demikian produk-produk busana tradisional akan mendapat pasar dan menjadi pilihan industri fashion. Baik di tingkat nasional maupun internasional.

“Kita perkuat mereka dengan inovasi karena mereka sudah punya dasar. Bahkan para peserta pembekalan da pelatihan sudah punya usaha. Jadi pembekalan dan pelatihan ini lebih mempertajam pemahaman apa yang menjadi tren (diminati konsumen) dan pilihan industri fashion,”katanya. (Matra/AdeSM).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *