Wakil Bupati Merangin, H Nilwan yahya (kiri) memberikan bantuan kepada lansia seusai melakukan monitoring dan evaluasi penanggulangan kemiskinan dan stunting di kantor Camat Tabir, Merangin, Provinsi Jambi, Senin (13/2/2023). (Foto : Matra/KominfoMerangin).

(Matra, Merangin) – Angka kemiskinan di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi yang didasarkan pada data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) Pusat dinilai kurang akurat. Masalahnya, kriteria warga miskin yang diterapkan P3KE Pusat dengan penghasilan Rp 11.000/orang tidak banyak ditemukan di Kabupaten Merangin.

Wakil Bupati Merangin, H Nilwan Yahya pada monitoring dan evaluasi (monev) penurunan angka kemiskinan ekstrim dan stunting (gangguan perkembangan fisik anak) di Kecamatan Tabir dan Tabir Ilir, Merangin, Senin (13/2/2023) mengatakan, P3KE Pusat menetapkan Kabupaten Merangin sebagai daerah termiskin kedua di Provinsi Jambi.

Peringkat itu didasarkan pada kriteria kemiskinan penduduk dengan penghasilan Rp 11.000/orang/hari. Namun warga Merangin berpenghasilan Rp 11.000/orang/hari jarang ditemukan. Kemungkinan besar angka kemiskinan di Merangin berdasarkan data P3KE Pusat tersebut kurang akurat. Data tersebut diperkirakan didasarkan pada indikasi kemiskinan saja.

‘’Saya kurang yakin Merangin menjadi daerah kedua termiskin di Jambi jika dilihat dari kekayaan alam daerah ini. Masalahnya kategori kemiskinan ekstrim itu didasarkan pada penghasilan warga miskin Rp 11.000/orang/hari. Coba cari warga kita yang berpenghasilan Rp 11.000/orang/hari. Susah dicari,’ujarnya.

Menurut Nilwan Yahya, data P3KE mengenai kemiskinan di Merangin yang diterima dari Pemerintah Pusat itu sifatnya baru data pensasaran. Artinya baru indikasi. Bukan kasus. Kecuali kalau sasaran kemiskinan itu memang kasus orang miskin, baru data tersebut akurat. Penetapan Kabupaten Merangin menjadi daerah termiskin kedua di Provinsi Jambi diperkirakan didasarkan pada 14 indikator kemiskinan. Misalnya indikator masih adanya warga yang tinggal rumah tidak layak huni, tidak punya sumber air bersih dan sanitasi.

‘’Kalau rumah warga belum ada listrik PLN, warga masak masih pakai kayu bakar dan rumah tidak ada WC-nya dikategorikan kemiskinan ekstrim, hal itu memang masih ada di Kabupaten Merangin. Namun belum bisa dipastikan warga yang tidak punya listrik, memasak pakai kayu bakar dan tidak memiliki WC (kamar mandi) sebagai orang miskin,’’jelasnya.

Namun demikian, tambah Nilwan Yahya, Pemkab Merangin terus berupaya menanggulangi masalah kemiskinan dan stunting di seluruh desa dan kelurahan secara intensif dan maksimal. Karena itulah monitoring dan evaluasi mengenai penanganan kemiskinan ekstrim dan stunting di seluruh kecamatan dilakukan secara intensif.

“Kita tetap menanggulangi masalah kemiskinan dan stunting hingga ke tingkat dusun. Pemantauan warga miskin terus dilakukan. Kemudian pemberian bantuan kepada warga miskin dan anak-anak penderita stunting juga terus diberikan,”katanya.

Seusai melakukan monitoring dan evaluasi penanggulangan kemiskinan dan stunting tersebut, Nilwan Yahya memberikan bantuan dana kepada warta lanjut usia (lansia). Lansia penerima bantuan tersebut sebanyak tiga orang dari Kecamatan Tabir dan tiga orang dari Kecamatan Tabir Ilir.

Turut hadir pada kesempatan tersebut, Wakil Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Merangin, Ny Hj Juniarti Nilwan, Kepala Dinas (Kadis) Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) Merangin, H Abdaie, Kadis Kesehatan Merangin, drg Soni, Kadis Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Merangin, Andre dan Kadis Kependudukan dan Catatan Sipil Merangin, Jaelani.(Matra/AdeSM).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *