(Matra, Simalungun) – Kemeriahan perayaan Natal di tengah kebebasan berkegiatan pasca pandemi Covid-19 tahun ini ternyata tidak hanya tampak di gereja-gereja besar di perkotaan. Kemeriahan perayaan Natal juga terasa di gereja-gereja kecil desa terpencil pesisir Danau Toba. Salah satu di antaranya perayaan Natal di Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Dusun Hutaimbaru, Desa (Nagori) Ujung Mariah, Kecamatan Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara (Sumut).
Kemeriahan Natal di GKPS Hutaimbaru, Resort Tongging, Distrik XI, nampak pada malam Natal, Sabtu (24/12/2022) malam dan perayaan Natal, Minggu (25/12/2022) siang. Ibadah perayaan Natal di GKPS Hutaimbaru yang berada di tepian Danau Toba tersebut dihadiri jumlah warga jemaat yang cukup banyak dibanding ibadah Minggu biasa.
Pantauan medialintassumatera.net (Matra) pada ibadah perayaan Natal di GKPS Hutaimbaru, Sabtu (24/12/2022) malam, jumlah warga jemaat yang hadir sekitar 75 orang, 21 orang di antaranya anak-anak. Sebagian warga jemaat yang hadir, para keluarga asal Hutaimbaru (perantau) yang pulang kampung (pulkam) atau mudik pada perayaan Natal tahun ini.
Seluruh warga jemaat yang hadir tampak antusias mengikuti seluruh rangkaian ibadah perayaan Natal, baik liturgi Natal maupun koor dan persembahan nyanyian. Yang tampil liturgi bukan hanya anak-anak, pemuda dan orang tua, tetapi juga lanjut usia (lansia). Bahkan seorang lansia tampil membawakan lagu pujian secara solo tanpa iringan music karena tidak sempat latihan. Sontak jemaat bertepuk tangan mengapresiasi penampilan solo seorang ibu yang sudah lansia tersebut.
Kemudian penampilan koor sekolah minggu juga cukup menghibur. Kendati semuanya suara satu (soprna), tetapi sekitar 21 orang anak sekolah minggu membawakan nyanyian persembahan dengan suara yang lantang. Sementara warga jemaat yang membawakan liturgi (pembacaan ayat-ayat Alkitab) dari berbagai kelompok usia, yakni anak-anak, pemuda, wanita, bapak-bapak dan lansia juga cukup unik.
Pembacaan liturgi dilakukan dengan cara bergantian karena liturgi hanya satu eksemplar. Hal itu dilakukan karena tidak ada fotokopi teks liturgi untuk setiap pembaca liturga. Keunikan lainnya pada pembacaan liturgi tersebut, yakni tidak semua pembaca liturgi bisa membaca dengan lancar karena huruf teks liturgi terlalu kecil sementara pembaca liturgi tidak memakai kaca mata. Kemudian anak-anak yang membaca liturgi belum lancer membaca.
Tetap Khidmat
Namun demikian, secara keseluruhan ibadah perayaan Natal di GKPS Hutaimbaru tersebut berlangsung bersahaja dan khidmat. Seluruh warga jemaat antusias mengikuti seluruh kegiatan kendati banyak pembacaan liturgi dan rangkaian ibadah lain yang kurang mengalir seperti perayaan Natal di gereja-gereja perkotaan.
Ibadah perayaan Natal di GKPS Hutaimbaru, Minggu (25/12/2022) juga berlangsung semarak. Jumah warga jemaat yang hadir mencapai 90 orang. Ibadah Natal di gereja tersebut semarak karena dirangkaikan dengan perayaan Natal Wanita GKPS Hutaimbaru.
Penampilan wanita membawakan liturgi dan fragmen Natal cukup menarik karena dibawakan secara unik oleh kaum wanita desa. Beberapa pembaca liturgi memang agak terbata-bata. Namun hal itu justru membuat warga jemaat terenyum – senyum simpul. Fragmen Natal bertema saling menolong dalam keluarga yang dipentaskan pada ibadah Natal tersebut cukup menghibur.
Beberapa hal yang kurang mendukung pada perayaan Natal tersebut, yakni waktu ibadah yang terlalu malam, kurangnya persiapan dan kurangnya dukungan sound system (pengeras suara). Ibadah malam Natal, Sabtu (24/12/2022) misalnya baru dimulai pukul 21.00 WIB. Hal terebut membuat sebagian warga jemaat terkantuk-kantuk selama ibadah Natal, khususya ketika mendengarkan khotbah Natal.
“Saya agak ngantuk tadi ketika khotbah Natal. Ibadah Natal ini terlalu malam. Semestinya ibadah malam Natal sudah bisa dimulai pukul 19.00 WIB agar orang jangan ngantuk mengikuti ibadah,”kata beberapa orang warga jemaat sesuai ibadah malam Natal tersebut.
Kemudian ibadah Natal, Minggu (25/12/2022) juga dilaksanakan terlalu siang, yakni pukul 11.00 WIB. Kondisi tersebut juga membuat banyak warga jemaat ngantuk dan lapar, terutama saat khotbah pukul 12.30 WIB.
“Saat-saat ibadah Natal terlalu siang seperti saat lapar dan ngantuk. Sehingga sebagian warga jemaat kurang fokus mengikuti seluruh rangkaian ibadah Natal. Biasanya kalau di gereja perkotaan, ibadah Natal malam hari dimulai paling lambat pukul 19.00 WIB dan ibadah Natal siang dimulai pukul 08.00 WIB dan pukul 10.30 WIB,”ujar seorang warga jemaat perantau.
Sementara itu, kurangnya persiapan atau latihan para pengisi acara Natal, baik liturgi maupun nyanyian juga membuat suasana ibadah agak riuh. Hal itu terjadi karena tata ibadah yang dibuat pengurus GKPS Distrik XI kurang dilatih menjelang ibadah Natal. Kemudian fasilitas mik yang terbatas juga membuat pembacaan liturgi dan khotbah kurang terdengar dari bangku jemaat.
Seorang pengurus jemaat GKPS Hutaimbaru mengatakan, waktu perayaan Natal dan ibadah di gereja tersebut sudah biasa dilaksanakan pukul 08.00 – 09.30 malam dan pukul 10.30 WIB. Di GKPS Hutaimbaru jarang juga dilaksanakan ibadah pagi pukul 08.00 WIB dan ibadah malam pukul 19.00 WIB karena warga jemaat masih sibuk aktivitas keluaga.
Terlepas dari berbagai kurangnya kelancaran rangkaian ibadah, kurangnya persiapan dan dukungan fasilitas pengeras suara, secara keseluruhan perayaan Natal di GKPS Hutaimbaru tetap khidmat dan meriah. Warga jemaat GKPS Hutaimbaru dan para perantau yang pulang kampung beribadah bersama sekaligus marsombuh sihol (melepas rindu). Satu hal yang perlu dibenahi pada ibadah Natal di GKPS Hutaimbaru di masa depan, yakni perlu hadirnya fulltimer (pendeta dan penginjil) membawakan khotbah Natal.
Pengamatan medialintassumatera.net (Matra), khotbah malam Natal, Sabtu (24/12/2022), perayaan Natal, Minggu (25/12/2022) dan Natal Sekolah Minggu (25/12/2022) malam di GKPS Hutaimbaru hanya dilayani penatua (sintua). Berbeda dengan gereja di perkotaan atau daerah yang lebih maju, ibadah malam Natal, Natal dan perayaan Natal kategorial (seksi-seksi) dilayani fulltimer.
“Biaanya fulltimer datang ke gereja kami in kalau ada pembaptisan, angkat sidi dan pemberkatan pernikahan. Kalau ibadah Natal, jemaat ini jarang dilayani fulltimer,”kata seorang warga jemaat GKPS Hutaimbaru. (Matra/AdeSM).