
(Matra, Bali) – Konferensi Tingat Tinggi (KTT) The Group of Twenty (G20) yang berlangsung di Nusa Dua, Provinsi Bali, Selasa – Rabu (15 – 16/11/2022) ternyata tidak hanya membahas masalah pembangunan kesehatan, pemulihan ekonomi, transfirmasi digital dan transisi energi dunia. KTT G20 di Bali juga memberikan perhatian penting pada masalah kelangkaan pupuk yang selama ini menghantui para petani dan ancaman krisis pangan dunia.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika membuka KTT G20 di Hotel Apurva Kempinski, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Selasa (15/11/ 2022) menyoroti persoalan krisis pupuk dan ancaman krisi pangan di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia. Di hadapan 17 kepala negara dan sekitar 400 orang delegasi 20 negara dunia yang menghadiri pembukaan KTT G20 tersebut, Jokowi mengingatkan para pemimpin dunia mengenai kelangkaan pupuk yang memicu krisis pangan dunia.
Jokowi menegaskan, kelangkaan pupuk yang sudah cukup lama terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia dapat menyebabkan gagal panen sehingga berpotensi terjadi krisis pangan. Saat ini, 48 negara berkembang akan menghadapi kondisi serius di tengah ancaman krisis pangan. Karena itu para pemimpin dunia tidak boleh menyepelekan kelangkaan pupuk. Jika kelangkaan pupuk tidak teratasi dan krisis pangan terjadi, hal itu dapat membuat kondisi global di tahun depan menjadi lebih buruk dibandingkan tahun ini.
“Kelangkaan pupuk akan menyebabkan gagal panen di berbagai belahan dunia. Sebanyak 48 negara berkembang dengan tingkat kerawanan pangan yang tinggi akan menghadapi kondisi yang sangat serius. Karena itu masalah pupuk jangan disepelekan. Jika kita tidak segera mengambil langkah agar ketersediaan pupuk mencukupi dan dengan harga yang terjangkau, maka 2023 akan menjadi tahun yang lebih suram,” ujarnya.
Menurut Presiden Jokowi, permasalahan pupuk dunia merupakan isu penting yang harus segera diatasi untuk menghadapi ancaman krisis pangan dunia. Krisis pangan dunia kini sudah mulai terasa. Hal tersebut tercermin dari harga pangan dunia yang saat ini sudah meninggi.
“Kondisi ini bisa menjadi semakin buruk menjadi krisis pangan jika tidak ada pasokan pangan yang disebabkan kelangkaan pupuk. Kelangkaan pupuk dapat mengakibatkan gagal panen di berbagai belahan dunia,”paparnya.
Dampak Perang
Presiden Jokowi lebih lanjut mengatakan, KTT G20 di Bali harus menghasilkan sesuatu yang konkret untuk membantu pemulihan ekonomi global pascapandemi Covid-19 dan dampak perang Rusia-Ukraina yang masih berkecamuk hingga kini. Perang Rusia – Ukranmia yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir tidak hanya memicu krisis pangan, tetapi juga krisis energi dunia. Perang Rusia – Ukraina berdampak besar terhadap kondisi global. Untuk itu, KTT G20 di Bali harus menghasilkan program konret bagi dunia, termasuk berakhirnya perang Rusia – Ukrania.
“Hari ini mata dunia tertuju pada pertemuan kita. Apakah kita akan mencetak keberhasilan? Atau akan menambah satu lagi angka kegagalan? Buat saya, G20 harus berhasil dan tidak boleh gagal,”ujarnya dengan nada bertanya.
Sebagai Presiden G20, lanjut Jokowi, Indonesia telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjembatani perbedaan yang sangat dalam dan lebar. Namun, Jokowi meyakini jika keberhasilan hanya akan dapat tercapai jika semua negara, tanpa terkecuali, berkomitmen, bekerja keras, menyisihkan perbedaan-perbedaan untuk menghasilkan sesuatu yang konkret dan bermanfaat bagi dunia di tengah berbagai tantangan yang dihadapi.
“Dunia sedang mengalami tantangan yang luar biasa. Krisis demi krisis terjadi. Pandemi Covid-19 belum usai, rivalitas terus menajam, perang terjadi. Dampak berbagai krisis tersebut terhadap ketahanan pangan, energi, dan keuangan sangat dirasakan dunia terutama negara berkembang,”ungkapnya.
Di akhir pidato pembukaanya, Presiden Jokowi berharap G20 dapat terus menjadi katalis pemulihan ekonomi yang inklusif. Di tengah situasi yang sangat sulit, Jokowi berharap G20 terus bekerja agar menghasilkan capaian-capaian konkret, mempersiapkan dana untuk menghadapi pandemi mendatang melalui pandemic fund, hingga membantu ruang fiskal negara berpendapatan rendah melalui resilience and sustainability trust (ketangguhan dan keberlanjutan kepercayaan).
Selain itu, Kepala Negara juga berharap G20 dapat mendorong percepatan pencapaian pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), menghasilkan ratusan kerja sama konkret serta mendukung pemulihan ekonomi dunia yang lebih hijau dan berkelanjutan melalui Bali Compact mengenai transisi energi.
“Kita tidak hanya bicara, tapi melakukan langkah-langkah nyata. Akhir kata, mari kita perlihatkan kepada dunia bahwa kita dapat bersikap bijak, memikul tanggung jawab, dan menunjukkan jiwa kepemimpinan. Mari kita bekerja, dan mari kita bekerja sama untuk dunia. Recover together, recover stronger (pulih persama, pulih perkasa),” tutupnya.

Sambutan Hangat
Presiden Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan pejabat negara lainnya memberikan sambutan hangat kepada para pemimpin dan delegasi 20 negara pada pembukaan KTT G20 di Bali, Selasa (15/11/2022).
Presiden Jokowi menyambut para pemimpin dan delegasi dunia, termasuk Presiden Amerika Serikat, Joe Biden KTT G20 dan Sekjen Perseikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres di Hotel Apurva Kempinski Bali, Kabupaten Badung. Jumlah pemimpin dan delegasi 20 negara yang disambut Jokowi sebanyak 38 orang.
Setelah berfoto satu per satu dengan Presiden Jokowi, para pemimpin menuju Candi Ballroom untuk mengikuti sesi pertama KTT G20 yang akan membahas tentang ekonomi global, keamanan pangan dan energi. Pada sambutan pengantarnya pada sesi pertama KTT G20, Presiden Jokowi mengucapkan selamat datang kepada seluruh delegasi. Presiden mengatakan bahwa Indonesia merasa terhormat dapat menjadi tuan rumah KTT G20.
“Selamat datang di Bali, selamat datang di Indonesia. Merupakan sebuah kehormatan bagi Indonesia untuk menjadi tuan rumah KTT G20. Saya sangat paham, perlu upaya yang luar biasa agar kita dapat duduk bersama di ruangan ini,”ujarnya.
Setelah itu, Presiden Jokowi bersama para pemimpin delegasi maupun organisasi internasional menuju area tepi pantai. Selanjutnya Presiden Jokowi dan para pemimpin dunia dan para delegasi melakukan santap siang bersama di Rumah Bambu, Ocean Front Lawn, Apurva Kempinski. Kemudian, Jokowi dan para pemimpin kembali menuju Candi Ballroom untuk melaksanakan sesi kedua KTT G20, membahas pembangunan kesehatan global.
Pada Selasa (15/11/2022), Presiden Jokowi menjamu makan malam para pemimpin G20 dan organisasi internasional di Garuda Wisnu Kencana Cultural Park. Para pemimpin juga berfoto bersama dan disuguhi berbagai atraksi dan penampilan budaya.

Darurat Kesehatan
Sementara itu, pada sesi kedua KTT G20 di Bali, Selasa siang, Presiden Jokowi mendorong arsitektur (pembangunan) kesehatan dunia. Hal itu penting mencegah kembali terjadinya pandemi seperti Covid-19. Dunia tidak boleh lengah meski kini makin pulih dari pandemi Covid-19. Hal itu penting karena darurat kesehatan berikutnya dapat muncul kapan saja. Karena itu KTT G20 harus didorong untuk mengambil langkah nyata dan segera agar dunia lebih siap sehingga bisa menyelamatkan nyawa dan ekonomi dunia.
“G20 harus mengambil langkah nyata dan segera. Pertama, arsitektur kesehatan global harus diperkuat. Kita perlu badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) yang lebih kuat dan bertaring. Solidaritas dan keadilan harus jadi roh arsitektur kesehatan global,”tegasnya.
Terkait penguatan kesehatan dunia tersebut, lanjut Jokowi, G20 telah berhasil membentuk pandemi fund (bantuan pandemi). Inisiatif pembentukan pandemic fund tersebut harus diikuti penambahan kontribusi pendanaan agar berfungsi secara optimal.
“Saya mengajak semua pihak berkontribusi. Indonesia telah memberikan komitmen 50 juta dolar AS untuk pandemi fund. G20 juga harus ikut mengawal proses pembentukan Traktat Pandemi. Ini penting untuk memperkuat kesiap-siagaan di tingkat nasional, kawasan dan global,”tambahnya.
Preseden Jokowi juga mendorong agar negara berkembang diberdayakan sebagai bagian dari solusi. Kesenjangan kapasitas kesehatan tidak dapat dibiarkan dan negara berkembang perlu kemitraan yang memberdayakan. Negara berkembang juga harus menjadi bagian rantai pasok kesehatan global, termasuk pusat manufaktur dan riset.
“Ini hanya bisa terjadi jika investasi industri kesehatan ditingkatkan, kerja sama riset dan transfer teknologi diperkuat, dan akses bahan baku produksi untuk negara berkembang diperluas. Selain itu, keterjangkauan dan kemudahan akses pelayanan kesehatan global harus diperluas pada semua solusi kesehatan termasuk diagnostik dan terapeutik. WHO juga harus merealisasikan komitmennya terkait hubs dan spokes (jaringan) solusi kesehatan,”paparnya.
Jokowi menegaskan, dunia tidak boleh mengulang kesalahan saat pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 adalah pelajaran berharga untuk menyiapkan dunia dari darurat kesehatan global.
“Never again (tidak akan pernah terjadi lagi) harus menjadi mantra kita bersama. Saya menantikan pandangan dan kontribusi Yang Mulia bagi penguatan arsitektur kesehatan dunia,”pungkasnya.
Bangun Infrastruktur
Sementara itu, pada pertemuan kerja sama pembangunan infratruktur dan investasi dunia (Partnership for Global Infrastructure and Investment/PGII) yang digelar dalam rangkaian KTT G20 tersebut, Jokowi mengatakan, krisis multidimensional yang tengah dihadapi dunia membawa tantangan tersendiri bagi pembangunan infrastruktur di negara berkembang, termasuk melalui penyusutan ruang fiskal.
Karena itu, lanjutnya, PGII perlu memperhatikan tiga hal penting dalam mendukung pembangunan infrastruktur di negara berkembang. Di antaranya, dukungan yang diberikan PGII harus bersifat country driven dan berdasarkan kebutuhan riil negara tujuan. Selain itu, PGII juga harus menjadikan konsultasi dan dialog dengan negara penerima sebagai pedoman utama.
“Pembangunan infrastruktur perlu memberdayakan masyarakat dan ekonomi setempat agar memiliki rasa kepemilikan yang tinggi disertai dukungan bagi negara berkembang untuk membangun kapasitas dan kemampuan mandiri. Dengan demikian negara berkembang dapat lebih tangguh menghadapi tantangan global di masa mendatang,”katanya.
Presiden Jokowi mencontohkan, saat ini Indonesia juga sedang mendorong pemerataan pembangunan melalui pemindahan ibu kota ke Nusantara. Presiden meyakini langkah tersebut akan mampu membuka peluang investasi sebesar 20,8 miliar dolar AS di berbagai sektor infrastruktur.
Kemudian, kata Jokowi, upaya PGII mendukung pembangunan infrastruktur di negara berkembang juga harus didasarkan pada paradigma kolaborasi. Untuk itu Presiden Jokowi meminta PGII melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan termasuk sektor swasta yang dinilai akan membawa manfaat nyata.
“Saya percaya inisiatif seperti PGII akan semakin bermanfaat jika melibatkan sebanyak-banyaknya negara di dunia,” tuturnya.
Selanjutnya, tambah Presiden, PGII harus menghasilkan dukungan pembangunan berkelanjutan, termasuk lewat pembangunan hijau dan transisi energi. Negara berkembang paling rentan terhadap tantangan pembangunan berkelanjutan dan perubahan iklim. Namun, Presidensi G20 Indonesia telah berupaya mendorong kerja sama nyata di bidang infrastruktur berkelanjutan dan pendanaan pembangunan.
“Indonesia sendiri juga bersungguh-sungguh mengembangkan industri hijau, termasuk ekosistem industri mobil listrik sebagaimana Yang Mulia saksikan langsung di KTT Bali ini,”ujarnya.
Presiden Jokowi juga menegaskan bahwa Indonesia selalu mendukung penguatan pembangunan infrastruktur di negara-negara berkembang.
“Indonesia siap mendukung inisiatif PGII. Harapan saya PGII dapat memperkuat hasil yang telah dicapai di G20,” tandasnya. (Matra/AdeSM/BPMISetpres/InfoPublik).