Presiden Joko Widodo (kanan) melakukan pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden (kiri) di The Apurva Kempinski Bali, Senin (14/11/2022). (Foto: BPMI Setpres/Muchlis Jr).

(Matra, Bali) – Indonesia, khususnya Provinsi Bali saat ini menjadi pusat perhatian dunia terkait pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) The Group of Twenty (G20) di Nusa Dua, Provinsi Bali, 15 – 16 November 2022. Mata dunia tertuju ke Indonesia menyusul kehadiran para pemimpin negara besar dunia dan delegasi dari 20 negara, termasuk Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden pada KTT G20 tersebut.

KTT G20 yang mengusung tema Recover Together, Recover Stronger (Pulih Bersama, Bangkit Perkasa) berupaya menghasilkan kebijakan-kebijakan yang mendorong percepatan pemulihan global pascapandemi Covid-19. Tiga isu utama yang menjadi pokok bahasan pada KTT G20, yakni pembangunan kesehatan global (dunia), transformasi digital dan transisi energi berkelanjutan.

Melalui tiga isu utama tersebut, KTT G20 di Bali diharapkan menghasilkan pengalihan energi dari fosil ke energi terbarukan/berkelanjutan, membangun kehidupan digital yang bermanfaat bagi masyarakat dunia dan terlebih meningkatkan ketahanan kesehatan masyarakat serta mebangun pelayanan kesehatan yang tangguh di dunia. KTT G20 menjadi platform multilateral strategis (wadah kerja sama berbagai negara) menjangkau perekonomian besar dunia yang bisa memberikan bantuan.

Jokowi – Joe Biden

Untuk mencapai hasil yang maksimal dari KTT G20, Indonesia juga berupaya melakukan diplomasi dengan pemimpin dan delegasi dunia peserta G20 melalui pertemuan khusus. Salah satu diplomasi penting pada G20 tersebut, yakni pertemuan bilateral (dua negara) yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Presiden AS, Joe Biden di The Apurva Kempinski Bali, Senin (14/11/2022) atau sehari menjelang pembukaan G20, Selasa (15/11/2022).

Turut mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan tersebut, yaitu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Menteri ESDM Arifin Tasrif.

Presiden Jokowi benar-benar menyambut hangat kehadiran Presiden AS, Joe Biden pada KTT G20 di Bali. Sebelum memulai perbincangan, Presiden Jokowi menyampaikan terima kasih atas kehadiran Presiden Biden di KTT G20 Bali, Indonesia.

“Presiden Biden, selamat datang di Bali. Saya mengapresiasi kehadiran Presiden Biden pada KTT G20 ini,”kata singkat.

Pada kesempatan tersebut, Presiden Jokowi menyampaikan harapannya agar KTT G20 dapat mengasilkan kerja sama yang konkret untuk pemulihan ituasi global, khususnya pemulihan kesehatan, ekonomi dan penanganan krisis energi. Indonesia berharap, semua negara G20 dapat memberikan fleksibilitas agar komitmen konkret hasil KTT dapat tercapai.

“Saya berharap KTT G20 ini akan dapat menghasilkan kerja sama konkret yang dapat membantu dunia dalam pemulihan ekonomi global,”katanya.

Presiden Jokowi juga menyampaikan isu lain pada pertemuan dengan Presiden AS, Joe Biden tersebut, yakni mengenai pentingnya kerja sama Indo-Pacific Economic Framework (IPEF). Indonesia berkomitmen untuk memberikan dukungan dan berpratisipasi penuh pada IPEF.

“Bagi Indonesia, kerja sama konkret selalu menjadi acuan. Saya akan tugaskan Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia untuk terus menindaklanjuti kerja sama IPEF ini,”kata Presiden.

Sementara itu, terkait Indo-Pasifik, Presiden Jokowi menggarisbawahi pentingnya masalah keamanan untuk dibahas. Namun, menurut Presiden, kerja sama ekonomi Indo-Pasifik juga tidak kalah penting dan perlu terus diperkuat.

“Kemitraan Indonesia, ASEAN dengan Amerika Serikat untuk membangun kemakmuran di Indo-Pasifik perlu terus diperkuat,”katanya.

Presiden menambahkan, sebagai Ketua ASEAN, tahun depan Indonesia akan mengadakan Indo-Pacific Infrastructure Forum yang merupakan salah satu implementasi konsep ASEAN Outlook on the Indo Pacific (AOIP).

“Saya sangat berharap AS dapat berpartisipasi dalam forum tersebut sebagai wujud dukungan AS terhadap AOIP,”pintanya.

Presiden Joko Widodo (dua dari kiri) melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida (kiri) di The Apurva Kempinski Bali, Senin (14/11/2022). (Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev).

PM Jepang

Sehari menjelang pembukaan KTT G20, Presiden Jokowi juga mengadakan pertemua dengan Perdana Menteri (PM) Jepang, Fumio Kishida di The Apurva Kempinski Bali, Senin (14/11/2022). Pada pertemuan itu, Presiden Jokowi mengajak PM Fumio Kishida bersama-sama menyukseskan KTT G20 agar menghasilkan deklarasi bersama.

“Harapan dunia sangat besar terhadap G20 sebagai katalis pemulihan global. Kesuksesan G20 merupakan collective responsibility dari seluruh negara G20,”katanya.

Turut hadir pada kesempatan tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri ESDM Arifin Tasrif, dan Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri, Abdul Kadir Jailani.Terkait kerja sama ekonomi dengan Jepang, Presiden Jokowi mendorong penyelesaian IJEPA (Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement).

“Kinerja kerja sama ekonomi kita cukup baik. Saya yakin kinerja ini akan dapat lebih baik jika kita dapat selesaikan IJEPA segera,”ungkapnya.

Presiden Jokowi juga menyampaikan pembangunan infrastruktur pada pertemuan dengan PM Jepang tersebut. Presiden Jokowi mengapresiasi penandatanganan nota kesepahaman kelanjutan transportasi, Mass Rapid Transit (MRT) fase 1 hari ini, Senin (14/11/2022) dan kerja sama studi MRT fase 3 akhir Oktober lalu. Kerja sama di kawasan juga menjadi hal yang diperbincangkan dalam pertemuan bilateral tersebut.

“Saya harapkan dukungan Yang Mulia agar proyek MRT bisa selesai tepat waktu,”kata Presiden Jokowi.

Presiden Jokowi mengatakan, keketuaan ASEAN oleh Indonesia bertepatan dengan peringatan 50 tahun ASEAN-Jepang. Presiden menggarisbawahi pentingnya untuk terus menjaga stabilitas dan perdamaian di kawasan dan membangun industri hijau di kawasan.

“Saya mendorong implementasi konkret sinergi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) dengan Free and Open Indo-Pacific (FOIP). Tahun depan, Indonesia juga akan mendorong engagement negara Pasifik dengan ASEAN. Indonesia juga ingin mengajak Jepang mempererat kerja sama dengan negara-negara di Pasifik,” jelas Presiden Jokowi.

Memetik Manfaat

Para pengusaha dan warga masyarakat Indonesia memiliki peluang besar memetik manfaat dari G20. Para pengusaha dan warga masyarakat yang secara langsung memetik manfaat dari KTT G20 di Bali, khususnya para pengusaha pariwisata dan ekonomi kreatif.

Menurut anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Gde Sumarjaya Linggih, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 membuka meningkatkan pariwisata dan masyarakat Bali. KTT G20 di Nusa Dua Bali, 15-16 November 2022 dihadiri sejumlah petinggi negara yang tergabung G20. Kehadiran para pemimpin dunia, delegasi dan staf 20 negara yang menjadi anggota G20 di Bali menghidupkan usaha pariwisata di Bali, mulai dari usaha perhotelan, penginapan, transportasi, makanan (kuliner) dan usaha ekonomi kreatif lainnya.

“G20 ini membawa berkah bagi pengusaha dan masyarakat Bali. Ditetapkannya Bali sebagai tuan rumah G20 membuat objek-objek wisata, taman dan sebagainya di Bali diperbaiki. Kemudian dilakukan juga perbaikan jalan, trotoar dan taman di Bali menyambut KTT G20. Pembangunan infrastruktur dan kebangkitan usaha pariwisata di Bali, baik usaha skala besar dan kecil selama G20 tentunya berdampak positif pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Bali,”katanya.

Sementara itu, Staf Ahli Bidang Pemanfaatan Sumber Daya Kemaritiman Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Nyoman Shuida menjelaskan, penyelenggaraan rangkaian kegiatan KTT G20 telah membawa dampak langsung sekaligus membawa sebuah peluang besar bagi Indonesia.

Menurut Nyoman Shuida, KTT G20 telah menghidupkan sektor hospitality di Bali yang sebelumnya berhenti selama pandemi Covid-19. Dari sektor hospitality business, KTT G20 di Bali November 2022 ini membutuhkan banyak tenaga kerja.

“Tingkat keterisian kamar hotel khususnya di Bali sudah melonjak tinggi dibandingkan dengan saat masa pandemi 2021 lalu. Serapan tenaga kerja di sektor pariwisata, khususnya hotel, sudah mencapai sekitar 80 persen terhadap para pekerja yang saat masa pandemi dirumahkan,”ungkapnya.

Dikatakan, KTT G20 akan membawa keuntungan ekonomi secara langsung kepada Indonesia. Tak hanya dirasakan oleh lembaga-lembaga dan perusahaan besar, namun oleh masyarakat secara langsung. Sejumlah rangkaian pertemuan G20 yang berlangsung sejak beberapa bulan lalu hingga nanti jelas akan membawa dampak positif. Pertumbuhan sektor transportasi, akomodasi, usaha kecil dan menengah (UMKM) hingga pariwisata.

“Pertumbuhan ekonomi tersebut akan mendorong penciptaan lapangan kerja baru di berbagai sektor, misalnya sector makanan atau kuliner, fashion (busana) dan lainnya,”ujarnya.

Nyoman Shuida lebih lanjut mengatakan, manfaat KTT G20 juga akan terasa di sektor kesehatan. Dalam konferensi akan ada tiga hal yang akan dibahas terkait sektor kesehatan, seperti sistem ketahanan kesehatan global, harmonisasi standar protokol kesehatan global, serta pengembangan pusat studi serta manufaktur untuk pencegahan, persiapan dan respons terhadap krisis kesehatan yang akan datang.

“Tiga pembahasan tersebut bertujuan agar kolaborasi negara-negara G20 dapat merespon ancaman krisis kesehatan global seperti misalnya pandemi Covid-19 yang lalu,”tambahnya.

Selain dampak baik pada masyarakat, lanjutnya, perlu juga dilihat dampak positif kehadiran ribuan peserta delegasi G20 di Bali. Kesan-kesan baik yang didapat para delegasi selama pelaksanaan kegiatan juga akan menombulkan hubungan kerja sama yang baik dengan negara tersebut.

“Hal tersebut dapat berdampak positif pada Indonesia, misalnya meningkatkan hubungan baik dalam kerja sama, hubungan ekspor impor dan hubungan dengan masyarakat global,”jelasnya. (Matra/AdeSM/BPMI Setpres/Kemenkominfo).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *