Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin. (Foto : Matra/Ist).

(Matra, Jakarta) – Jumlah pasien Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) yang sembuh terus meningkat menyusul penggunaan obat impor untuk penawar penyakit tersebut dan intesifnya perawaran pasien. Sementara jumlah kasus gangguan ginjal akut pada anak di Tanah Air menurun setelah peredaran obat sirop dihentikan. 

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin terkait perkembangan penanganan penyakit gagal ginjal akut di Jakarta, Rabu (2/11/2022) mengatakan, pasien gagal ginjal akut di Tanah Air yang sudah sembuh sebanyak 99 orang atau 33 % dari 304 total pasien gagal ginjal. Angka kenaikan kesembuhan pasien gagal ginjal akut selama satu minggu terakhir naik dari 20 % menjadi 33 % pasien. Pasien gagal ginjal akut yang masih dirawat saat ini tersisa 65 orang dan pasien gagal ginjal yang meninggal tercatat 153 orang.

“Total kasus gagal ginjal di Indonesia tercatat 304 orang. Kasus gagal ginjal akut paling banyak terjadi pada anak berusia 1-5 tahun, yakni sebanyak 173 kasus. Kemudian pada anak usia 6 – 10 tahun sebanyak 46 kasus dan anak usia 11 – 18 tahun sebanyak 42 kasus. Kasus terbanyak tercatat di provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Aceh, Jawa Timur, Sumatera Barat, Banten, dan Bali.

Dijelaskan, penurunan kasus gagal ginjal akut pada anak secara signifikan menurun menyusul Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan per tanggal 18 Oktober 2022 yang meminta tenaga kesehatan dan apotik untuk tidak memberikan obat dalam bentuk sirop kepada masyarakat yang dinyatakan sembuh.

Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pihaknya telah mengeluarkan kebijakan antisipatif menekan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit gagal ginjal akut pada anak. Di antaranya dengan mendatangkan ratusan vial obat Antidotum (penawar) Fomepizole injeksi yang didatangkan dari Singapura, Australia, Kanada dan Jepang.

“Sebanyak 146 vial sudah disebarkan ke 17 rumah sakit di 11 provinsi, sementara 100 vial disimpans ebagai stok di instalasi farmasi pusat,”jelasnya.

Ditakatakn upaya lain yang dilakukan menekan kasus gagal ginjal akut pada anak tersebut, yaitu mengeluarkan petunjuk penggunaan obat sirop kepada anak dalam rangka pencegahan peningkatan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) No. HK.02.02/III/3515/2022 pada tanggal 24 Oktober 2022. Petunjuk tersebut ditujukan kepada seluruh dinas kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan organisasi profesi kesehatan.

Selain itu, tambahnya, Kementerian Kesehatan juga juga sudah melakukan pembaharuan Keputusan Dirjen Yankes tentang Tata laksana Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal Pada Anak di Rumah Sakit No. HK.02.02/III/3542/2022, dengan ditambahkan tatalaksana pemberian Fomepizole tanggal 26 Oktober 2022.

“Kami juga mengharapkan dukungan semua pihak agar penanganan gagal ginjal akut pada anak bisa dicapai. Semua pihak hendaknya dapat bersinergi dan berkolaborasi menyelamatkan nyawa anak Indonesia sebagai prioritas utama. Tujuan kita adalah demi kesehatan masa depan anak anak kita,”paparnya.

Budi Gunadi Sadikin juga meminta masyarakat, terutama orang tua segera membawa anak mereka ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat apabila mengalami gejala gangguan ginjal akut progresif atipikal.

“Gejala yang timbul dari penyakit ini yaitu demam, hilang nafsu makan, malaise, batuk pilek, mual, muntah, ISPA, dan diare. Kemudian berlanjut pada sulit kencing, berupa air seni berkurang atau tidak ada air seni sama sekali,”ujarnya.

Dijelaskan, rumah sakit yang sudah mendapatkan distribusi Fomepizole, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Zainoel Abidin Aceh, Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Prof Dr. I.G.N.G. Ngoerah, Bali, RSUP Dr Sardjito Yogyakarta dan RSAB Harapan Kita. Kemudian RSUP Fatmawati dan RSCM Jakarta, RSUP Hasan Sadikin Bandung, RSUD Dr Hafiz dan RSU Hermina Mekarsari, Jawa Barat, RSUD Bangli dan RSUD Dr Saiful Anwar, Jawa Timur dan RSUD Dr Soedarso Pontianak, Kalimantan Barat.

Selain itu RSUD Kuala Pembuang, Kalimantan Tengah, RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo, Sulawesi Selatan, RSUP Dr M Djamil, Sumatera Barat, RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang, Sumatera Selatan dan RSUP H Adam Malik, Sumatera Utara. (Matra/AdeSM).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *