(Matra, Malang) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, seluruh liga sepak bola di Indonesia, baik Liga 1, Liga 2 dan Liga 3 harus dihentikan menyusul tragedi sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur (Jatim), Sabtu (1/10/2022).
Presiden Jokowi menginstruksikan penghentian seluruh liga sepak bola di Indonesia setelah mendapatkan masukan dari Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan. Batas waktu penghentian seluruh liga sepak bola tersebut belum dipastikan.
“Saya memerintahkan agar seluruh liga sepak bola di Indonesia dihentikan hingga penanganan tragedi sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Malang selesai. Liga sepak bola yang dihentikan tidak hanya liga 1, tetapi juga liga 2 dan liga 3,”kata Presdien Jokowi di sela-sela kunjungannya ke Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, Rabu (5/10/2022).
Kunjungan Presiden ke Stadion Kanjuruhan dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Saiful Anwar, Kota Malang tersebut turut didampingi Menko Polhukam selaku Ketua TGIPF, Mahfud MD. Pada kunjungan tersbeut, Presiden Jokowi juga memberikan santunan kepada 129 keluarga korban meninggal akibat tragedi sepak bola Kanjuruhan. Masing-masing keluarga korban mendapatkan santunan Rp 50 juta.
Penghentian seluruh kompetisi liga sepak bola di Indonesia tersebut membuat ribuan pesepak bola di Indonesia, termasuk pemain asing menganggur. Pihak klub sepak bola, Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) dan Pemerintah (Kementerrian Pemuda dan Olah Raga) belum memberi solusi menganggurnya para pemain sepak bola liga 1, liga 2 dan liga 3 terkait penghentian seluruh liga sepak bola Tanai Air tersebut.
Sementara itu, Mahfud MD pada kesempatan tersbeut menjelaskan, berdasarkan rapat TGIPF Tragedi Kanjuruhan, Selasa (4/10/2022), pihaknya memberikan rekomendasi penghentian seluruh liga sepak bola di Indonesia untuk batas waktu yang belum ditentukan. Penghentian seluruh liga sepak bola di Indonesia dihentikan menunggu hasil investigasi dan evaluasi terkait kerusuhan sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Malang yang menewaskan 131 orang.
Menurut Mahfud MD, TGIPF Tragedi Sepak Bola Kanjuruhan, Malang menyoroti beberapa faktor yang dinilai memicu kerusuhan suporter Arema FC di Stadion Kanjuruhan Malang seusai Arema FC dikalahkan Persebaya Surabaya dengan skor 2 – 3, Sabtu (1/10/2022) malam.
Faktor tersebut, yakni panitia mengabaikan usul kepolisian (Polres Malang) agar pertandingan Arema FC dengan Persebaya Surabaya digelar sore hari, bukan malam hari. Kemudian aparat keamanan juga meminta supaya jumlah penonton disesuaikan dengan kapasitas stadion, yakni sebanyak 38.000 orang.
“Namun usul-usul itu tidak ditanggapi pihak panitia. Pertandingan Arema FC dengan Persebaya dalam lanjutan BRI Liga 1 2022/2023 tetap dilangsungkan malam hari. Sedangkan tiket yang dicetak mencapai 42.000 lembar,”ujarnya.
Menurut Mahfud MD, kerusuhan suporter sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu pekan lalu bukan bentrok antarsuporter. Sebab seluru pentonon pertandingan hanya suporter Arema FC (Aremania) tidak ada suporter.
Kerusuhan tersebut akibat suporter Arema FC masuk ke lapangan seusai pertandingan dan dihalau aparat keamanan dengan gas air mata. Menurut Mahfud MD, kerusuhan di Stadion Kanjuruhan bukan bentrokan antarsuporter.
“Perlu saya tegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok antarsuporter Arema FC dengan Persebaya. Sebab pada pertandingan itu suporter Persebaya tidak boleh ikut menonton. Suporter di lapangan hanya dari pihak Arema FC,”tegasnya.
Dijelaskan, seluruh korban meninggal pada kerusuhan suporter di Stadion Kanjuruhan diduga karena berdesakan di pintu keluar stadion yang terkunci. Para suporter berdesakan untuk menghindar dari gas air mata yang ditembakkan aparat kepolisian.
“Korban meninggal dalam kerusuhan sepak bola tersebut diduga akibat terinjak-injak atau sesak napas akibat berhimpitan untuk berebut keluar dari stadion. Tak ada korban pemukulan atau penganiayaan antarsuporter,”ujarnya. (Matra/AdeSM/BerbagaiSumber).