Iring-iringan perahu hias di hilir Sungai Batanghari, pantai timur Jambi pada pelaksanaan Kenduri Lawang Swarnabhumi di Kampung Laut, Kecamatan Kuala Jambi, Kabupaten Tanjungjabung Timur (Tanjabtim), Provinsi Jambi, Senin (19/9/2022). (Foto : Matra/KominfoJambi).

(Matra, Jambi) – Kenduri Swarnabhumi atau kegiatan pemulihan peradaban Melayu yang digelar di Provinsi Jambi sejak Mei – September ini cukup berhasil membangkitkan kembali budaya Melayu Jambi yang telah lama hilang. Napak tilas jejak budaya yang dilakukan para budayawan Jambi di sepanjang alur Sungai Batanghari mulai dari Kabupaten Kerinci – Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat hingga pantai timur Jambi delapan bulan terakhir mampu menghidupkan kembali tradisi masyarakat Melayu yang terancam punah. 

Gubernur Jambi, Dr H Al Haris, SSos, MH pada Kenduri Lawang Swarnabhumi di Kampung Laut, Kecamatan Kuala Jambi, Kabupaten Tanjungjabung Timur (Tanjabtim), Provinsi Jambi, Senin (19/9/2022) mengatakan, Kenduri Swarnabhumi untuk menggali peradaban masyarakat Melayu Jambi di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari Provinsi Jambi dan Sumatera Barat digagas Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Dirjenbud Kemendikbudristek).

Dijelaskan, Kenduri Swarnabhumi telah berlangsung sejak bulan Mei di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Kenduri Swarnabhumi dilanjutkan ke Kabupaten Merangin dan Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan Kenduri Swarnabhumi menyisir setiap kawasan sepanjang aliran Sungai Batanghari.

“Pada hari ini, Senin (19/9/2022), penyelenggaraan Kenduri Swarnabhumi memasuki rangkaian budaya masyarakat akuatik (air), yakni Kenduri Lawang Swarnabhumi di Kabupaten Tanjabtim. Kenduri ini mendapat sambutan antusias warga masyarakat pantai timur Jambi, khususnya warga masyarakat Kampung Laut, Kabupaten Tanjabtim,”katanya.

Al Haris pada kesempatan tersebut mengapresiasi upaya Dirjenbud Kemendikbudristek yang telah memperkenalkan budaya negeri Jambi melalui Kenduri Swarnabhumi. Upaya tersebut membangkitkan budaya Melayu Jambi di kawasan Sungai Batanghari yang telah lama nyaris hilang.

“Komitmen dan program Dirjenbud Kemendikbudristek ini juga mengangkat kekayaan sejarah Jambi. Misalnya mengangkat popularitas Candi Muarojambi di Kabupaten Muarojambi serta adanya kaitan Candi Muarojambi dengan situs-situs di sepanjang DAS Batanghari,”katanya.

Dijelaskan, melalui Kenduri Swarnabhumi, kaitan antara Candi Muarojambi dengan situs Candi Sawah di hulu Sungai Batanghari hingga situs Siti Hawa di di hilir Sungai Batanghari dapat dirangkaikan kembali. Dukungan Pemerintah Pusat melalui Dirjenbud Kemendikbudristek pada pelaksanaan Kenduri Lawang Swarnabhumi di Tanjabtim akan lebih meningkatkan kualitas penyelenggaraan festival budaya untuk mendorong bergeraknya meningkatnya perekonomian masyarakat dan daerah.

“Kita semua berharap festival budaya Kenduri Swarnabhumi ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Jambi untuk menjaga Sungai Batanghari. Hal itu penting karena sejak dahulu, warga masyarakat Jambi yang bermukim di sepanjang DAS Batanghari memiliki peran mempertahankan peradaban Melayu Nusantara. Baik di bidang agama, sosial, ekonomi dan budaya,”katanya.

Gubernur Jambi, H Al Haris pada Kenduri Lawang Swarnabhumi di Kampung Laut, Kecamatan Kuala Jambi, Kabupaten Tanjungjabung Timur (Tanjabtim), Provinsi Jambi, Senin (19/9/2022). (Foto : Matra/KominfoJambi).

Al Haris berharap Kenduri Swarnabhumi bisa mengingatkan kembali masyarakat tentang kejayaan peradaban Sungai Batanghari. Dia juga mengajak masyarakat Jambi mulai dari hulu hingga hilir Sungai Batanghari bersama-sama menjaga dan melestarikan objek kebudayaan di sepanjang aliran Sungai Batanghari.

“Saya berpesan kepada masyarakat Tanjabtim berupaya hidup berdampingan secara harmonis dengan lingkungan, khususnya lingkungan sungai. Mari kita jaga bersama kelestarian sungai dan objek budaya di kawasan Sungai Batanghari,”katanya

Ditegaskan, setiap individu dan kelompok masyarakat di Jambi perlu meningkatkan upaya pelestarian ekosistem Sungai Batanghari sekaligus menyelamatkan aset-aset kebudayaan yang ada di sepanjang DAS Batanghari. Upaya pelestarian Sungai Batanghari tak hanya secara fisik namun juga budaya, kenangan dan kebanggaannya.

“Hal ini penting karena mencintai budaya mestinya juga melestarikan sungai, mencintai sungai berarti juga melestarikan budaya,”katanya.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof Dr Muhadjir Effendy, MAP yang mengikuti Kenduri Lawang Swarnabhumi di Kabupaten Tanjabtim mengatakan, Indonesia baru memiliki Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan, yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2017.

UU tersebut merupakan payung hukum yang resmi yang diakui oleh negara untuk menggali melestarikan mengembangkan dan memajukan kebudayaan di masing-masing daerah.

“Saya berharap kepada pemerintah daerah juga mendalami undang-undang pemajuan kebudayaan itu kalau daerahnya ingin dimajukan kecuali kalau daerahnya ini dimundurkan,”katanya.

Sedangkan, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid pada kesempatan itu mengatakan, Kenduri Lawang Swarna Bumi merupakan awal pintu masuk Sungai Batanghari di pantai timur Jambi. Istilahnya disebut Lawang karena dari sanalah awal terbentuknya Candi Muarojambi.

Sementara menurut Bupati Tanjabtim, H Romi Haryanto, daerah tersebut memiliki banyak peradaban yang belum bisa diangkat kembali ke permukaan. Salah satu situs Siti Hawa. Situs Siti Hawa yang kini ditemukan nantinya akan dikembangkan bersama Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek. (Matra/AdeSM).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *