(Matra, Jambi) – Tradisi nyanyian sinden (senandung penyanyi tunggal) ternyata tidak hanya dimiliki masyarakat Sunda, Jawa Barat dan Jawa. Masyarakat Simalungun, Sumatera Utara juga memiliki seni nyanyian tradisional sejenis sinden yang disebut taur – taur (senandung). Hampir sama seperti dalam sinden Sunda dan Jawa, dalam taur-taur Simalungun sang penyanyi melantunkan syair dengan nada-nada khas tradisi daerah untuk menyampaikan isi hati (rasa cinta) atau pesan – pesan kehidupan.
Namun berbeda dengan sinden yang menampilkan penyanyi tunggal, taur-taur Simalungun biasanya menampilkan dua penyanyi, pria dan wanita yang disebut taur-taur Simbandar. Mereka bernyanyi bersahut-sahutan atau secara dialog diiringi musik tradisional seruling. Kemudian ada juga taur-taur Bah Tonang yang hanya menampilkan seorang penyanyi sama seperti sinden.
Taur-taur Simbandar Simalungun biasanya dipentaskan dalam acara-acara atau pergelaran seni budaya Simalungun. Baik pergelaran seni budaya Rondang Bintang (terang bulan) yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Simalungun dan lembaga budaya Simalungun maupun pentas seni budaya Marsombuh Sihol, Semalam di Simalungun (malam melepas rindu kampung halaman) yang biasanya digelar Gereja Kristen Prostestan Simalungun (GKPS).
Pada pentas seni Marsombu Sihol, Semalam di Simalungun memeriahkan Pesta Olob-olob (Suka Cita) Perayaan 119 Pekabaran Injil di Simalungun di GKPS Resort Jambi, Sabtu (3/9/2022) malam misalnya, seniman Simalungun Jambi menampilkan dua jenis taur-taur, yakni taur-taur Simbandar (kampung Simbandar) dan taur-taur Bah Tonang (kampung Bah Tonang).
Taur-taur Simbandar pada kesempatan tersebut dibawakan dua orang penyanyi, yakni laki – laki perempuan. Mereka membawakan nyanyian bersahut-sahutan berisi pesan atau nasehat dengan nada-nada atau melodi tradisional. Sedangkan taur-taur Bah Tonang hanya dibawakan seorang penyanyi.
Taur-taur Simbandar yang dipentaskan pada malam Marsombuh Sihol Pesta Olob-olob 119 Tahun Injil di Simalungun Tingkat GKPS Resort Jambi tersebut sama seperti pementasan taur-taur Simbandar umumnya. Namun taur-taur Bah Tonang yang dipentaskan pada pesta seni budaya Simalungun tersebut sangat jarang ditampilkan.
Penyanyi taur-taur Simalungun di Jambi, Berliana Br Sinaga (40) menjelaskan, Simalungun memang memiliki dua jenis taur-taur, yakni taur-taur Simbandar dan taur-taur Bah Tonang. Namun yang sering ditampilkan pada pentas-pentas seni budaya Simalungun hanya taur-taur Simbandar yang bersifat dialog. Sedangkan taur-taur Bah Tonang yang bersifat monolog seperti layaknya sinden Jawa Barat dan Jawa sangat jarang ditampilkan.
“Pada Pergelaran Seni Budaya Simalungun dalam rangka Pesta Olob-olob Perayaan 119 Injil di Simalungun GKPS Resort Jambi malam mini, Sabtu (3/9/2022), saya membawakan kedua jenis taur-taur tersebut. Saya berupaya membangkitkan kembali nyanyian tradisional Simalungun yang hampir hilang ini. Namun kualitas taur-taur yang saya bawakan tidak sebagus para penyanyi taur-taur Simalungun karena saya sudah lama tidak pernah tampil membawakan taur-taur selama tinggal di Jambi,”katanya.
Sementara penampilan Berliana Sinaga membawakan taur-taur Simbandar dan taur-taur Bah Tonang pada malam Marsombuh Sihol Simalungun GKPS Resort Jambi tersebut mendapat sambutan antusias ratusan orang penonton. Ketika Berliana Sinaga membawakan taur-taur dengan inggou (cengkok) khas Simalungun, para penontong tampak terpukau dan memberikan aplaus (tepuk tangan meriah). Kemudian sewaktu Berlana Sinaga dan pasangan taur-taur-nya, Aris Saragih melantunkan lagu penutup taur – taur, “Alo Sidoding” yang berirama rancak, sebagian penonton pun turun ke depan pentas menari bersama.
Berperan Besar
Menyimak pentas seni budaya Simalungun Marsombuh Sihol, Semalam di Simalungun Pesta Olob-olob Perayaan 119 Injil di Simalungun se – GKPS Resort Jambi tersebut, tampak suatu realitas bahwa Gereja, khususnya GKPS memiliki peran besar menggali dan melestarikan seni budaya Simalungun. Peran besar GKPS melestarikan seni budaya Simalungun tersebut tercermin dari melekatnya aspek seni budaya dalam berbagai kegiatan kegamaan di tengah GKPS.
Seperti tampak pada pergelaran seni budaya Marsombuh Sihol, Semalam di Simalungun yang dilaksanakan dalam rangka Pesta Olob-olob Perayaan 119 Tahun Injil di Simalungun tingkat GKPS Resort Jambi, Sabtu (3/9/2022) malam, aspek seni budaya Simalungun yang ditampilkan bukan hanya taur-taur.
Aspek seni budaya lain yang ditampilkan pada pesta seni budaya Simalungun tersebut, yakni tarian tradisonal Simalungun, Tortor Sombah (Tari Menyembah/Menyambut Tamu), tari kreasi Simalungun dan lagu-lagu Simalungun.
Para penari memakai gaun atau pakaian khas Simalungun, yakni gotong (topi untuk penutup kepala pria khas Simalungun), bulang (penutup kepala perempuan khas Simalungun) dan suri-suri (kain tenun khas Simalungun).
Sisi lain yang cukup menaik pada pesta seni budaya Simalungun di daerah perantauan tersebut, yakni para penari sebagian besar anak-anak dan pemuda GKPS se-Resort Jambi yang sudah lahir di perantauan. Para penari Simalungun anak-anak Sekolah MInggu GKPS Jambi misalnya cukup piawai berlenggak-lenggok membawakan tarian kreasi Simalungun hingga penonton meminta para penari anak-anak Sekolah Minggu Jambi menampilkan tarian dua kali.
Kemudian para penari Simalungun dari Pemuda GKPS Tanah Kanaan Jambi yang sebagian sudah lahir di perantauan dan sebagian sudah lama merantau juga cukup apik membawakan tari tradisional dan tari kreasi Simalungun. Para penari pemuda GKPS Jambi tersebut pun diminta penonton tampil dua kali untuk memuaskan rasa rindu mereka ke kampung halaman Simalungun.
Pendeta GKPS Resort Jambi, Pdt Rudyard Saragih, SSi-Theol mengatakan, pihaknya menggelar pentas seni budaya Simalungun memeriahkan Pesta Olob-olob GKPS Resort Jambi 2022 sebagai salah satu upaya melestarikan seni budaya Simalungun. Kemudian pesta seni budaya tersebut juga digelar untuk melepas rindu warga masyarakat Simalungun terhadap kampung halaman dan seni budaya Simalungun.
“Pergelaran seni budaya Simalungun dalam kegiatan kerohanian di GKPS hingga kini masih tetap diupayakan bisa terlaksana untuk memuaskan rasa rindu kampung halaman dan seni budaya Simalungun. Selain itu, pentas seni budaya di tengah GKPS tetap diupayakan bisa berkesinambungan demi melestarikan seni budaya Simalungun,”katanya.
Dikatakan, selain menggelar pentas seni Simalungun, Pesta Olob-olob GKPS Resort Jambi juga dilaksanakan bernuansa khas Simalungun. Hal itu ditandai dengan penggunaan pakaian adat khas Simalungun pada Ibadah Bersama Pesta Olob-olob GKPS Resort Jambi, Minggu (4/9/2022). Pada kesempatan tersbeut, panitia dan peserta lomba paduan suara mengenakan (memakai) pakaian adat Simalungun, yakni gotong untuk laki-laki dan bulang untuk perempuan serta hiou suri-suri (kain tenun khas Simalungun).
Pesta Olob – olob GKPS Resort Jambi tersebut juga penuh nuansa Simalungun melalui penggalangan dana yang dilakukan melalui tortor (tarian) jemaat dan perkumpulan marga Simalungun yang ada di GKPS Resort Jambi. Tortor jemaat dan marga tersebut diiringi penyanyi Simalungun asal Medan, Sumatera Utara, Beldi Sinaga dan Yeni Br Sinaga. Sedangkan pemusik yang mengiringi tarian juga warga Simalungun, yakni Girsang Musik dan Beldi Sinaga.
Melekatnya nuansa Simalungun di tengah kehidupan warga GKPS se-Resort Jambi juga terasa pada malam Marsombuh Sihol Olob-olob GKPS Resort Jambi, Sabtu (3/9/2022). Seluruh lagu yang ditampilkan pada kesempatan tersebut, lagu – lagu Simalungun. Kemudian para penampil pada pesta seni budaya tersebut juga berasal warga GKPS se-Resort Jambi. Mereka adalah warga jemaat GKPS Resort Jambi dari kalangan anak-anak, pemuda, ibu-ibu dan bapak-bapak yang bertalenta di bidang tarik suara dan musik Simalungun.
S Damanik (45), warga Jemaat GKPS Jambi memberikan apresiasi terhadap pergelaran seni budaya Simalungun Pesta Olob-olob GKPS Reort Jambi tersebut. Dia menilai, pementasan berbagai seni budaya Simalungun pada Pesta Olob-olob GKPS Resort Jambi tersebut tidak hanya memuaskan rasa kangen (rindu) kampung halaman, tetapi juga penting melestarikan sekaligus mewariskan seni budaya Simalungun di kalangan orang Simalungun perantauan.
“Saya sangat senang tetap ada anak-anak dan pemuda di perantauan (Jambi) masih mengetahui dan mencintai seni budaya Simalungun. Kendati mereka sudah lahir dan besar di rantau, mereka masih mencintai tari, musik, lagu, bahasa dan pakaian adat Simalungun.Kegiatanseperti ini hendaknya tetap dilakukan dalam pesta-pesta gereja. Beberapa tahun terakhir, GKPS di Jambi jarang menampilkan bakat-bakat seni Simalungun dari kalangan warga jemaat sendiri,”katanya. (Matra/Radesman Saragih).