
(Matra, Jambi) – Masyarakat Melayu Jambi dan Minangkabau, Sumatera Barat (Sumbar) ternyata memiliki keterikatan peradaban dan budaya sejak dahulu kala. Hal tersebut tercermin dari adanya kesamaan-kesamaan tradisi kehidupan dan budaya masyarakat Melayu Jambi dan Minangkabau. Namun akibat perkembangan zaman, keterikatan peradaban Melayu Jambi dan Minangkabau tersebut semakin tergerus.
Untuk merajut kembali keterikatan peradaban dan budaya Melayu Jambi dan Minangkabau tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi bekerja sama dengan Pemprov Sumbar dan Direktorat Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar Kenduri Swarnabhumi 2022. Kenduri tersebut juga berupaya mengangkat kembali tradisi kehidupan masyarakat Melayu dan Minangkabau di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari di wilayah Provinsi Jambi dan Sumbar.
Salah satu rangkaian Kenduri Swarnabhumi tersebut, yakni Festival Pamalayu 2022 yang digelar di komplek Candi Pulau Sawah, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumbar. Festival Pamalayu 2022 tersebut mempertunjukkan berbagai warisan seni budaya warga masyarakat Melayu dan Minangkabau.
Festival Pamalayu yang dimulai sejak Kamis (18/8/2022) ditutup Selasa (23/8/2022). Penutupan tersebut dihadiri Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, PhD, Gubernur Jambi, Dr H Al Haris, SSos, MH, Gubernur Sumbar, Mahyeldi dan Bupati Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan, SE.
Ekspedisi Sungai Batanghari
Pada kesempatan tersebut, Hilmar Farid melepas Tim Ekspedisi Sungai Batanghari. Tim ekspedisi tersebut melibatkan komunitas pegiat budaya, influencer (duta budaya) dan tokoh masyarakat daerah.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid, PhD pada kesempatan tersebut mengatakan, Ekspedisi Sungai Batanghari dan Festival Pamalayu merupakan rangkaian Kenduri Swarnabhumi 2022. Tim Ekspedisi Sungai Batanghari akan melewati perjalanan yang panjang di ratusan kilometer alur Sungai Batanghari.
Dijelaskan, kegiatan ekspedisi tersebut digelar sebagai salah satu upaya menggugah kembali kesadaran masyarakat Melayu Jambi dan Minangkabau bahwa sungai merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat di kawasan DAS Batanghari di wilayah Jambi dan Dharmasraya, Sumbar sejak dahulu kala.
“Jika memang benar candi di kawasan DAS Batanghari di wilayah Dharmasraya, Sumbar dan Muarojambi, Jambi sudah dibangun abad VII dan sungai tersebut terus mengalir selama 700 tahun hingga kini bisa kita bayangkan betapa besarnya peradaban Sungai Batanghari dalam perkembangan kebudayaan melayu di Pulau Sumatera,”ujarnya.
Menurut Hilmar Farid, peradaban Sungai Batanghari tidak akan mungkin besar dan bertahan selama 700 tahun jika peradaban itu mengingkari kenyataan bahwa sungai merupakan sumber penghidupannya.
“Sungai Batanghari juga menyimpan peninggalan nenek moyang yang luar biasa. Peninggalan tersebut bukan hanya candi, tetapi juga sumber pengetahuan tradisional mengenai alam dan lingkungan dan kearifan lokal yang diwariskan turun – temurun,”katanya.

Satukan Peradaban
Sementara itu, Gubernur Jambi, Al Haris pada kesempatan tersebut mengatakan, Festival Pamalayu dan Ekspedisi Sungai Batanghari yang merupakan rangkaian Kenduri Swarnabhumi 2022 merupakan salah satu upaya pemerintah mempersatukan peradaban Provinsi Jambi dan Provinsi Sumbar.
“Kegiatan Kenduri Swarnabhumi 2022 ini muncul dari ide Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid ketika kami berdiskusi. Tujuannya untuk mempersatukan peradaban wilayah Jambi dan Sumbar yang memiliki hubungan kekerabatan erat sejak dahulu,”ujarnya.
Al Haris mengharapkan, peradaban masyarakat Melayu Jambi dan Minangkabau yang telah ada sejak dahulu tidak hilang begitu saja ditelan zaman. Provinsi Jambi dan Sumbar memiliki hubungan erat yang ditandai dengan mengalirnya Sungai Batanghari sepanjang 800 kilometer (Km) dari hulu di Kabupaten Solok Selatan, Sumbar hingga ke hilir di Kabupaten Tanjungjabung Timur.
Dijelaskan, Kenduri Swarnabhumi akan membuat sebuah narasi terkait peradaban yang ada di kalangan masyarakat DAS Batanghari. Melalui narasi atau catatan sejarah tersbeut, katanya, generasi muda akan lebih mengetahui dan kembali melihat sejarah yang terhubung oleh Sungai Batanghari di Provinsi Jambi dan Provinsi Sumbar. Generasi muda harus mengetahui sejarah tersebut karena sejarah merupakan salah satu panduan bagi kehidupan.
“Bukti adanya peradaban sebelumnya, yaitu kehadiran candi – candi di wilayah Jambi dan Sumbar. Semua aktivitas kehidupan bersumber dari Sungai Batanghari. Kita harus menjaga warisan sejarah yang membanggakan ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan, yakni melakukan restorasi dan pemugaran candi – candi yang ada,”tuturnya.
Al Haris mengaharapkan Kenduri Swarnabhumi 2022 tidak hanya memberikan pengetahuan adanya Sungai Batanghari dan candi – candi yang berada di sekitarnya kepada generasi muda. Kenduri Swarnabhumi juga memberikan pengetahuan kepada generasi muda mengenai sejarah peradaban masyarakat DAS Batanghari yang memiliki hubungan erat.
Menurut Al Haris, Kenduri Swarnabhumi memberikan manfaat yang luar biasa bagi Provinsi Jambi dan Provinsi Sumbar. Salah satunya, yakni masyarakat bisa mengetahui hubungan kedekatan antara kedua provinsi ini yang memiliki beberapa kemiripan.
“Kita bisa mengetahui sejarah yang telah dibangun para pendahulu. Sumatera memiliki kejayaan peradaban, sehingga kita semua bisa belajar dari sejarah. Kita tidak boleh melupakan sejarah karena sejarah yang telah membesarkan Indonesia sampai saat ini. Kita juga harus menjadikan sejarah sebagai panduan membangun kehidupan yang lebih baik di masa depan,”katanya.

Kebudayaan Tertua
Sementara itu, Gubernur Sumbar, Mahyeldi pada kesempatan itu mengatakan, peradaban masyarakat Melayu merupakan kebudayaan tertua yang berada di pinggir sungai. Karena itu kota-kota besar yang dahulunya berkembang di Sumatera ini letaknya menghadap ke sungai.
Menurut Mahyeldi, selain memiliki kekayaan potensi budaya dan ekonomi, Sungai Batanghari juga menghadapi tantangan yang tidak ringan. Di antaranya pencemaran lingkungan, perubahan sosial budaya yang berdampak kepada kurangnya kepedulian masyarakat merawat sungai dan pelestarian warisan budaya.
“Kami mengharapkan, seluruh kegiatan Kenduri Swarnabhumi dapat memberikan solusi menghadapi tantangan dan hambatan pengembangan Sungai Batanghari. Hal ini menjadi tanggungjawab kita bersama. Semoga di masa mendatang, kerja sama pelestarian kegiatan sosial budaya dan lingkungan DAS Batanghari dapat dilakukan secara berkesinambungan,”paparnya.
Bupati Dharmasraya, Sutan Riska, mengatakan, Festival Pamalayu merupakan momentum bagi masyarakat DAS Batanghari mengenang kembali dan mempelajari perjuangan para leluhur menciptakan sejarah dan budaya hingga mendunia.
“Untuk mengenang sejarah kehidupan masyarakat DAS Batanghari yang cukup berhasil mengembangan budidaya tanaman rempah-rempah, maka pada Festival Pamalayu ini juga dilakukan penanaman perdana pusat budidaya tanaman rempah,”katanya. (Matra/Radesman Saragih).