Ephorus GKPS, Pdt Dr Deddy Fajar Purba (kiri) memukul gong pembukaan Sinode Bolon ke-45 GKPS di Balai Bolon GKPS, Jalan Pdt J Wismar Saragih, Kota Pematangsiantar, Sumut, Selasa (28/6/2022). (Foto : Matra/KominfoSimalungun).

(Matra, Pematangsiantar) – Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) sejak dahulu kala memiliki peran penting memajukan pembangunan masyarakat Simalungun, Sumatera Utara (Sumut) dan Bangsa Indonesia. Baik itu pembangunan di bidang pedidikan, kesehatan, lingkungan hidup dan perekonomian.

Namun belakangan ini, peran GKPS dalam pembangunan, khususnya di Simalungun semakin tergerus. Peran GKPS sebagai pionir percepatan pembangunan di tengah masyarakat Simalungun semakin berkurang. Hal tersebut tercermin dari berbagai indikasi kemunduran program pembangunan masyarakat Simalungun yang digulirkan GKPS.

Bukan itu saja. GKPS juga cenderung mengalami kemunduran di bidang partisipasi jemaat dalam kegiatan pelayanan, termasuk kehadiran warga jemaat dalam peribadahan. Hal tersebut diungkapkan Bupati Simalungun, St Radiapoh Hasiholan Sinaga, SH, MH pada pembukaan Sinode Bolon (Sidang Raya) ke-45 GKPS 2022 di Balai Bolon GKPS, Jalan Pdt J Wismar Kota Pematangsiantar, Sumut, Selasa (28/6/2022).

Radiapoh Hasiholan Sinaga yang juga menjadi pelayan di GKPS pada kesempatan tersebut menyebutkan, persentase kehadiran warga jemaat GKPS pada ibadah minggu dan rumah tangga satu tahun terakhir cenderung menurun. Kehadiran warga jemaat GKPS dalam ibadah minggu tahun 2021 hanya rata-rata 44 %.

Kehadiran jemaat GKPS dalam ibadah minggu tersebut menurun dibandingkan tahun 2020 rata-rata 45 %. Kemudian kehadiran jemaat GKPS dalam partonggoan (ibadah rumah tangga) turun dari 33 % tahun 2020 menjadi 27 % tahun 2021.

Kondisi ini, katanya, tentu menimbulkan pertanyaan. Apakah ini terjadi akibat kondisi ekonomi terkait pandemi Covid-19. Situasi ini menjadi tantangan dan pekerjaan rumah (PR) bersama GKPS. GKPS harus mencari solusi agar kehadiran jemaat GKPS dalam ibadah dan pelayanan lainnya meningkat. GKPS juga harus berupaya jemaat semakin mencintai GKPS.

Menyikapi penurunan kehadiran warga jemaat pada peribadahan tersebut, lanjut Radiapoh Hasiholan Sinaga, GKPS harus dapat membuat program yang nyata atau konkrit untuk meningkatkan kehadiran warga jemaat dalam setiap kegiatan, khususnya peribadahan.

“Saya melihat ada pergumulan yang harus jadi perhatian kita khusus tentang kehadiran dalam mengikuti ibadah minggu. Jumlah warga jemaat GKPS yang mengikuti ibadah belakangan ini cenderung menurun. Jadi harus ada upaya GKPS membuat program konkrit meningkatkan kehadiran jemaat dalam melaksanakan ibadah,”katanya.

Pengamatan Radiapoh Hasiholan Sinaga mengenai penurunan kehadiran warga jemaat GKPS tersebut memang benar adanya. Kurang optimalnya warga jemaat yang mengikuti ibadah minggu, ibadah keluarga dan ibadah kategorial (seksi-seksi) tersebut terjadi di sebagian besar jemaat GKPS. Baik itu di GKPS wilayah pedesaan maupun perkotaan.

Plt Wali Kota Pematangsiantar, dr Susanti Dewayani, SpA (dua dari kanan), Bupati Simalungun, St Radiapoh Hasiholan Sinaga, SH, MH (tiga dari kanan) dan Bupati Dairi, DR Edy Keleng Ate Berutu (empat dari kanan) mengikuti pembukaan Sinode Bolon ke-45 GKPS di Balai Bolon GKPS, Jalan Pdt J Wismar Saragih, Kota Pematangsiantar, Sumut, Selasa (28/6/2022). (Foto : Matra/KominfoSimalungun).

Bangkit Kembali

Menyikapi kondisi perkembangan GKPS tersebut, GKPS hendaknya sadar kembali akan peran pentingnya dalam pembangunan Simalungun dan bangsa Indonesia. GKPS diharapkan bisa bangkit kembali meningkatkan perannya dalam pembangunan Simalungun guna membantu pemerintah mengatasi pergumulan bangsa seperti yang pernah diperankan GKPS di masa lalu.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham),Yasonna H Laoly dalam sambutannya yang dibacakan Staf Khusus Menkumham, Bane Raja Manalu pada pembukaan Sinode Bolon ke – 45 GKPS 2022 di Kota Pematangsiantar mengingatkan agar GKPS lebih berperan aktif dalam pembangunan demi Indonesia Maju.

“Sinode Bolon ke-45 GKPS 2022 kami harapkan dapat melahirkan program gerejawi yang mendukung pembangunan bangsa. Hal itu penting karena GKPS sudah banyak menorehkan sejarah dalam pembangunan Simalungun sebagai bagian dari Indonesia,”katanya.

Dikatakan, eksistensi GKPS selama 45 tahun merupakan bukti penyertaan, kemurahan hati dan pertolongan Tuhan bagi GKPS. GKPS memiliki dedikasi dan perjuangan selama 45 tahun melaksanakan tri tugas panggilan fungsi gereja, yaitu Koinonia (Bersekutu), Marturia (Bersaksi) dan Diakonia (Melayani).

GKPS, lanjutnya, telah banyak berkiprah membangun iman jemaatnya, membangun masyarakat dan daerah Simalungun serta membangun Indonesia. Semua itu bisa dicapai tak terlepas dari ketekunan dan perjuangan para pelayan di GKPS.

Yasonna H Laoly menegaskan, salah satu tugas utama para pelayan gereja adalah melayani, bukan untuk dilayani. Gereja juga harus dapat berbuat dan memikirkan apa yang belum diperbuat orang lain. Hal itu penting demi kemajuan dan kelangsungan manusia itu sendiri.

“Dengan demikian masusia benar-benar bermartabat di hadapan sesama manusia, terlebih di hadapan Tuhan. Semuanya itu bisa dicapai dengan memupuk kebersamaan,”ujarnya.

Kebersamaan tersebut, Yasonna H Laoly, termasuk hidup rukun dan damai dalam pelayanan. Kemudian seluruh jemaat saling topang – menopang dan sama-sama bertumbuh dalam iman.

“Persekutuan lebih dikuatkan dan ditingkatkan agar tidak ada keraguan untuk masa depan jemaat dan seluruh jemaat yakin semua akan diberkati Tuhan,”tambahnya.

Harapan senada juga disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Pematangsiantar, dr Susanti Dewayani, SpA ketika menghadiri pembukaan Sinode Bolon ke-45 GKPS di Kota Pematangsiantar.

Menurut Susanti Dewayani, GKPS yang berkantor pusat di Kota Pematangsiantar dan memiliki banyak warga jemaat maupun pelayan di kota tersebut memiliki tanggung jawab besar memajukan pembangunan Kota Pematangsiantar. Kontribusi GKPS di Kota Pematangsiantar sangat diharapkan Pemkot Pematangsiantar mengatasi berbagai persoalan pembangunan.

Karena itu, paparnya, selama ini Pemerintah Kota (Pemkot) Pematangsiantar tetap menjalin kerja sama yang baik dengan GKPS, khususnya Pimpinan Sinode GKPS. Susanti Dewayani mengapresiasi jalinan kekeluargaan dan kerja sama seluruh unsur pimpinan, pelayan dan jemaat GKPS dengan Pemkot Pematangsiantar selama ini.

“Termasuk kersa sama dalam dalam menjaga kerukunan, toleransi dan iklim kondusif di tengah kemajemukan masyarakat Kota Pematangsiantar dan Indonesia,”tambahnya.

Susanti Dewayani mengharapkan, kerja sama GKPS dengan Pemkot Kota Pematangsiantar dapat terus ditingkatkan demi mewujudkan Kota Pematangsiantar Sehat, Sejahtera dan Berkualitas.

“Besar harapan kami, GKPS semakin besar dan para pendetanya semakin menjadi garam dan terang dunia, memberikan kemaslahatan bagi para jemaatnya dan masyarakat Kota Pematangsiantar,”tuturnya.

Menurut Susanti Dewayani, sinode bolon merupakan agenda yang sangat penting bagi GKPS. Bukan hanya bagi jemaatnya, tetapi juga bagi masyarakat, khususnya di Kota Pematangsiantar yang merupakan tempat berlokasinya Kantor Pusat GKPS.

Sinode Bolon, katanya, bukan sekadar seremonial dan formalitas perhelatan agung yang diadakan untuk memilih ephorus, sekretaris jenderal dan kelengkapan lainnya. Di luar agenda rutin tersebut, tentu saja ada keputusan tentang hal-hal yang akan dilakukan GKPS di masa mendatang.

“Bisa dibayangkan, betapa besarnya tugas dan tanggung jawab pimpinan GKPS. Sebab untuk menata dan mengelola jemaat dalam jumlah besar membutuhkan pemimpin yang tentunya memiliki kemampuan sangat luar biasa,”katanya.

Ephorus GKPS, Pdt Dr Deddy Fajar Purba (kanan) memukul gong penutupan Sinode Bolon ke-45 GKPS di Balai Bolon GKPS, Jalan Pdt J Wismar Saragih, Kota Pmatangsiantar, Sumut, Jumat (1/7/20222) malam. (Foto : Matra/HmsGKPS).

Duta Kabar Baik

Keseriusan para pelayan, khususnya anggota Sinode Bolon GKPS juga sangat dibutuhkan untuk membenahi pelayanan-pelayanan di GKPS, mulai dari tingkat jemaat hingga pusat. Hal itu secara tegas diungkapkan Ephorus GKPS, Pdt Dr Deddy Fajar Purba pada penutupan Sinode Bolon ke-45 GKPS di Kota Pematangsiantar, Jumat (1/7/2022).

Pdt Dr Deddy Fajar Purba menegaskan, hasil-hasil Sinode Bolon ke-45 GKPS 2022 yang dilaksanakan di Kota Pematangsiantar Selasa (28/6/2022) hingga Jumat (1/7/2022) harus segera disosialisasikan kepada seluruh jemaat. Hal itu penting agar hasil atau keputusan Sinode Bolon GKPS 2022 tidak sampai sampai digunakan untuk melakukan hal-hal yang sifatnya destruktif (merusak) di tengah jemaat.

Menurut Deddy Fajar Purba, pelaksanaan Sinode Bolon ke-45 GKPS bertujuan untuk kemuliaan Tuhan sekaligus mengajak seluruh sinodestan semakin mencintai GKPS. Karena itu para sinodestan harus mampu menjadi duta pembawa kabar baik terkait keputusan-keputusan yang sudah diambil pada Sinode Bolon ke-45 GKPS 2022. Selain itu seluruh peserta Sinode Bolon GKPS 2022 juga diharapkan menjadi pembawa kabar baik bagi jemaat.

Ephorus GKPS, Pdt Dr Deddy Fajar Purba (kiri) dan Sekjen GKPS, Pdt Dr Paul Ulrich Munthe (kanan) bersama tim pimpinan sidang Sinode Bolon ke-45 GKPS 2022 seusai penutupan Sinode Bolon ke-45 GKPS di Balai Bolon GKPS, Jalan Pdt J Wismar Saragih, Kota Pmatangsiantar, Sumut, Jumat (1/7/20222) malam. (Foto : Matra/HmsGKPS).

Potensi Besar

GKPS memang gereja yang cukup besar di Simalungun, Sumut dan sudah sejak lama menjadi pelopor pembangunan masyarakat Simalungun. Peran tersebut tentunya perlu ditingkatkan di tengah situasi kehidupan masyarakat Simalungun dan Indonesia yang masih sulit akibat pandemi yang melanda negeri ini dan dunia sejak Maret 2020.

Potensi GKPS untuk kembali membangkitkan pembangunan di Simalungun dan masyarakat Simalungun di seantero negeri ini cukup besar. Saat ini GKPS memiliki anggota jemaat sekitar 227.569 jiwa. Mereka bernaung di dalam 636 jemaat (gereja), 147 resort dan 11 distrik. Warga GKPS tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali. Namun mayoritas jemaat GKPS berada di wilayah Sumatera Utara, khususnya di tanah Simalungun.

Sedangkan pelayan GKPS saat ini yang berstatus anggota Sinode Bolon GKPS mencapai 460 orang, terdiri pendeta 224 orang, penginjil (63), utusan resort (147 orang), ketua seksi kategorial sinode (empat orang), utusan pemuda (11 orang) dan utusan perempuan (11 orang).

Sekretaris Jenderal (Sekjen) GKPS, Pdt Dr Urich Munthe mengatakan, GKPS merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gereja-gereja di dunia dan juga gereja-gereja di Indonesia. GKPS juga mengemban misi melaksanakan tri tugas panggilan gereja, bersekutu, bersaksi dan melayani.

“Sebagai Gereja yang berada di tengah-tengah dunia, GKPS tidak terlepas dari isu-isu yang muncul di seputaran GKPS baik secara lokal, nasional maupun global,”ujarnya.

Dalam konteks lokal, katanya, GKPS masih cukup kuat bersentuhan dengan budaya, ketidakadilan gender, pendidikan karakter yang belum maksimal, kerusakan ekologi, kemiskinan. Kemudian dalam konteks nasional, GKPS bersentuhan dengan isu-isu politik, budaya korupsi, pluralisme, degradasi moral, kekerasan dan minim kaderisasi. Sedangkan dalam konteks global, Indonesia bersentuhan dengan isu-isu radikalisme, fundamentalisme dan teknologi 4.0.

Di tengah isu – isu tersebut, lanjut Paul Ulrich Munthe, Sinode Bolon ke – 45 GKPS 2022 berupaya mencari solusi. Salah satu solusi tersebut, yakni membangkitkan kebersamaan dalam pelayanan di tengah GKPS dengan mencanangkan tema GKPS, “Persekutuan dan Pelayanan yang Berdampak” (Kolose 1:10) dan sub tema, “Menggerakkan Warga Jemaat untuk Saling Menopang dan Menguatkan serta Peduli di Tengah-tengah Pergumulan Hidup”.

“Jadi Sinode Bolon GKPS 2022 ini merupakan sebuah agenda pelayanan yang tidak hanya besar, namun juga sangat penting dan strategis bagi kehidupan GKPS. Sesuai dengan Tata Gereja GKPS, Sinode Bolon GKPS yang merupakan permusyawarahan tertinggi di GKPS bertugas juga bertugas untuk mendiskusikan pergumulan GKPS terkait dengan isu yang sedang dihadapi saat ini, baik tengah gereja, masyarakat dan negara,”paparnya.

Paul Ulrich Munthe mengatakan, Sinode Bolon ke – 45 GKPS diharapkan dapat menerjemahkan karya kasih dan pemeliharaan Tuhan untuk menjawab berbagai bentuk ketakutan, kekhawatiran serta pergumulan yang dihadapi Gereja di masa kini kini dan mendatang.

“Tugas itu harus bisa dilaksanakan mengingat cepatnya perubahan dan perkembangan berbagai segi kehidupan Gereja dan masyarakat. Perubahan sosial tersebut hendaknya membuat Gereja harus semakin arif, bijaksana, giat dan bertekun menunaikan tugas pelayanannya,”katanya. (Matra/Radesman Saragih/FebriyanPurba/BerbagaiSumber).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *