Lomba tortor (tari) kerasi Simalungun yang digelar memperingati Minggu Pelajar Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 3 GKPS Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Sabtu (25/6/2022). (Foto : Matra/FebP).
(Matra, Pematangsiantar) – Generasi muda Kristen Simalungun, termasuk generasi muda Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) masih sering terlena menghadapi perkembangan zaman. Mereka terkesan kurang kreatif dan inovatif karena sudah merasa berada pada zona nyaman, yakni bisa mengikuti arus zaman sama seperti generasi muda masa kini pada umumnya.
Kecenderungan gaya hidup generasi muda Kristen Simalungun tersebut harus disikapi secara serius. Hal itu penting agar generasi muda Kristen Simalungun, termasuk generasi muda GKPS, tidak sampai tergilas pesatnya perkembangan zaman ataupun terhanyut arus globalisasi.
Hal tersebut mengemuka pada seminar online (website seminar/webinar) bertajuk thema “Menciptakan Generasi Unggul, Cerdas dan Berhikmat” memperingati Minggu Pelajar GKPS 2022, Minggu (26/6/2022). Webinar yang diselenggarakan Yayasan Pendidikan GKPS menjelang Minggu Pelajar GKPS tersebut menampilkan pembicara tokoh-tokoh pendidikan Simalungun.GKPS.
Di antaranya, Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Dr Janianton Damanik, M Si, pemerhati pendidikan Simalungun dari Depok, Jawa Barat, Dr Sortaman Saragih, MARS dan Staf Khusus Kemenkumham RI, Bane Raja Manalu.
Menurut Prof Dr Janianton Damanik, MSi, belakangan ini ada kecenderungan generasi muda, termasuk di lingkungan GKPS cukup puas berada di zona nyaman karena sudah bisa mengikuti perkembangan zaman saat ini. Gaya hidup mereka masih sama dengan kehidupan generasi muda pada umumnya, yakni mengikuti arus zaman. Mereka terkesan kurang mampu menunjukkan ciri khas sebagai generasi Kristen, GKPS.
“Generasi muda masa kini, terutama warga jemaat GKPS harus berani keluar dari zona nyaman tersebut. Mereka harus mampu menjunjung tinggi integritas agar menjadi pembeda dengan orang lain. Mereka juga harus mampu menantang diri sendiri dan berani mengambil resiko untuk menghadapi masa depan melalui kerativitas dan inovasi,”ujarnya.
Sementara itu, Dr Sortaman Saragih mengatakan, sekolah-sekolag GKPS yang selama ini mempersiapkan generasi muda GKPS menghadapi masa depan juga masih cenderung mengikuti gaya sekolah masa kini. Hal tersebut membuat sekolah-sekolah GKPS tidak memiliki ciri khas menempa generasi muda GKPS yang mumpuni.
Dikatakan, sekolah-sekolah GKPS selama ini juga belum sepenuhnya mampu menciptkan model pendidikan sendiri yang menjadi nilai plus bagi sekolah-sekolah GKPS dibandingkan sekolah pada umumnya. Kondisi tersebut juga membuat sekolah GKPS belum memiliki integritas dan belum mampu menghasilkan lulusan-lulusan berkualitas yang berbeda dengan lulusan sekolah lain.
“Untuk memulai langkah menuju integritas itu, sekolah GKPS tidak boleh mengikuti trend di sekolah masa kini. Sekolah harus bisa berkreasi menciptakan model pendidikan sendiri yang sesuai dengan kebutuhan siswa di sekolah,”katanya.
Sedangkan Bane Raja Manalu mengingatkan para siswa sekolah-sekolah GKPS tetap mengingat salah satu prinsip hidup orang Simalungun. Prinsip tersebut, yakni pendidikan merupakaqn salah satu cara tercepat mengubah pola hidup. Melalui pendidikan, siswa – siswi sekolah GKPS akan berpikir maju dan memiliki tekad kuat menggapai prestasi demi meningkatykan kemajuan masyarakat dan daerah Simalungun, termasuk GKPS.
“Jadi para siswa – siswi sekolah GKPS penting juga mengetahui suatu hal yang paling berbeda dari dirimu agar kamu menjadi siswa yang outstanding (luar biasa) di antara yang lain. Artinya para siswa sekolah GKPS harus memiliki ciri khas dan keunggulan tersendiri di tengah siswa sekolah lain,”ujarnya.
